4. His

1K 171 68
                                        


.....The devil was once an angel.

***

Panas membara membungkus tubuhku. Melahap sedikit demi sedikit kekuatanku. Sementara jiwa iblisku menggigil. Bagi iblis, kematian tidak lebih menakutkan dari pada hidup dalam ketidakberdayaan.

"Dyo? Dyo?!"

Aku tidak tahu sejak kapan namun samar pendengaranku menangkap suara Baekhyun. Semua inderaku sudah hampir mati rasa tetapi aku juga masih dapat merasakan tubuhku yang dibaringkan dalam posisi miring. Buram, sebuah cahaya lampu terpantul ke dalam mata terpejamku.

"Tenang. Kau di rumahku. Tubuhmu sekarang sedang menyembuhkan diri. Kau akan baik-baik saja." Bisik Baekhyun menenangkan, di telingaku. Namun suaranya terdengar gusar.

"Butuh waktu berapa lama?" Itu suara Kai.

"Dia terluka parah, jadi...." Telingaku berdengung, menenggelamkan suara percakapan Baekhyun dan Kai.

Panas membakar yang kurasakan, semakin menyiksa. Teriakanku tak bersuara, hanya jiwaku yang mendengarnya.

"......Selain itu, aku lebih khawatir pada apa yang akan dilakukannya setelah proses penyembuhannya selesai." Suara Baekhyun kembali terdengar dalam intonasi yang tipis.

Tidak. Tidak harus sampai selesai penyembuhanku. Aku sudah berakhir. Aku ingin mengatakan itu pada mereka, demikian sekeras apapun aku mencoba, suaraku tetap tertahan di dalam diriku. Aku pun kehilangan kesadaranku.

***


Satu hari? Dua hari? Satu minggu? Aku tidak tahu.

Aku membuka mata. Pandangan kabur di awal kemudian berubah jelas. Tidak merasa lebih baik akan tetapi telingaku tidak lagi sakit atau berdengung dan penglihatanku pun kembali normal. Kulihat Baekhyun dan Kai berdiri di sisiku. Di luar suaranya yang terdengar selalu tenang, ekspresi wajah Kai justru melukiskan luka, frustrasi, dan hancur. Bukankah aku yang sudah hancur?

"Kau akan jatuh." Bisikku. Aku bahkan bisa merasakan betapa lemahnya suaraku.

Kai tersenyum pilu. Membungkuk mendekatkan wajahnya padaku. "Jika begitu, kau harus menyiapkan penyambutan untukku." Balasnya. Juga berbisik.

Di saat itu, Baekhyun meninggalkan kami tetapi wajahnya terlihat bingung dan sedih. Kupejamkan mataku. Baekhyun mungkin sudah memberiku sesuatu sejenis obat bius yang mampu membuat iblis tertidur. Karenanya mataku terasa berat untuk terbuka, dan mungkin belum saatnya aku terjaga karena itu juga yang membuat Baekhyun bingung dan sedih. Yang artinya, penyembuhanku juga belum selesai.

Tetap terpejam, aku menjawab Kai, "Bodoh." Ujarku padanya. "Jika kau jatuh....perasaan yang kau miliki sekarang, akan lenyap seutuhnya.... Kau....tidak akan lagi memandangku dengan cara yang sama, seperti saat kau masih malaikat. Kau akan...menertawakan dirimu yang sekarang..." Aku menjeda mengambil napas. "...karena, Iblis tidak merasakan cinta."

"Percaya jika kukatakan itu tidak akan terjadi?"

"Tidak."

Jika tubuhku bisa bersahabat, aku pasti menertawainya, mengoloknya atas kenaifannya. Tidak tahukah dia bahwa saat aku mencintai seorang anak manusia di kehidupanku sebagai malaikat, aku percaya bahwa entah aku tetap menjadi malaikat atau berubah menjadi iblis, perasaanku tidak akan pernah berubah terlebih sampai lenyap. Tidak mungkin, karena aku sangat mencintainya hingga aku akan mengorbankan segalanya untuknya. Akan tetapi, kenyataan menamparku, sekali kau menjadi iblis, maka tidak akan ada sesuatu yang bernama cinta dan kasih sayang di dalam repertoar iblis.

The Fallen Angels [ Kaisoo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang