Surat untukmu

827 10 4
                                    

Hay pencinta hujan, kamu tau sebelum mengenalmu aku sudah tak percaya lagi dengan cinta. Hatiku hancur berserakan ketika itu, luka yang teramat perih ku coba hilangkan dengan banyak cara sampai aku lelah memikirkan hal apa lagi yang bisa menyembuhkan luka itu.

Saat itu aku hanya percaya waktulah yang bisa menyembuhkan separah apapun luka. Meski kadang waktu jugalah yang membuat luka dalam hati.

Hari itu entah apa yang sedang semesta rencanakan, kita dipertemukan dikesempatan yang tak bisa disangka-sangka. Rain sebuah nickname yang ku kira itu adalah nama aslimu.

Ah rasa-rasanya aku ingin memeluk semesta ketika itu untuk mengucapkan terimakasih karena mempertemukan aku denganmu.

Senyummu, manjamu, dan kadang kamu mengatakan hal-hal aneh seperti "nyamm..nyam..nyamm" membuat rasa nyaman membesar dengan begitu cepat. Ahh ibu anakmu ini sedang merasakan indahnya cinta yang sempat ku musuhi kemarin lusa.

Semakin dekat kita semakin besar pula rasa nyaman berada disampingmu, dan bertambah pula satu perasaan berharap kepadamu.

Kamu membuatku lupa dengan semua rasa sakit, kamu bagai sangmentari yang menggantikan malam dihidupku. aaah ibuu aku sayang dia.

Seperti kata pepatah jaman dulu, ketika harapan dan nyaman membesar datangpula rasa egois dan cemburu. Itulah yang mulai kurasakan sampai hari ini, mendengar kamu mau pergi, lamanya kamu membalas chat, mendengar seseorang memberikan sesuatu membuat egoku meradang dengan sangat cepat. Ibuuuu aku cemburu :(

Rain kamu tau saat itu semua perasaanku kusut tak karuan rupanya. Bahkan ketika aku mencoba berfikir positif pun tak bisa meredakan perasaan yang sedang kusut ini. Sampai disuatu titik perasaan cemburuku meledak dan membuatku sadar siapalah aku ? bahkan ketika perasaanku sudah semuanya untukmu, bahkan ketika kamu jadi prioritasku, bahkan ketika kita sudah sangat dekat, siapalah aku dihatimu ?. Sungguh saat itu aku hanya bisa bertanya pada semesta kenapa seperti ini?

Lama tak ku dapat jawaban itu, sampai pada akhirnya aku sadar jawaban yang aku cari selalu kamu tunjukan dengan teramat halus. Kamu selalu saja tabah ketika aku mengesalkan, kamu selalu saja tertawa lepas ketika sebuah lelucon ku lontarkan, kamu selalu saja menuruti rengekanku meski kadang menolak juga. Dan kamu memberikan kesempatan kedua ketika aku melanggar janji, ketika itulah aku sadar bahwa dihatimu ada namaku meski sampai saat ini aku tak tau sebesar apa.

Pagi itu ketika mentari mulai meninggi, ketika lelahku melampaui batasnya, ketika kakiku tak mampulagi kugerakkan, ketika mentalku terjun bebas kebawah, dan ketika aku sudah mulai menyerah menggapai puncak gunung kamu datang dengan senyum manis. Memberikan semangat yang untuk aku bisa terus melangkah menuju puncak, untuk menguatkan tekad dan mental. Saat itu sumpahku terucap untuk menjagamu, mencintaimu, dan membahagiakanmu. Sumpah yang disaksikan semesta akan ku jaga sampai nanti.

Hay Rain tetaplah menjadi wanita yang sabar menghadapi kelakuanku, tetaplah menjadi wanita yang paling kusayang, tetaplah menjadi wanita dengan hal-hal aneh semacam mengatakan "nyam..nyammm.nyamm", tetaplah menjadi wanita yang bandel disuruh minum obat, dan tetaplah berada disampingku menemani hari tuaku sampai waktu memisahkan kita.

LilinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang