Malam ini Romi janji akan datang dan membawanya pergi jalan-jalan. Orang bilang sih saturday night. Bunda juga mengizinkan Fahri pergi malam-malam kalau besoknya libur. Toh, perginya dengan Romi, Bunda sudah kenal Romi sejak suka main ke rumah dengan Umar. Tapi Bunda tidak tahu kalau antara Romi dan Fahri punya hubungan spesial. Kadang Fahri merasa punya dosa besar pada ibunya karena perbuatan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Fahri pusing kalau memikirkannya.
Fahri keluar kamar dengan kaos putih yang dibalut kemeja hijau tua lalu celana jeans warna abu-abu. Begitu saja dia sudah tampan.
"Pulangnya jangan malem-malem ya Dek!" Seru Bundanya saat Fahri turun ke lantai satu kediaman ini. Ia menghampiri Bunda dan menyium tangan Bundanya. Tersenyum dan mengangguk atas titah Bunda tadi. "Hati-hati Fahri!"
______
Fahri selalu saja tidak mengizinkan Romi masuk ke rumahnya meminta izin pada Bunda untuk membawa Fahri. Dia menolak hal itu, melihat orang yang sangat ia sayangi dalam satu waktu membuatnya sakit hati, matanya akan perih. Dia sayang Bunda, dia tidak suka membuat Bunda sedih tapi dia juga sayang pada Romi. Jadi, ah makanya Fahri tidak membiarkan melihat mereka dalam satu tempat dan waktu.
Mata Fahri terbelak melihat Subaru BRZ tahun 2017 berwarna hitam terparkir di depan gerbang kediamannya. Romi bersandar di pintu kemudi. Tidak biasanya lelaki itu membawa mobil kesayangan hadiah dari Ayahnya karena ranking satu paralel di kelas IX lalu.
Jarang Romi pakai karena takut lecet dan lagipula anak ini belum punya surat izin mengemudi. Jadi bisa payah kalau sampai ketangkap polisi. Entah kenapa malam ini berbeda.
"Tumben Kak!" Seru Fahri begitu sampai di hadapan Romi. Romi sangat tampan malam ini, dia itu selalu tampan 24/8 tampan deh. Mata rusa Romi berbinar kala tersenyum memandang Fahri.
"Di langit gak ada bintang. Bintangnya di depanku. Gelap kan? Takut hujan." Ya namanya juga malam ya pasti gelap. Romi suka kenapa sih. "Takut hujan sayang makanya aku bawa mobil," sambil mengatakannya Romi menilik sekitar kemudian meraih tangan Fahri. Lelaki manis di depannya itu hanya tersenyum. Lalu Romi menariknya menuju pintu penumpang di depan dan membukakan pintu itu. Such a romanticist man padahal Fahri tidak ingin dimanja.
"Kita kemana dong malam ini?"
Romi menoleh pada Fahri yang juga sedang menghadapnya menanti jawaban. Pandangan Romi berubah sayu. Ia menghirup oksigen untuk dadanya.
"Maafin aku yang gak bisa ngasih kamu kencan kaya yang lain!" Fix, Fahri mengecap pacarnya goblok. Tapi kenapa sampai bisa ranking satu paralel dulu ya. Itu biar jadi misteri belakangan.
Tanpa dosa Fahri menepuk dahi Romi. Menghilangkan etika kepada kakak kelas yang lebih tua.
"Nih ya, Kak, gue mau sama lo juga gue mikir kita gak bisa kaya pasangan normal." Kan sampai gue elonya Fahri muncul saking gemesnya pada pacar pintarnya ini. "Jadi, lo gak ada perlu minta maaf segala. Gue gak menuntut hal itu kok."
Romi hanya diam mendengarkan, auranya sedang melau galau tidak jelas. Padahal seharusnya mereka akan bersenang-senang berdua.
"Jalan ah!" Fahri menyudahi dalilnya karena takut makin bete. Pelan Subaru BRZ itu melaju meninggalkan depan kediaman Sanusi.
________
Buang-buang bensin. Itulah agenda malam Minggu Fahri dan Romi kali ini. Jakarta kan macet. Ya sudah macet-macetan saja. Toh mereka senang terjebak hanya berdua di dalam mobil yang sangat kebetulan atau memang sudah dirancang si empu kalau kacanya hitam jadi tidak ada yang bisa melihat orang di dalamnya. Nice, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[bl] strawberries & cigarettes✔
Short StoryFahri dan Romi setelah berjanji untuk saling komitmen. "...strawberries and cigarettes always taste like you," august, 2018.