5 - Akhir?

2 0 0
                                    

"Sini." Zayn merangkul Kiara dengan tangan kanannya.

Di tempat yang ramai oleh pengunjung, bisa-bisanya lelaki tersebut membuat Kiara seketika merasa lemas karena perlakuannya.

Mereka baru saja pergi untuk nonton bioskop, film terbaru. Dan sekarang mereka berada di toko buku dengan Zayn yang merangkul Kiara.

Tiba-tiba saja mereka bertemu Harry, Louis, Liam, dan Niall dengan pakaian seperti mata-mata.

"Gak usah sok nyamar anjir!" Zayn menarik kerah belakang Niall dan Harry saat mereka baru saja ingin kabur.

Mereka hanya nyengir, seperti bayi yang tidak berdosa.

"Hehe."

"Lama-lama gue tampolin juga lo berempat."

"Hehe."

"Ngapain lo berempat ke sini?"

"Eh, anu ... Harry mau nyari buku gambar buat besok dia mau latihan buat ikut lomba menggambar." Liam menunjuk Harry dengan cengiran lebarnya.

"Anu ... gue mau numpang toilet ... toilet di rumah gue rusak soalnya, hehe." Louis menggaruk tengkuknya.

"Gu—gue ..." Niall menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Ia kehabisan alasan. "Gue diculik sama mereka." Niall menunjuk ke arah Liam, Louis, dan Harry.

Kiara tertawa sampai hampir menangis. Menurutnya mereka sangat teramat konyol untuk seukuran pria-pria paling tampan di sekolahnya.

"Kenapa sih ... lo berempat ... bego banget, asli." Kiara menghapus air diujung matanya, berusaha berhenti tertawa.

"Dosa apa gue punya temen kayak lo berempat?" Zayn mengusap wajahnya.

"Hehehe," balas keempat sahabat Zayn.

"Ngapain lo berempat ke sini? Mau mata-matain gue? Buat apa anjir?" cerocos Zayn yang tidak habis pikir melihat kebodohan empat sahabatnya.

"Kita tuh pengin tau, lo berdua kalo pacaran kayak gimana kalau bukan lagi di sekolah ... kan kalau di sekolah biasa aja tuh, kayak temen. Siapa tau kalau di luar ... anu ...." Louis mengakhiri kalimatnya dengan cengiran lebar.

"Peluk-pelukan, rangkul-rangkulan, atau mungkin ciu—" Zayn langsung menyumpal mulut Niall dengan sebuah roti yang entah dari mana ia dapatkan.

"Buset, tadi beli roti?" tanya Kiara.

"Iya, buat jaga-jaga kalau ada yang mulai bacot."

Kiara tertawa lagi.

"Ayo pulang bareng, ke rumah gue aja yuk! Kita main," ajak Kiara dengan senang hati.

Semua mengangguk riang kecuali Zayn.

"Ah, sialan emang lo pada. Gue kan lagi pengin berduaan dulu sama dia," ucap Zayn yang hanya bisa didengar oleh keempat sahabatnya, karena Kiara sudah lebih dulu jalan di depan mereka.

"Jangan berduaan, nanti yang ketiga setan," celetuk Liam dan disetujui oleh yang lainnya.

"Ya elu setannya."

Harry mengunci rapat-rapat mulutnya, hendak tertawa namun ia tahan.

Hari yang menyenangkan.

***

TBC

We Took a Chance | 1DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang