6. Senyum Khayalan

2.4K 123 8
                                    

Pantaskan diri untuk berbahagia. Kemudian berusaha dan berdoa, setelah itu serahkan hasilnya kepada Sang Pemilik Semesta.

🌸🌸🌸🌸🌸

Ketika hari yang sudah semakin siang, bahkan berbagai aktifitas kesehariannnya pun sudah ia lewati. Namun kali ini tampak menjadi hari yang paling bahagia baginya. Guratan kebahagiaan yang tak bisa lepas dari wajahnya, seakan membujuknya untuk selalu memamerkan sabit terindahnya yang melengkung anggun diujung bibir manisnya.

Mimpi..
Bayangan tentang mimpi semalam masih kuat dalam ingatannya. Mimpi semalam yang telah membuatnya seperti sekarang ini. Seakan gila mendadak tanpa penyebab yang pasti, karena setiap teringat hal itu tak ada hentinya bibir jailnya itu membuat lengkung sabit kebanggaannya.

Astaghfirullah... Nggak seharusnya aku bersikap seperti ini. Bukankah ini sudah sangat berlebihan untukku?? Ya, mengagumi seseorang yang hanya baru belakangan ini aku kenal. Yang dengan konyolnya mampir di mimpiku semalam. Lalu memberikan senyuman terindahnya yang ia miliki untuk ku tatap. Dan dia sangat konyol bukan,saat tau bahwa senyumanya itu membuat netraku tak bisa untuk berkedip melewatkan sorot intensnya,yang ternyata tepat mengenai kedua bola mataku. Ampuni hamba-Mu ini Ya Rabb, hamba telah lancang mengaguminya dalam diamku. Ampuni hamba yang telah lancang mencintainya. Gumam syakira dalam hati.

Tak ingin terus terlalut dalam rasa itu, kini ia memilih untuk mencoba untuk membuat kesibukan yang lain yang mampu membuatnya untuk sejenak membuang jauh perasaan itu.

Pukul 10.30 kini ia sedang melamun memikirkan hal yang sama sekali tak berfaedah untuk dirinya. Di jam kosong ini, membuatnya lebih memilih untuk beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan kelasnya tersebut untuk melaksanakan salat dhuha. Ya salat, kini menjadi tempat pelarian yang paling mujarab untuknya kala ia merasa gelisah dalam hatinya. Merupakan pilihan terbaik untuknya, agar ia mampu mengatasi segala persoalan hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Sang Penciptanya.

Ia pun berjalan menyusuri tiap-tiap koridor untuk menuju ke masjid. Berjalan diiringi dengan deru lembut sepatunya, menyisik tiap-tiap orang yang berlalu lalang dihadapannya.

Lalu Syakira pun langsung bergegas mengambil air wudhu. Setibanya di depan pintu masjid, bukannya hatinya itu menjadi sedikit lebih tenang tapi malah justru sebaliknya. Entah apa yang membuatnya sedemikian gelisahnya hingga seperti sekarang ini.

Perlahan ia melangkah kedalam masjid tersebut dan mengambil posisi dibelakang, posisi dimana siswa putri melakukan salat seperti biasanya. Ia pun akhirnya memakai mukenannya itu dan langsung mengerjakan apa yang menjadi niat awalnya.

Seusai salat, ia berharap perasaan aneh yang sedari tadi menghantui pikiranya akan terusik dan pergi menjauh darinya. Tapi sayang,itu semua tak berjalan sesuai apa yang diharapakannya.

Ya,karena apa?? Karena sesosok laki-laki yang ia tangkap dibalik netranya. Laki-laki yang berada diantara tirai yang memisahkan antara shaf putra dan shaf putri. Dan laki-laki itu ternyata adalah dia. Dia yang belakangan ini baru ia kenal, dan dia juga lah yang belakangan ini membuatnya senyum-senyum nggak jelas ala-ala orang yang sedang jatuh cinta.

Upss!!
Bukan jatuh cinta. Lau apa?? Jika kata cinta terlalu membuatnya merasa samakin tak nyaman, maka lebih tepatnya adalah mengagumi. Ya, Syakira mengaguminya, lebih tepatnya mengagumi karena agamanya dan kebaikannya.

Lantas mengapa jika ia hanya mengagumi sampai membuatnya seperti ini. Bahkan hingga membuatnya hadir dalam mimpinya di malam itu.

Ya Rabb...
Rencana-Mu memang sulit untukku pahami. Engkau membuatku dengannya untuk saling mengenal, tapi mengapa Engkau juga harus menghadirkan perasaan yang tak sewajarnya ini. Bukankah,dia hanyalah sebatas teman yang ku kenal dari sahabatku, Hamzah. Bahkan aku baru saja mengenalnya,dan belum tentu juga dari perkenalan itu ia masih mengingatku. Apakah itu nggak terlalu konyol jika aku benar-benar mencintainya. Semudah itukah hamba menaruh hati padanya?? Gumam Syakira yang terus bertanya-tanya dalam hatinya.

Diam-diam Syakira mengamati punggung lelaki itu dari balik celah kecil yang ada di sekat tirai pemisah itu. Laki-laki itu pun beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke rak kecil untuk mengambil sebuah benda kecil berwarna biru, yang tak lain adalah kitab suci al-Qur'an.

Laki-laki itu kembali bersimpuh dan mulai membuka lembaran mushafnya. Perlahan ia mulai membuka suaranya yang diawali dengan surah al-Fatihah.

Dann...

Deggg!!!
Masyaallah, suaranya sangat merdu. Puji Syakira dalam hatinya

Bahkan lewat lantunan ayat suci yang dibacakannya hingga membuat sekujur tubuh Syakira merinding dan ingin sekali menitihkan air matanya. Baru kali ini Syakira mendengar suaranya, dan ia... Ia sungguh jatuh cinta akan kemerduan suara itu saat melantunkan kalam-Nya.

Seketika, gelisah yang sedari tadi menyelimuti pikiranya turut larut karena mendengar ia melantunkan ayat suci yang penuh dengan ketentraman. Dan merubah kegelisahan tersebut menjadi lengkung manis disudut bibirnya. Tenang, damai, dan nyaman yang kini ia rasakan. Membuatnya diam mematung mendengarkan dengan saksama tiap ayat yang ia lantunkan. Seakan kakinya ikut berkompromi untuk mengunci langkahnya meninggalkan tempat ini.
Ingin rasanya ia lebih lama mendengarnya membaca huruf demi huruf yang ada dalam mushaf itu, bahkan jika bisa ia ingin selalu mendengarkannya ditiap hembus nafasnya.

"Astaghfirullah... ini sudah jam 11.00. Bukannya jam kosong hanya berlaku setengah jam, pasti sekarang sudah bel ganti pelajaran. Dan pasti aku sudah terlambat." Gumamnya lirih yang tengah menyadari jika ia sudah terlalu lama berada ditempat ini dan terlambat masuk kelas kembali.

Syakira pun langsung beranjak dari duduknya dan keluar dari masjid tersebut. Tapi naas, entah ini terjadi hanya kebetulan atau memang gimana. Saat ia tengah beranjak dari duduknya, laki-laki itu ternyata juga tengah melakukan hal yang sama. 1,2,3 tanpa sengaja netranya pun menangkap jelas wajahnya dan keduannya pun saling beradu tatap dalam sekian detik.

Degg!! Degg!!
Jantung Syakira terus berpacu kala ia menyadari jika ia tengah beradu tatap dengan laki-laki itu. Sekujur tubuhnya seakan lemas dan tak bisa melakukan hal apapun selain diam memaku ditempat itu. Hanya menundukkan kepala, itulah yang mampu ia lakukan.

" Astaghfirullah hal 'adzim." lirih Syakira beristighfar.

Ia pun mencoba untuk menguatkan kakinya agar segera melangkah dan meninggalkan tempat itu. Ia hanya ingin untuk menghilang untuk sesaat, disaat hal ini terjadi. Kemudian kembali lagi dengan tak meningat apa yang baru saja terjadi.

"Alhamdulillah." ucap Syakira saat ia sudah keluar dari masjid tersebut. Akhirnya Allah pun menggerakkan kakinya untuk keluar dari masjid itu dan segera kembali ke kelasnya.

Ia berjalan perlahan melewati tiap-tiap koridor untuk kembali ke kelasnya. Sekelebat bayangan jelas wajah laki-laki tadi kembali mengusik pikirannya. Datar, itulah ekspresi yang ia tangkap ketika tak sengaja beradu tatap dengan laki-laki tadi. Bukan senyuman ataupun sapaan sekedar mengucap salam atau menegur yang ia terima. Ya, mungkin ia lupa dengan Syakira. Ya itu wajar sii, dia baru pertama mengenalnya. Jadi sangat mungkin sekali jika ia melupakn perkenalan singkat dengan dirinya itu.

Ketika mimpi itu menampikkan laki-laki tersebut tengah tersenyum pada dirinya, itu tak sama dengan apa yang baru saja terjadi. Realita tak pernah sesuai dengan ekspektasi. Ternyata senyumnya itu hanyalah sebatas senyum khayalan. Senyum yang hanya bisa menjadi bayangan semu yang melintas dihadapnnya.

Namun dalam hatinya, bukan senyumannya yang membuat Syakira menaruh hati pada laki-laki tersebut. Tapi suara merdunya saat melantunkan kalam suci Allah swt. Dan sungguh, Syakira menginginkan suara itu, ia ingin memilikinya utuh hanya untuknya.

***

Afwan🙏 updatenya teralalu lama. Tapi mungkin nggak ada juga sii yang nungguin updatenya.

Maaf kalu ceritanya makin gaje😂😂

Jangan lupa VOMENTnya yaaa,biar author makin semangat buat nambah partnya lagi😊

Syukron katsir❤

Cinta Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang