Cigarettes #1

654 51 99
                                    

Kepulan asap mengudara di halaman belakang gudang sekolah yang sepi. Tempat ini menjadi markas bagi mereka yang suka merokok karena tidak terjamah guru atau siswa lain yang tidak berkepentingan di sini.

Dua di antara beberapa anak yang merokok itu memisahkan diri. Mereka duduk di batang pohon yang tumbang saling bersandingan. Mengepulkan asap kesatu sama lain tanpa berpikir kalau asap yang mereka hirup bisa menjadi pembunuh diri mereka.

"Adek gue tau lo nyebat?" Tanya pemuda berpawak lebih besar itu disela hisapannya pada batang putih yang rasanya manis di ujungnya.

Lawan bicara lelaki itu menggeleng. Kemudian tersentak ke depan karena pukulan kasar di kepala bagian belakangnya oleh lelaki yang lain.

"Kenapa sih Mar?!" Sunggutnya sembari mengelus kepalanya yang disasari tangan besar lelaki di sebelahnya tanpa perasaan.

"Ya... aduh, adek gue tuh berharga seTAN!" Ia tidak menghisap rokoknya untuk beberapa waktu demi berbicara pada lawan bicaranya yang adalah Romi, pacar adiknya sejak sebulan yang lalu.

Sejak awal Romi menaruh hati pada Fahri ia bicarakan langsung pada Abangnya. Umar bukan seorang yang anti dengan homo. Dia juga tidak mendukung penuh, yang dia tahu adalah cinta itu suci dan akan membawa kebahagiaan. Kalau ada seseorang yang mencintai adiknya dan dapat membuat adik satu-satunya itu bahagia, Umar jelas akan berterima kasih. Dan sialnya orang yang mencintai adiknya adalah Romi, yang sama-sama lelaki seperti dirinya dan juga Fahri. Tapi apa boleh buat, kalau dengan bersama Romilah Fahri selalu tertawa bahagia.

"Nih, cuci mulut dulu kalo mau nyipok adek gue!" Serunya dengan suara kecil karena takut didengar orang di sekitar mereka.

Romi melepas rokok di mulutnya, ia menghembuskan asap itu ke udara. Ekspresi wajahnya seakan... wtf u thinking dude i never touch him more than holding hand, ok peluk pernah, dan cium pipi paling jauh. Romi tidak pernah membayangkan mencium bibir pulm Fahri walaupun ia sangat ingin. Tapi kan ia ingat waktu ia mengajak Fahri membangun komitmen ini tanpa nafsu. Maksudnya, tidak menyodomi, itu terlalu jauh. Mungkin kalau ciuman, masih boleh? Bahkan abangnya Fahri saja berdalih begitu.

"Mar, paling jauh gue meluk adek lo doang kok!" Katanya sambil kembali menyelipkan rokok di antara dua bibirnya.

"Gue ngingetin aja!" Tabrak Umar yang di sini posisinya sebagai Abang protektif tapi tidak menunjukkannya dengan gamblang pada yang bersangkutan, Fahri. Tapi sejujurnya, Umar sangat sayang pada adik satu-satunya itu.

"Awas aja lo!"

Tanpa mereka berdua ketahui, ada seorang yang juga berseragam seperti mereka melihat keduanya sedang menghisap rokok di tangan masing-masing.

______

Sejak mereka berjanji untuk saling menjaga perasaan dan menyayangi satu sama lain, yang bernama Romi Aditya itu berubah menjadi cheesy man sekaligus bucin dari M. Fahri Sanusi. Kadang Fahri sampai ingin muntah kalau yang lebih tua itu menggombal atau merajuk.

"Kamu gak jadi eskul basket Kak?" Seharusnya Fahri pulang sendiri kalau hari Kamis karena hari ini menjadi jadwal Romi lebih lama di sekolah untuk eskulnya tapi karena,

Lelaki yang lebih tua itu menggeleng, ia menyerahkan helm yang lain pada Fahri. "Pengen pulang sama kamu!" Tangan Romi meraih pengait helm di kedua sisi pipi Fahri dan menguncinya sampai terdengar bunyi Klik.

Fahri termangu sebentar, masa iya Romi akan meninggalkan olahraga kesukaannya demi dirinya dan berlaku sekeju ini.

"Kak Beni!" Yang dipanggil Beni pun menoleh pada kedua orang di parkiran itu. "Eskul basketnya libur?" Yang bernama Beni mengangguk dan Fahri menggeplak bagian belakang kepala Romi yang untung sudah berbalut helm.

"Boong mulu digedein!" Sindir Fahri yang sedikit banyak membuat hati Romi berdenyit. Dia punya satu kebohongan besar.

______

Hari Minggu jadi favoritnya Romi untuk datang ke rumah Fahri yang selalu berpenghuni dua orang. Mbok Ijah dan Fahri. Yang lain sibuk sendiri-sendiri.

"Ni aku udah pinjem dvd film koreanya Olin!"

"Kok Korea sih?! Aku udah download Merlin. Kita nonton sampai episod 5!" Fahri meletakan laptopnya di atas tumpukan buku dan ia bersama Romi duduk menyandar di kaki ranjang yang empuk beserta bangku malas dan bantal yang dibawa Romi asal.

"Ya terserah kamu aja sih!" Romi itu nurutan. Daripada layar laptop paling ujungnya dia hanya memandangi wajah Fahri yang berganti-ganti ekspresi sesuai matanya menangkap adengan film yang mereka, oh hanya Fahri, tonton.

Sebelum datang ke sini Romi sudah mampir ke Alfamart terdekat untuk membeli camilan seperti biasanya kalau agenda mereka nonton film atau belajar bersama. Ada dua silinder Pringles, ciki-cikian, oreo dan empat kaleng sprite.

30 menit awal Romi fokus pada film yang mereka tonton, berikutnya ia bablas hanya memandangi Fahri atau sesekali membuka ponselnya sekedar melihat grup chat kelas yang sedang berbagi jawaban PR Fisika.

Fahri merogoh kresek Alfamart mencari-cari bengbeng yang biasanya Romi beli tapi dia malah mendapatkan kertas struk Alfamart yang sepertinya dilupakan Romi agar dibuang malah dimasukan ke dalam kresek tersebut.

Mata Fahri memindai dari atas hingga bawah struk belanja pacarnya tadi. Matanya membulat mendapati sesuatu yang tidak biasanya lelaki di sebelahnya ini beli.

Marlboro Black Menthol

"Cari apaan?" Suara orang di sebelahnya membuyarkan pemikirannya mengenai lelaki ini. Ia langsung meremas kertas struk dan melemparnya ke sembarang arah. Sekarang kepalanya tak berhenti memikirkan lagi lelaki di sebelahnya ini yang mulai membuka bungkus oreo, adegan dalam film yang mereka tonton menjadi tidak menarik lagi.

_______

mampoz ketahuan terus diputusin lo wkwkwkwkwk
ini cerita fahri x romi saat mereka udah pacaran ya teman teman :') akhirnya fahri mao sama romi :')
semoga mereka bahagia :')

[bl] strawberries & cigarettes✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang