3 - Ketika Itu

3 0 0
                                    

"ZAAAYN!" Hari ini Kiara diajak bertemu untuk yang ke-entah ke berapa kalinya. Mereka semakin dekat satu sama lain. Mungkin hampir setiap hari mereka bertemu setiap pulang sekolah.

Mereka berdua cepat sekali akrabnya. Mungkin ada sesuatu di antara mereka berdua.

"Pacaran mulu lo berdua!" tegur Angel yang di sampingnya ada Liam. Liam merupakan teman sekelas Angel, dan mereka cukup dekat. Dekat dalam artian saling menjahili satu sama lain.

"Ngaca anjir!" ucap Kiara sewot.

Angel ikut sewot, "Apa sih? Orang gue sama dia cuma temenan. Gue cuma semacam ngefans kepada teman gitu loh. Gue suka ngejailin dia, kocak abisnya."

Liam hanya melenggang pergi menuju teman-teman lelakinya yang berada di sebelah pojok kantin. Kantin sudah lumayan sepi karena murid-murid sudah banyak yang pulang.

"Omong-omong, Kenny sama Manda mana?" tanya Kiara sambil menyeruput minumnya.

Zayn hanya diam karena dia memang tidak banyak bicara bila bukan dengan orang yang dekat dengannya.

"Tadi Kenny abis foto bareng Niall."

Kiara hampir saja tersedak karena sakit terkejutnya. "WHAT?!"

Angel mengangguk. "Keren gak tuh? Alesan bisa foto barengnya ya karena dia bilang dapet dare dari temennya. Tapi emang iya sih."

Kiara mengangguk-angguk sambil membulatkan mulutnya.

"Gue pulang duluan ya," pamit Zayn.

"Iya," jawab yang lainnya.

Sekarang tersisa Kiara dan Angel.

Mereka pun memutuskan untuk berbincang tentang banyak hal.

***

Zayn merebahkan dirinya di kasur empuk. Hari ini cukup melelahkan untuknya. Ditambah lagi, moodnya sedang tidak baik. Dan ada banyak tugas yang harus ia kerjakan.

"Ah! Dasar tugas-tugas sialan!" Zayn melempar kertas berisi PR dari guru-gurunya hingga terbang ke seisi penjuru dan hinggap di lantai kamar yang terbuat dari marmer.

Zayn memutuskan untuk menghubungi teman sebangkunya, yaitu Harry.

"Halo?" Zayn memulai percakapan ketika nada sambung telaah berhenti.

"Yo! Wassap yo!"

Zayn mendengus, "PR-nya banyak banget, anjir! Pening kepala gue."

"Bawa santai aja elah, gue juga pusing nih sebenernya, tapi yaaa ... sambil mikirin doi pusingnya jadi ilang."

Zayn bisa membayangkan Harry sedang nyengir dengan lebarnya.

"Bodo amat, Gila."

Akhirnya malam itu Zayn dan Harry bercakap-cakap sambil mengerjakan tugas mereka yang menumpuk. Ditambah lagi ternyata besok ada ulangan harian.

Namun sayangnya, Zayn melupakan sesuatu. Sejak Zayn pulang sekolah tadi, ia belum menghubungi Kiara sama sekali. Membuat perempuan itu menjadi resah. Ia kira Zayn marah padanya. Saat ia mencoba untuk menghubungi Zayn, sambungannya dialihkan.

Hal itu membuat Kiara berpikir macam-macam. Mulai dari yang bisa dipakai logika, hingga terburuk sekalipun.

Yah, namanya juga perempuan, suka khawatir dengan hal-hal kecil.

Kiara terduduk di kasur miliknya. "Ah, Zayn marah ya sama gue? Kok telfon gue gak diangkat sih?"

Ia pun mengetikkan pesan lewat LINE.

Kiara : Zayn, ke mana aja? Udah sampe rumah? Lo marah sama gue? Gue ada salah?

Kiara menunggu. Semenit, dua menit, tiga menit, tetap tidak dijawab.

"Ah, apa dia lagi sibuk ya? Ya udah lah, mending gue makan dulu aja. Siapa tau dia lagi sibuk." Kiara mencoba untuk berpikir positif dan rasional.

***

TBC

We Took a Chance | 1DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang