Tangisan & Lembaran Yang Baru

2.3K 90 4
                                    

"Lepaskan tanganku." Hinata mencoba melepaskan tangannya dari tangan Naruto yang mencengkram tangannya dengan erat.

Naruto tak bergeming. Ia tetap mencengkram tangan Hinata.Wanita itu menatap tajam pada naruto. Seluruh tubuhnya gemetar. Ia takut, terlalu takut untuk bersentuhan dengan Naruto lagi.

Ingatannya membuka kembali kenangan buruknya. Ketika Naruto merebut kegadisannya. Ia takut, ia tak bisa mengelak lagi.Tangan tan yang hangat dan besar itu menggenggam kedua tangan mungilnya.

Hinata menatap Naruto dengan pandangan heran? Ada apa dengannya? Pertanyaan itu terus berkeliaran di otaknya. Seperti sebuah enigma.

"Hinata, tolong, dengarkan aku. Aku ingin bicara padamu. Tentang Boruto," ujar Naruto.

Pandangan mata safirnya menatap dengan penuh kesungguhan. Ia sangat ingin wanita yang dicintainya itu mendengarkannya.

"Naruto-kun... Kau... Jangan bilang kau ingin membawa Boruto-kun pergi dariku... Jangan lakukan itu..." Hinata bisa menerka apa yang diinginkan Naruto sekarang.

Naruto sudah tahu bahwa boruto adalah putra mereka. Pasti yang naruto inginkan ialah Boruto. Ingin Boruto tinggal bersamanya.Minato menggeleng.

"Tidak, aku ingin membawamu dan boruto , beritahu aku apa yang terjadi empat tahun yang lalu, kenapa kamu pergi."

Hinata menghela nafas. Matanya beradu dengan mata safir naruto. Ia tak akan bisa mengelak lagi. Wanita itu sudah tak berdaya lagi. Pria itu sudah memintanya menceritakan tentang kebenarannya.

"Sebaiknya duduk saja," kata Hinata sambil memalingkan wajahnya. Ia tak tahan melihat wajah pria itu. Naruto hanya mengangguk.

Mengikuti wanita yang dicintainya menuju ke sebuah ruangan. Naruto sangat ingin memeluknya. Meraih tubuh mungil dan kurus itu dalam dekapan hangat. Ingin mengatakan ia sangat mencintainya. Semua itu terukir di dalam benaknya. Memberi kebahagiaan pada wanita itu.

"Duduklah," kata Hinata.

Naruto hanya mengangguk dan duduk di lantai yang beralaskantatami.

"Ceritakanlah dari awal."

Seluruh tubuh Hinata gemetaran. Takut, ia trauma dengan yang terjadi pada dirinya. Di hadapan pria yang dicintainya. Dadanya terasa sesak, penuh dengan luka dan derita yang dialaminya.

"Aku... Aku sudah sangat lama menyukaimu. Malam itu, saat kau mabuk, aku membawamuke hotel. Aku tak menyangka kau sangat mabuk dan ya, kau melakukannya padaku." Hinata memberi jeda sejenak.

Menghirup oksigen, menenangkan dirinya. Otaknya sudah kacau, ia tak tahu harus bagaimana lagi. Sungguh, ia tak ingin Naruto tahu apa yang terjadi, namun ia harus memberi tahu pria itu.

"Paginya, aku langsung pergi. Aku tidak mau kau tahu, aku sangat hancur. Aku bangun dengan kondisi sudah ternodai. Aku benci hal itu. Kau sudah mengambilnya begitu saja." Hinata menatap Naruto dengan sorot mata penuh kebencian.

Naruto tertunduk. Ia merasa amat sangat menyesal. Remuk sudahdirinya mendengar Hinata membencinya.

"Sebulan kemudian, aku menemukan aku mengandung. Mengandung anakmu. Dan kau tahu, aku sangat frustasi. Aku belum menikah, dan mengandung di luar pernikahan. Ka-chan menyuruhku menggugurkannya atau bilang padamu. Aku tak mau ambil resiko, kau akan memintaku menggugurkannya juga. Aku tak mau, aku tidak ingin menggugurkan bayiku sendiri."

'Kau salah, Hinata...' batin Naruto. Ia amat tersiksa dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya.

"Aku pergi ke daerah sini. Saat aku hampir pingsan, aku ditolong oleh Chiyo baa-san, seorang dokter di sini. Setelah itu aku tinggal di rumah orang tuaku dan menyembunyikan diri dan perutku yang semakin membesar. Aku dicela dan disindir, dihina banyak orang karena mengandung di luar pernikahan. Kau tahu betapa sakitnya itu? Semua orang pergi memeriksakan kandungannya dengan suaminya, sementara aku sendirian dan tidak ada yang menemaniku. Kau tahu bagaimana irinya aku pada mereka semua?"

Please , Come back to me Hinata (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang