Anugerah Terindah #0

221 34 54
                                    

Senin pagi ini begitu terik dan sialnya mereka harus upacara. Romi sudah punys pikiran untuk izin ke UKS tapi malah ia benar-benar harus ke UKS karena maagnya kumat. Lupa sarapan.

Tubuhnya terbaring di salah satu ranjang UKS. Tumben sekali tidak banyak yang membolos upacara dan menuju ke ruang serba putih ini. Romi merasa bosan, ia membuka kunci ponselnya dan tersenyum melihat wajah tersenyum seseorang yang ia jadikan wallpaper di ponsel.

Melihat tawa Fahri dari gambar yang ia jadikan wallpaper membuat rasa sakit yang menyerang perutnya terlupakan begitu saja. Ia mengembangkan senyum di wajahnya. Merasa bersyukur karena bertemu dengan lelaki manis itu.

"Aduh perut gue sakit banget Len belom sarapan pernah tifus gue aduh!" Romi langsung terduduk mendengar suara yang tak asing itu. Suara milik orang yang sedang ia pikirkan sambil tersenyum.

"Ya udah masuk sana istirahat di dalem. Ada teh anget sama roti lo makan gih. Anak PMR lagi menyusut jadi jaga di lapang semua. Lo aman kan sendiri?" Terdengar gumaman mengiyakan dari luar ruangan. Pintu terbuka dan menampakkan sosok Fahri yang masuk memegangi perutnya. Mata kanan lelaki itu berkedip pada Romi yang terlihat bingung.

"Tu sama Kak Romi ya. Gue ke lapang lagi,"

"Ok," lalu pintu tertutup oleh Helen selaku petugas PMR yang kebetulan satu tingkat dengan Fahri dan ia cukup mengenal Helen yang adalah teman Raihan. Ok enggak penting.

Tangan di perut itu mengendur malah terangkat menyapa Romi. "Hai Kak!"

"Kamu sakit?"

Yang berjalan menghampiri itu menggeleng sambil tersenyum.

"Tadi ngelihat lo ke sini jadi nyusul deh, bete. Panas. Males," lalu mendudukan diri di ranjang tempat Romi duduk kini. "Tiduran aja Kak," katanya membenarkan posisi duduk guna memberi ruang yang luas untuk Romi berbaring.

Romi tersenyum melihatnya. Dia pasti akan auto tersenyum tiap-tiap melihat sosok Fahri di sekitarnya. Memang bagi Romi Fahrilah sumber bahagianya.

"Kamu gak beneran sakit perut kan?" Romi kembali menjadi lelaki yang butuh kepastian dari Fahri. Lelaki yang lebih muda itu memutar bola matanya sambil kemudian mengangguk.

"Enggak ih. Dibilangin bete," jawabnya tegas. "...sama kangen," well, kemarin week days mereka tidak bertemu karena Romi ke Bekasi menyambangi saudaranya bersama Mama dan Adiknya. Jadi Fahri kangen, bolehkan? Tadi pun Romi tak sempat menjemput Fahri seperti biasa karena Fahri bilang ikut Abangnya yang sedang ketempelan Jin baik sampai mau ditebengi Fahri.

Romi tersipu sendiri. Fahri itu jarang sekali menunjukkan perasaan yang sebenarnya pada Romi. Jadi dengan mengatakan bahwa dia kangen tadi itu sebuah hal yang di luar kebiasaan, kan Romi jadi senang.

Romi memajukan kepalanya, UKS sepi, aman sih pikirnya. Ia menempelkan dahinya dengan dahi Fahri. Matanya bergeriliya dari mata hidung lalu turun ke bibir Fahri dengan sunggingan senyum di wajah yang tak jua pudar. Ia menahan nafsunya, memilih mengecup singkat pipi pemuda manis di hadapannya ini.

"Kakak lebih kangen," Fahri auto mundur melihat wajah setengah mesum Romi.

Alih-alih menanggapi ucapan Romi, Fahri mengalihkan pembicaraan. "Itu kenapa bisa sampai pucet banget?" Fahri menunjuk-nunjuk wajah Romi yang memang sedang pucat.

"Lupa sarapan tadi telat bangun."

"Kok tumben? Kemarinnya juga gak makan?"

"Makan Ri, tapi siang doang."

"Kaaan," Fahri lompat dari ranjang dan berjalan ke nakas mengambil teh hangat yang sepertinya sudah diminum Romi setengahnya. "Nih minum lagi," Ia menyodorkannya pada Romi membantu Kakak kelas yang sekaligus pacaranya itu untuk minum.

Mereka sangat beruntung karena pagi ini sepi.

"Makasih," Usai Romi meneguk teh hangatnya. Fahri tersenyum menanggapi. Ia tadi khawatir bisa sampai seorang Romi Aditya dipapah anak PMR untuk ke UKS. Untung sekarang lelaki yang lebih tua ini tidak apa-apa.

"Makasih Fahri," ulang Romi lebih semangat. Fahri kembali duduk dengan wajah heran terhadap tingkah mendadak Romi. "Makasih Fahri," sekali lagi.

"Iya, iya!" Akhirnya yang lebih muda menjawabi.

"Makasih untuk jadi anugerah terindah di hidup Kakak,"

Fahri melebarkan matanya.

Romi mulai random.

"Tawa kamu, langkah kamu, ceria kamu, keberadaan kamu di sini, kembali ngingetin Kakak betapa beruntungnya milikin hati kamu." Senyum Romi terlihat bodoh di mata Fahri. Tapi sukses membuatnya ikut tersenyum. Ia menarik dasi Romi yang otomatis membuat si empu menyondongkan tubuhnya ke depan.

Kecupan express di bibir sukses menyetrum Romi sampai tidak berkedip dalam lima detik.

"Cepet sembuh dikurang-kurangin gombalnya!" Lalu yang lebih muda itu berlari meninggalkan UKS. Merapikan hatinya yang diacak-acak Romi dengan gombalan absurd. Senang sih, tapi terselip rasa takut di dadanya.

_____kkeut____

ini book kenapa jadi berisi hal hal kekejuan yang sungguh unfaeda yaw:')

mon map nih ya huhuhuhuu

[bl] strawberries & cigarettes✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang