Kuliah hari ini penuh tugas, pola, jahit, esensi design. God! Sudah lewat jam makan siangku, sekarang sudah setengah lima sore. Makan apa aku hari ini? Jadi ingin spaghetti? mie ayam di ujung jalan juga enak? Ah, lebih baik mie instan saja. Alternatif terbaik. Aku sedang sibuk mencari kunci gerbang saat seseorang memanggilku.
"Ssa?" suara itu, Ibam?
"Ibam?" aku menoleh dan medapatkan pria itu berdiri tepat dibelakangku.
"Hey, baru pulang?" dia tersenyum. Apa-apaan ini! hey! Aku masih canggung denganmu karna kejadian waktu itu.
"Eh, iya."
Aku diam.
"Aku ga disuruh masuk nih?" tanyanya.
"Masuk? Oh iya masuk-masuk" APAAAA? MASUK?! Apa dia sudah gila. Maksudku, apa aku sudah gila.
Aku membuka kunci gerbang dan masuk kedalam rumah bersamanya.
"Duduk dulu, mau minum apaa?" basa-basi-busuk.
"RB-Float ada?"
"Ha? Eng- gaada Bam, adanya susu sama cola mau?" gila apa dia, sana pergi ke A.W kalo ingin RB-Float.
"Cola deh,"
"Yaudah tunggu ya" jawabku sambil berbalik menuju dapur.
"Iya, ga sampai 2 tahun kan?"
"Ha?"
"Becanda ko becanda, udah sana kedapur"
"Iya, eh ko aku disuruh-suruh sih?" jawabku, dia sedang menahan tawanya. Aku tahu.
"Tapi emang mau ke dapur kan?" dia sudah tersenyum lebar sekarang. Menyebalkan.
"Ya iya si..."
"Udah gausah di jawab lagi, sana"
Yasudah! Aku pergi berlalu menuju dapur, mencari sisa-sisa cola di sana. Dapat. Dua botol, bisa aku akali dengan menggunakan gelas ukuran sedang. Kucari-cari gelas ukuran sedang di lemari piringku, tak ada. Apa masih ada di kamarku? Aku kembali keruang tamu, menuju tangga ke lantai atas.
Eh! dimana dia. Tadi masih duduk disini. "Ibam, Ibam. Ko ilang sih?"
Aku naik ke atas menuju kamarku dan menemukan dia berada di depan kamarku, menyandar pada dindingnya, memperhatikan kamarku, dari jauh, tanpa suara, untuk apa? Aku berjalan perlahan menghampirinya, dengan 2 botol cola sisa di tanganku. "Ibam?"
"Ga ada yang berubah ya, semua sama. Ga ada yang berpindah tempat. Gimana bisa?"
Dia, masih mengingatnya. Bagaimana mungkin? Itu sudah 2 tahun yang lalu.
"Kamu masih ingat?"
"Ga mungkin bisa aku lupain, tempat aku tidur siang." WHAT?
"Ingatan kamu bagus juga ya." Tawa garing mengiringi ucapanku.
"Tapi, gimana bisa?" kali ini dia menoleh untuk menatapku.
"Yaah, mas-nya aku suruh taruh barang-barangnya persis sama, soalnya kalo berubah takut aku lupa."
"Itu botol sisa buat apa dibawa-bawa?" dia sadar dengan kehadiran 2 botol sisa ini.
"Oh ini," aku masuk ke kamarku, melewati dia. Ku temukan gelas yang aku cari-cari, karna gelasnya kosong, aku tuang saja sisa cola dari 2 botol itu kedalamnya, cukup. "Nih colanya," ku sodorkan gelas kaca cantik dengan pernak pernik permata yang aku tempelkan disana agar terlihat lebih baik.
"Sisa?" tanyanya sambil menatap cola itu.
"Ya adanya itu, mau gimana lagi." malu sih, tapi yaudahlah yah. Emang beneran tinggal itu adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
downpour.
RomanceHUJAN tak berhenti. Dia terdiam. Akupun terdiam. Hujan turun begitu deras, cukup untuk membasahi aku dan dia sampai ke tulang. Kami berdiri di sana, di tengah jalan itu. Kami saling berpelukan erat, berusaha mencari sebuah kenyamanan di tengah badai...