Rose berdiri di depan pria berkulit hitam yang menatapnya dari atas ke bawah. Rose menelan ludah gugup. Jujur saja, gadis remaja itu tengah ketakutan setengah mati.
'Tahan Rose, tahan. Kau bisa melewati ini.' Batin Rose.
"Kau cantik," puji Wood setelah menatap Rose beberapa detik. Sang objek pujian hanya tersenyum meringis, terlihat tak nyaman sekaligus gugup.
Rose ingin melarikan diri sekarang juga. Tetapi, melihat tubuh Wood yang lebih besar darinya, serta tenaga Wood yang pastinya melebihinya, Rose mengurungkan niatnya. Kaki Rose rasanya terpaku ke lantai. Gadis itu terlalu takut.
"Kau tidak suka pujian?" tanya Wood, ketika ia tak mendapat jawaban. Pria itu berjalan pelan, mengelilingi Rose dengan alis tertekuk. "Kau tahu, jangan coba-coba menguji kesabaranku, karena aku tak segan-segan mencengkram lehermu hingga napasmu tersedat habis."
Tubuh Rose seketika kaku. Gadis itu tanpa sadar menahan napasnya. Sentuhan seringan kupu-kupu yang terus bergerak turun pada lengan kirinya terasa membakar.
'Berpikir Rose!' Rose memerintah dirinya sendiri. Di tengah kekalutannya, otak gadis itu tak mau bekerja sama. Ia tak bisa memikirkan apa pun.
"Nah, nona Rose yang cantik, pertama kali aku melihatmu, aku langsung tertarik dengan surai hitam ini." Pria itu mengelus-elus pucuk kepala Rose.
Ketika telapak tangan itu turun, menyentuh dan memutar-mutar ujung rambut Rose, gadis itu lagi-lagi menelan ludah gugup. Kedua bola matanya berusaha menangkap siluet pria yang berdiri di belakangnya.
"Sto-stop it. Please." Suara Rose pecah. Ketakutan menguar jelas dari sana. Gadis itu menoleh ke belakang patah-patah.
Di sana, tepat selangkah di belakang Rose, pria tua bernama Marvin Wood itu tengah berdiri, menyeringai bengis dengan kilatan mengerikan di iris gelapnya. "Nona Rose yang malang. Aku menyukaimu. Benar-benar menyukaimu."
"O ... okay."
"Kurasa kita akan bermain cukup lama. Perlahan, tapi pasti Nona Rose."
"Permainan macam apa?"
Pertanyaan salah. Seringaian pria itu semakin lebar hingga memunculkan kerutan di kedua ujung matanya. Gigi-gigi putih berderet rapi terlihat jelas.
"Aku suka semangatmu, kau tahu." Pria itu mengeliminasi jarak selangkah antara mereka. "Kau gadis pemberani, Nona. Cukup jarang aku menemui gadis sepertimu."
Keringat dingin mengalir dari tengkuk Rose ketika sapuan tangan hangat menyentuh pipinya. Rose melirik takut-takut ke arah tangan itu. "Marvin?"
Mendengar suara lirih Rose, pria tua itu tak segan-segan menempelkan bibirnya ke bibir ranum milik gadis itu. Tangan kirinya mencengkram pinggang Rose kuat.
Mata Rose terbelalak. Tekstur keras dan kaku bibir pria itu dapat dirasakannya. Tidak. Tidak. Dia tidak mau dicium pria aneh yang tak dikenalnya.
Rose menggeleng. Meronta-ronta dengan kedua tangan yang menggapai dan memukul bahu maupun dada pria itu. Rose panik. Napasnya memburu, jantungnya berdetak cepat hingga rasanya ingin melompat melalui kerongkongannya.
Namun, perlawanan Rose terpatahkan. Tak ada tanggapan terhadap pukulan Rose. Pria itu seolah-olah tak terpengaruh.Rose yakin kalau cengkraman tangan pria itu akan menghasilkan memar pada pinggangnya.
Pria itu memperdalam ciumannya. Tangan yang tadinya mengelus pipi Rose lembut kini meraup dan menekan pipinya. Pria kulit hitam itu menjilat bibir bawah Rose, sebelum mengisapnya kasar.
Mata Rose membeliak. Ia tak pernah merasa dilecehkan sedemikan rupa sebelumnya.
Dan, seolah tak mau berhenti di situ, pria itu menggigit bibir Rose, membuat gadis itu terkejut hingga tanpa sadar membuka bibirnya dan memberikan akses lidah pria itu memasuki rongga mulutnya dan menjilat langit-langit Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neverville #ODOCTheWWG
Misteri / ThrillerApakah membunuh itu salah? Roseanne Lang tak pernah merasa bersalah setelah membunuh seseorang. Setidaknya, sebelum kekasihnya muncul dan membuat Rose lupa kalau ia bukan bagian dari orang 'baik'. Rose mulai kehabisan waktu. Pengakuan dimulai sement...