Chapter 2

27 3 1
                                    


Pernah mendengar tempat bernama Neverville?

Tak banyak yang pernah mendengar nama desa itu. Seolah-olah sang desa sendiri berada di antara kenyataan dan tidak. Bahkan setelah teknologi canggih semacam peta digital ada, desa yang satu itu masih dipertanyakan karena pada peta digital hanya tertera seonggok tanah perkebunan seluas satu setengah mil lebih yang kosong.

Terletak di timur Arkansas, delapan puluh mil ke barat dari kota Memphis, desa ini hampir dipenuhi oleh perkebunan kapas dengan penduduk yang kurang dari dua ratus orang. Dalam usianya yang mencapai dua puluhan, Jake McLean tak pernah tahu akan keberadaan desa ini. Tidak, sebelum seorang agen real estate aneh yang mengenalkannya.

Jake tidak ingat nama pria itu. Hanya senyum anehnya yang terasa mencekam dan kilatan licik bola mata sebiru langit yang Jake ingat. Mereka bertemu di sebuah bar. Ketika Jake hanya memiliki lima puluh ribu dollar setelah dia dipecat dari pekerjaan terakhirnya. seratus ribu dollar tanpa tempat tinggal, mobil, bahkan pakaian ganti tidak terdengar bagus. Tinggal di motel juga terdengar sama tidak bagusnya.

Ketika pria aneh itu menawarkan Jake tanah seluas dua are dengan rumah yang memiliki tiga kamar tidur seharga empat puluh lima ribu dollar, Jake langsung mendengus keras. Pria di sampingnya pastilah mabuk. Mungkin terlalu banyak menyesap bourbon membuat pikirannya kacau. Jake tak peduli.

Sayangnya, tawaran rumah gila itu tak berhasil keluar dari pikiran Jake, hingga keesokan harinya, dia duduk di sebuah sofa di tengah kantor tua kecil. Jake mengerutkan alis ketika mengetahui rumah itu terletak di Woodruff County di sebuah desa kecil yang Jake tak pernah dengar namanya. Agen tua itu mengusap-usap dagunya sambil tersenyum yang entah kenapa membuat Jake merinding.

Namun, di sinilah ia sekarang. Neverville. Desa yang sampai saat ini sangat tenang hingga membuat Jake berpikir kalau tidak ada orang yang tinggal di sini selain dirinya. Seorang pria usia seperempat abad dengan surai auburn yang mencuat ke segala arah ditutupi topi khaki tua dan sepasang boots hitam yang sama usangnya.


...


"Sayang, ada kiriman paket untukmu!"

Jake pikir dia adalah satu-satunya makhluk hidup selain hamparan kebun kapas di sini ternyata salah. Seminggu setelah kepindahannya dua tahun yang lalu, ia bertemu dengan seorang wanita. Roseanne Lang. Wanita yang lebih muda setahun darinya itu terlihat cantik walaupun ia begitu sederhana. Dress musim panas berwarna putih adalah favoritnya. Tanpa make up, iris cokelat terang itu mampu menyihir Jake hingga tak berkedip selama beberapa saat.

Well, sisanya kurang lebih bisa ditebak dengan mudah.

"Taruh saja di atas meja, Honey." Jake mengeraskan suaranya sambil menuangkan segelas kopi yang baru saja ia ambil dari mesin kopi. Dua piring pancake terhidang lezat di atas meja mau tak mau membuat sudut-sudut bibir Jake tertarik ke atas. "Paket dari siapa?" tanya Jake, ketika seorang wanita memasuki dapur.

Wanita itu, Roseanne Lang, mengedikkan bahu. "Anonim." ujarnya singkat, "Kurasa kau kehabisan sirup maple, mau selai bluberi?" tawar wanita yang akrab disapa Rose itu.

"Aneh," Jake mengerutkan dahi. "Aku tidak pernah mendapat paket tanpa identitas sebelumnya. Dan, yeah, bluberi tak masalah. Aku suka." Jake menyeruput kopinya.

Rose tertawa kecil. Jake tidak pernah pilih-pilih makanan. Bahkan, pria itu semacam vacum cleaner kalau sudah dihadapkan dengan makanan. "Ini pancake-mu, Sweetie."

Neverville #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang