Chapter 3

14 3 1
                                    


Jake menekan tombol play pada radionya setelah pria itu meletakkan kaset pertama ke bagian pemutar kaset. Dua buah lingkaran di tengah kaset berputar, pita-pita di dalam kaset mulai bergerak, menghasilkan suara yang Jake kenal betul.

"Hei, Jake." ujar Rose lembut. "Well, Jake, ada beberapa hal yang sangat penting yang harus aku sampaikan kepadamu. Kumohon dengarkan aku Jake, karena ini sangat penting."

Kerutan muncul di dahi Jake. Dia sama sekali tidak punya petunjuk mengenai hal penting yang akan dibahas oleh Rose. Rose tak pernah seperti ini, mengirim paket anonim aneh tanpa penjelasan apa pun –abaikan note kecil yang sama sekali tak membantu– kepada Jake.

Mereka hanya ... berbicara. Yeah, Jake dan Rose selalu membicarakan masalah mereka secara terbuka. Tidak ada rahasia. Tidak ada kebohongan. Jake memercayai Rose sebanyak dia percaya pada dirinya sendiri.

"Kau ingat pertemuan pertama kita?" Suara Rose mengalir dari untaian pita-pita cokelat di dalam kaset. Suara itu mampu membawa kembali kenangan Jake ke dua tahun silam. Tepatnya, ketika mereka pertama kali bertemu.


...


Saat itu musim semi. Pertengahan bulan Mei, di mana udara masih cukup dingin untuk mengenakan summer dress putih selutut yang berbahan katun. Tetapi, di sanalah ia, seorang wanita muda yang tengah berbicara dengan wanita lain di balik konter. Surai hitam sepunggung yang kontras dengan dress yang dipakai wanita itu menarik perhatian Jake.

Ketika wanita itu berbalik, pandangan mereka bertemu. Jake memandang langsung ke iris cokelat terang yang mampu menghipnotisnya hingga ia terlihat seperti pria bodoh. Terpaku karena seorang wanita di siang bolong. Benar-benar memalukan.

Wanita itu mengulas senyum, memamerkan lekukan bibirnya ketika melengkung ke atas. Jake sama sekali tak berkedip, bahkan saat wanita itu berjalan keluar melewati pintu kaca café dan Jake masih setia mengikuti gerakannya. Saat itu, Jake tersadar setelah mendengar suara wanita di balik konter yang meneriaki dirinya karena menghalangi jalan.


...


"Love at first sight, eh." Jake tertawa kecil. Di pertemuan pertama mereka, Jake telah jatuh pada pesona Rose, wanita dengan surai dan mata yang hanya dimiliki oleh orang-orang di timur sana, walaupun Rose sendiri tidak memiliki gen yang berasal dari Asia.

"Kuharap kau tidak melupakannya Jake, karena aku sama sekali tidak bisa melupakan tatapanmu saat itu." Jake membenahi posisi duduknya, hingga ia benar-benar terfokus mendengarkan apa yang akan Rose sampaikan. "Kau tahu Jake, sejak saat itu, bayangan wajahmu melintas beberapa kali di pikiranku, hingga pertemuan kita berikutnya."

Ingatan Jake kembali ke pertemuan kedua mereka. Bukan pertemuan yang menyenangkan sebenarnya, tapi Jake sama sekali tak masalah. Malah, ia senang bertemu dengan Rose saat itu.

"Pertemuan yang buruk sebenarnya. Tetapi, kalau kau tidak datang saat itu, mungkin kita tidak akan sampai di tahap ini." Rose tertawa kecil. Jake membayangkan Rose yang tengah bernostalgia ketika wanita itu merekam suaranya. "Kau melihatku di saat yang paling buruk. Aku malu mengakuinya, tapi dipecat di hari keduamu bekerja, it's really suck. Dan, tolong, kalau kau masih ingat umpatan-umpatan yang dilayangkan nenek itu terhadapku, lupakan itu Jake. Aku benar-benar malu, asal kau tahu."

Jake ingat. Ia sama sekali tak bisa melupakan apa pun yang berhubungan dengan Rose. Termasuk pertemuan kedua mereka.


Neverville #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang