23

1.2K 62 7
                                    

"Ini tuh gimana sih, Jun? Susah banget dah nih soal, ingin menenggelamkan diri ke Danau Toba rasanya," ucap Hara frustasi seraya mengacak rambutnya asal.

Ya, mereka sedang belajar di kamar Arjuna. Entah kenapa kamar Arjuna menjadi tempat favorit untuk belajar. Mungkin karena mereka belajar dengan lesehan, meluruskan kaki, yang membuat lebih nyaman dan santai. Tidak memaksa otak mereka yang sudah lelah itu kembali kaku dan tegang.

"Baca paragrafnya yang teliti coba. Tar juga ketemu jawabannya," ucap Arjuna santai sambil terus mengerjakan soal latihan lainnya.

"Woi, ini poni gue ngajak gelut deh! Woi poni, minggir dong!" gerutu Hara yang terus-menerus berusaha menyingkirkan poninya agar tak mengganggu pandangannya.

"Lo kenapa sih?" tanya Arjuna heran sambil mengerutkan dahi.

"Poninya ngehalangin," ucap Hara cemberut.

Memutar bola malas lalu pergi beranjak meninggalkan Hara yang masih sibuk mengurusi poninya yang menyebalkan itu. Tak lama Arjuna pun kembali yang langsung menarik tubuh Hara agar berhadapan dengannya, menarik halus dagunya lalu melakukan sesuatu kepada poni gadis itu.

"Lo ngapain?" tanya Hara ditengah suasana canggung ini. Bagaimana tidak? Arjuna tepat berada dihadapannya, dan jika saja Arjuna mendekat sedikit lagi otomatis bibir seksi pria itu mendarat di keningnya.

"Dah," ucap Arjuna seraya menjauh dan tersenyum menatap Hara.

Hara memegang kepalanya dan merasakan sesuatu yang ganjil disana. Ya, tadi Arjuna mengikat poninya yang sudah kelewat panjang itu. Tapi sedetik kemudian pria itu terkekeh sambil terus memperhatikan rambut Hara.

"Lo kenapa, sih?" tanya Hara heran.

"Rambut lo lucu!" ucap Arjuna dan tepat setelah itu ia tertawa terbahak-bahak bahkan sampai berguling di atas karpet.

Gadis itu pun langsung berlari ke arah cermin, meneliti bayangan rambutnya dan mencoba menerka apa yang salah dari itu. Dan benar saja, pria itu mengikat rambutnya tidak beraturan dan aneh yang membuat dirinya sendiri tertawa terpingkal-pingkal.

"Lo mah jahat ih!" geram Hara seraya membenarkan rambutnya.

"Ye! Daripada lo ribet sama tuh poni," bela Arjuna.

"Ya tapi nggak usah gini juga, Jun."

"Masih untung ya lo gue bantuin!"

"Udah ah! Cape debat sama lo mah."

"Makanya nurut!" ucap Arjuna sambil mengepalkan tangan dan memelototi Hara. Kekanakan.

"Iya ini gue nurut!"

"Haruslah, kan gue calon suami lo, hehe," ucap Arjuna cepat.

"Hah apaan?"

"Kagak."

***

"Kamu harus singkirin Arjuna bagaimana pun caranya."

Hanya itu yang terngiang-ngiang di benak Ciara. Sedari tadi kepalanya berdenyut hebat memikirkan cara untuk menyingkirkan dan menggeser posisi peringkat pertama yang setia Arjuna duduki. Belum lagi hatinya yang masih terasa sakit mengingat ucapan ibunya yang sungguh berlebihan itu. Sungguh, ingin sekali Ciara beristirahat sebentar tanpa ada suara-suara yang mengganggunya dan menganggu ketenangan batinnya.

"Ciara, cepetan ganti baju! Sekarang udah jam olahraga."

Gadis itu pun berdiri dengan tegak, melangkah dengan pasti dan menuju ruang ganti. Meski hatinya rapuh, meski jiwanya terganggu, meski batinnya tertekan. Berpura-pura kuat itu merupakan hal yang biasa bagi Ciara. Berpura-pura tersenyum meski hatinya meraung marah kelelahan, berpura-pura bahagia meski hidupnya jauh dari kata itu. Dia itu memang pembohong profesional.

Living TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang