Strawberries #0

267 38 54
                                    

Menjalin hubungan tabu di negara ini menyiksa batin kedua pemuda berseragam ini. Kalau di taman mereka suka melihat muda mudi bergandengan tangan dan saling bersandar pada bahu masing-masing, mereka iri. Mereka juga ingin seperti itu, memiliki kebebasan untuk menunjukkan cinta bagi satu sama lain.

Pilihan Romi membawa Fahri ke taman adalah salah besar. Mereka tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan sebagai dua orang berjenis kelamin sama di tempat yang didominasi pasangan lawan jenis untuk pacaran.

"Sori deh... kita pulang aja ya!" Romi menyentuh lengan Fahri mencoba menariknya. Ini hal yang terlihat normal untuk kedua laki-laki bersentuhan, malah jika tangan yang bertaut akan menimbulkan pertanyaan dari orang yang melihatnya.

Fahri melangkah lebih jauh masuk ke dalam taman. Ia mengabsen tiap gerobokan abang-abang berjualan. Tanpa kata Romi menjadi buntut di belakangnya.

"Ngapain beli stroberi?"

Mereka sudah kembali ke tempat Romi memarkir motor.

"Yha tadi bingung udah di taman mau ngapain gak mungkin juga kan pegangan tangan kaya mbak-mbak dan mas-mas yang lain?! Ya udah aku beli ini aja abis itu keluar." Maksud Fahri adalah mereka sudah sampai taman tanpa melakukan apapun juga sia-sia. Motornya pun sudah bayar parkir. "Lagian yang jualan kakek-kakek, kasihan!" Lanjutnya. Fahri juga bukan tipe orang yang doyan sekali buah-buahan apalagi stroberi suka asam rasanya.

Romi hanya mendengarkan alasan Fahri, dia juga salah sih. Kenapa tidak membawa Fahri ke rumahnya saja. Tempat ternyaman untuk berduaan dengan Fahri kan di kamarnya atau kamar Fahri. Tidak ada yang tahu mereka melakukan apa dan tidak pula ada yang protes.

"Terus sekarang kita kemana?" Romi selesai memakai helmnya dan membantu Fahri menutup zipper tasnya setelah menaruh kresek putih berisi satu kotak stroberi ke dalam tas sekolahnya. Ya, mereka baru pulang sekolah. Besok Sabtu, makanya bisa main dulu sorenya atau bahkan sampai malem.

"Males nonton, gak ada yang seru!" Jawab Fahri yang sedang kesusahan mengunci pengait helmnya. Selalu berakhir Romi yang menguncinya sampai terdengar bunyi Klik.

"Ke rumahku aja gimana?" Tawar Romi dengan pancaran berbinar di netra beningnya. Berharap yang lebih muda mengangguk.

"Ke kafe aja, main wifi."

Padahal di rumahnya atau rumah Romi juga ada wifi. Tapi Fahri memang suka semaunya sih.

"As you want deh, sayang." Romi mendekatkan wajahnya ke telinga Fahri saat menyebut kata terakhir di kalimatnya membuahkan senyum manis dan puas pada Fahri. Romi selalu saja menurut tentang apa yang diinginkan lelaki manis ini. Fahri sebenarnya merasa tidak enak tapi itu salah satu cara Romi menunjukkan cinta kasihnya kepada orang yang disayanginya ini.

________

"Aaa ini stroberiku!" Lelaki manis ini berseru sambil mengeluarkan kresek putih dari tasnya. Di atas meja di hadapan mereka itu sudah ada minuman dan desert yang mereka pesan, masih saja mengeluarkan makanan.

"Emang kamu doyan stroberi?" Sindir Romi sambil memasukan kacang almond ke mulutnya.

"Doyan!" Jawabnya percaya diri, "Kalo gak asem."

Membuat Romi terkekeh dan hampir menelan kacang almond yang belum ia kunyah sampai halus.

"Kita mau ngapain di sini?"

"Dibilang main wifi. Aku mau download film,"

"Emang bawa laptop?"

Daripada menjawab, Fahri mengangkat ponselnya di depan wajah Romi.

Romi hanya manggut-manggut. Sebenarnya Romi memiliki keinginan untuk bisa guling-guling di karpet kamarnya atau setidaknya berbaring dengan paha Fahri sebagai bantalnya. Tapi malah ia berakhir di sini duduk berhadapan dengan Fahri yang sibuk dengan ponselnya.

Satu hiburan Romi, memandang wajah bahagia Fahri. Hal itu membuat dirinya tanpa sadar menyunggingkan senyum bangga karena membuat orang yang ia sayang bahagia.

"Seneng?" Pertanyaan mendadak Romi membuat Fahri mengangkat kepalanya demi melihat wajah Romi yang tersenyum cerah padanya.

"Eng?" Yang lebih muda itu belum menangkap pertanyaan Romi.

"Kamu seneng kalo kaya gini?"

Fahri tersenyum, ia meletakkan ponselnya di atas meja. Mengambil gelas berisi jus alpukat yang baginya paling enak sedunia, menyeruputnya kemudian tersenyum lagi pada Romi.

"Sebenernya, tiap berdua sama Kakak aja aku udah seneng." Ia terkekeh kecil. Romi? Dengan netra beningnya mengikuti gerak Fahri kemana saja. Seakan pandangannya sudah terkunci pada lelaki penawan hatinya ini.

Romi jelas senang mendengar hal tadi keluar dari mulut pacarnya.

"Sini deh!" Fahri mengambil sebuah stroberi dari kotaknya. Romi mencondongkan tubuhnya. Fahri memeriksa sekitar. "Aaa..."

"Because you are my straw to my berry." Fahri menyandarkan tubuhnya ke belakang. Tersenyum puas melihat Romi yang juga tersenyum sambil mengunyah stroberi yang Fahri suapkan padanya. "Manisan aku atau stroberinya?" Tanyanya dengan tangan terlipat di depan dada. Dia percaya diri kalau Romi pasti akan menjawab dirinya lebih manis dari stroberi itu.

"Stroberi ini!"

Fahri mengerutkan dahi, ia maju dan mengambil stroberi untuk ia makan sendiri, mencicipinya.

Matanya terpejam imut. "Asem gini!" Katanya kemudian menelan cepat stroberi di mulutnya.

"Stroberinya emang asem. Tapi aku makannya sambil lihat wajah kamu, jadi semuanya manis." Senyum Romi tampan dan tangannya mengambil satu buah stroberi lagi untuk dimakan.

Fahri merasa dibohongi. Tapi dia tersenyum juga atas gombalan Romi. Kadang Fahri bingung kenapa ia bisa menyukai lelaki di depannya ini yang sekarang menatapnya dengan menaik turunkan alisnya. Oh, baiklah, Romi ini tampan dan juga baik.

_______kkeut_____

ahahahahahahahaha aku gak pandai menggambarkan sesuatu yang manis manis jadi gitu doang kawan mon map ya
semoga berkenan di hati kalyan♡♡♡♡♡

[bl] strawberries & cigarettes✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang