Aku

183 7 19
                                    

Pagi yang cerah seperti biasanya. Bangun tidur, mandi, sarapan, dan berangkat ke kampus.

Dirumah sederhana ini, aku memang tinggal sendiri. Ayah, ibu, dan saudara - saudaraku yang lain telah meninggal. Mereka pergi saat kebakaran hebat dua belas tahun yang lalu. Aku yang saat itu sedang pergi untuk mengerjakan tugas sekolahku, aku yang baru berumur dua belas tahun waktu itu benar - benar terpukul.

Beruntung ada Paman Will dan bibi Susan yang bersedia merawatku. Namun semua itu berubah saat aku menginjak umur enam belas tahun.

Perjalanan pulang seperti biasanya, namun tanpa aku sadari sebuah mobil Van hitam mengikutiku sedari tadi.

Keadaan jalan yang sepi tanpa seorang pun yang melewati jalan yang ku susuri, membuka kesempatan mereka.

Mereka membekap ku membawaku kedalam Van dan setelah aku bangun, hanya ada sebuah lampu dan tempat tidur kumuh yang menemaniku.

Berjam - jam aku didalam ruangan itu, hingga akhirnya beberapa orang bertubuh besar menyeretku keluar dan membariskan ku bersama wanita yang lainnya.

Rantai pada kaki dan tangan kami mengema keseluruhan ruangan. Raungan, teriakan para pria di lantai atas mengema menyambut kami.

Seseorang mengangkat tangannya ke udara, meminta perhatian seluruh halayak yang berada disana. Seorang pria berambut blonde dengan mata biru saphira beseru kepada kami

"Selamat datang...selamat datang di the death. Aku menyambut kalian para BITCH"

Seruan semakin mengema, seruan semakin berkumandang. Para pria menatap kami lapar. 'Dia' kembali mengangkat tangannya.

"Aku tau kalian sudah tidak sabar, jadi mari kita mulai pembagiannya"

Kami di bariskan, nama - nama di panggil. Mereka yang di panggil memilih kami seperti barang. Hanya hasrat yang terlihat di mata mereka.

Seorang lelaki dengan perawakan tinggi namun ramping berjalan mendekatiku. Dia mengangkat daguku.

Aku palingkan mukaku kearah lain, enggan untuk menatapnya. Dapat aku rasakan tamparan di pipi kiri ku. Panas dan perih, itulah yang ku rasa. Darah keluar dari sudut bibirku. Air mata ku luruh tanpa ku sadari.

Dia menjepit kedua pipiku dengan tangannya yang besar. Dia membawa wajahku kearahnya. Dapat ku rasakan benda dingin dan kenyal menyentuh bibirku.

Aku mendorong dadanya, menamparnya, bahkan memukul wajahnya. Dan akhirnya aku terlepas darinya. Namun penderitaan ku yang baru dimulai.

Ia menarik rambutku dan menyambuk ku, aku hanya bisa diam tanpa mengeluarkan suara apapun. Bahkan hanya sebuah rintihan pun enggan aku keluarkan. Ku coba untuk tetap kuat walaupun pandanganku mulai kabur.

"Well...well...well ternyata kau masih hidup honey, hmm baiklah aku memberi mu pilihan. Kau ingin menjadi warrior dan membunuh untukku atau kau ingin menjadi bitch dan melayani hasratku?"

"Lebih...uhk baik aku...uhhukk mati...dari pada...uhhhukk..kau sentuh BAJINGANG KEPARAT"

"Hmmmm...menarik sungguh menarik. Kita lihat seberapa kuat ketahanan tubuh mu. Bawa dia ke kamar, beri makan dia seperti para bitch itu. Berikan dia latihan seperti warrior tingkat 3. Dan jangan ada yang mengobati lukannya!, Paham?"

"PAHAM TUAN!"

Seruan itu terdengar serempak. Para wanita menunduk, para pria tegap tanpa ada yang bergerak sedikitpun. Dia melambaikan tangannya padaku dan dua orang warrior menyeretku ke sebuah ruangan. Hanya ada satu tempat tidur disana dengan sprei berwarna putih polos dan juga sebuah pintu yang aku tafsirkan sebagai kamar mandi.

Aku di dorong ke depan dan terjerembab jatuh kelantai. Mereka menutup kamar ini dan menguncinya dari luar.

Dengan tenaga yang tersisa aku mencoba merangkak menuju tempat tidur dan saat berhasil mencapainya aku langsung tertidur.

She'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang