True Love - Part 1

738 66 7
                                    

Sebelumnya tak pernah terbayang oleh ku, akan menikah di usia yang begitu muda. Sebelum ku ceritakan kisah ku, perkenalkan lah nama ku, Nandita Trihapsari, usia ku 19 tahun, aku seorang mahasiswi tingkat dua semester ganjil. Awalnya aku ingin sekali mengambil jurusan sastra mandarin, karna aku salah daftar akhirnya nasib membawa ku duduk di fakultas hukum tata negara. Apes, bukan nasib ku? Itu adalah apes yang pertama, lalu kesialan ku yang maha dahsyat adalah ketika kini aku berada di kantor kemiliteran bersama dengan seorang pria yang tak lu kenal kpribadiannya. Huaaaahhhhh.... Sungguh aku ingin menangis, hiks.. Hiks..hiks...

"Dita, ini pengajuan kita yang terakhir, kalau semua sudah selesai, kita akan segera menikah! Tapi kamu tenang saja, kita akan membuat kesepakatan. Aku tak akan membatasi gerakmu, kamu boleh menyelesaikan kuliahmu, jalan dengan teman-temanmu, melakukan hoby mu. Oh ya satu lagi, selama kamu masih kuliah, kamu boleh tinggal di luar asrama, tapi kalau ada kegiatan persit, kamu harus datang dan berpura-pura menjadi istri yang baik."

Aku mendengarkan setiap kalimat yang terucap dari pria yang ada di samping ku, namanya Ariyanto, seorang tentara berusia 28 tahun. Dia pria yang lumayan tampan, mempunyai tinggi sekitar 182 senti meter, kulitnya tidak hitam juga tidak putih, sorot matanya tajam,dia lumayan tampan dan dia juga baik, tapi...... Tidakkah dia terlalu tua untuk ku? Oh tuhan, cobaan apa ini? Mengapa kau uji aku seperti ini? Oh no!!!

"Dita... Hallowww..."
Mas Ari melambaikan tangannya tepat di depan wajah ku. Dan seketika aku tersadar dari lamunan ku.

"Apa Mas? Udah ya? Yuk pulang!" ajakku.

"Kamu dengar gak tadi saya ngomong apa?" tanyanya sekali lagi.

"Hemmm... Denger kok." jawab ku bohong.

"Saya tadi ngomong apa?"

"Aku di suruh jadi istri yang baik kan?" jawab ku asal.

"Hahahaha... Kapan saya ngeluarin kalimat seperti itu? Kamu keasikan mandangin saya, ya?"

"Hah?? Ihh kapan aku mandangin Mas Ari?" aku berusaha mengelak, padahal faktanya adalah, mata ku memang asyik memandangnya sedari tadi. Dan sialnya dia memergoki ku. Huft... Rasanya aku ingin menghilang saat itu juga.

###

Siang itu aku berdiam diri di rumah, kalau kata orang-orang, aku sedang di pingit. Aku membayangkan nasib ku kedepan, akan seperti apakah rumah tangga ku nanti?

"Dita...." tiba-tiba suara Alena membuyarkan lamunan ku.

"Hay." hanya itu yang mampu terucap dari bibir ku.

"Ihh calon pengantin cerah banget mukanya. Selamet ya say. Akhirnya lu duluan nikah. Btw, laki lu ganteng juga ternyata ya."

"Hah?"

"Ups.. Santai, gak akan gue embat kok."
Aku merundukkan kepala ku, rasa sedih itu masih menyisa di sisa hari terakhirku meng gadis. Aku sedih, karna pernikahan ku tidak di landasi kebahagiaan, aku menikah dengan pria asing pilihan orang tua ku yang katanya punya hutang budi di jaman perang dulu.

*Beberapa Bulan Sebelumnya*

"Assalammualaikum Ma, Dita pulang." salam ku ketika aku tiba di rumahku setelah seharian menghabiskan waktu di kampus.

"Waalaikumsalam." jawab beberapa suara yang tak ku kenali.

Aku terkejut ketika memasuki ruang keluarga, telah duduk sepasang suami istri yang tak ku kenal siapa beliau? Dan di sofa yang lain juga duduk orang tua ku yang tampak begitu sumringah.

"Ini loh anak kami, Mas, Mbak yu.." ucap Mamaku yang sembari menggiring aku ke tengah mereka.

"Cantik betul rupanya calon menantu kita ya, Ma." jawab seorang pria paruh baya yang belum ku kenal.

"Hah calon mantu? Siapa?" tanya ku terkejut.

"Sini duduk sama Tante sayang, ehh salah, mulai sekarang kamu harus memanggil kami dengan sebutan Mama, dan Papa."ucap seorang wanita yang kemudian ku panggil dengan 'Mama Siska'

"Hah, Mama, Papa?" aku tambah terkejut, rasanya ingin semaput.

"Dita, mereka ini orang tua dari Ariyanto, calon suami mu. Pada jaman dahulu kala, Kakek mu dan Kakeknya Ariyanto adalah sepasang sahabat karib yang tergabung dalam sebuah resimen. Saat itu mereka berperang melawan sekutu, lalu berjanji akan menjodohkan cucu mereka di kemudian hari." cerita Papa ku yang membuat aku melongo heran.

"Ariyanto??" Tanya ku lagi.

"Oh ya ini fotonya anak kami, Ariyanto, dia seorang tentara yang dinas di bekasi. Saat ini menjabat sebagai Danton. Sayangnya, dia tak bisa datang sekarang untuk bertemu dengan mu, Dit. Karna ada kunjungan petinggi katanya."

"Oh.. Begitu ya, Tante." ucap ku kepada Tante Siska.

###

Seminggu berikutnya pun acara pertunangan di selenggarakan, pria dengan kemeja batik lengan panjang itu terus menatap ku lekat. Wajahnya datar tanpa ekspresi, tak ada senyum dan tak ada isyarat penolakan yang tersirat.

"Berhentilah untuk menatap ku seperti itu, ku mohon! Tatapan mu menjadi pertanyaan besar untukku." ucap batin ku.

Dan kemudian saat acara pemasangan cincin, pria itu berbisik, bisikannya nyaris tak terdengar sehingga aku berteriak lantang.

"APA? GAK DENGER!!"

Wajahnya memerah malu, aku langsung menutup mulut ku, Mamanya dan juga Mama ku akhirnya asyik menggoda kami. Sialll....

###

"Ini berkas yang harus Dita persiapkan. Oh iya, Dita boleh memanggil ku, Kakak, Abang, atau Mas, terserah Dita saja."

"Ya ampun, banyak amat kaya mau ngelamar PNS. Ini mau nikah apa ngelamar kerja, Mas?"

"Oh iya, Dota juga harus belajar tentang apa yang saya suka, dan yang saya gak suka. Misalnya makanan. Dan yang terpenting Dita harus tau berapa jumlah gaji yang masuk ke ATM merah putih setiap bulannya."

"Rekening merah putih? ATM dari bank mana itu?" jawab ku polos, karna aku memang tak tahu kalau ada ATM berwarna merah putih.

"Oh iya, kalau ada yang gak paham, Dita boleh hubungi saya."

"Caranya gimana, Mas? Dita kan gak punya nomernya Mas Ari."

"Aduh... Mana ponsel mu, Dit?"

Aku memberikan ponselku, dan jemari kekarnya langsung menekan tombol di layar ponsel ku.

"Udah nih." Mas Ari memberikan kembali ponsel ku. Aku tetkejut ketika nama yang di tuliskan di ponselku adalah 'Suami ku tercinta'

"Ihh... Kok ini sih namanya?" perotes ku.

"Lah kan memang nantinya aku ini adalah suami mu!"

"Ya tapi gak gitu juga kali.. Hiks..hiks..hiks..." aku pura-pura menangis. Dan kemudian tangan itu membelai kepala ku lembut.

###

"Saya terima nikah dan kawinnya Nandita Trihapsari dengan maskawin tersebit, di bayar tunai."

Dua bulan berlalu, tepat di hari ini Mas Ari mengucap ijab kabul dengan begitu lantang. Sementara aku masih saka menangis dengan balutan kebaya putih ku.

Dan beberapa jam kemudian, aku berada di satua ruang yang sama dengannya. Saat itu dia menghampiri ku dan kedua tangannya memegang pundakku.

"Saat ini aku adalah suami mu, dan kamu adalah istriku, walaupun kita tak saling kenal, tapi aku akan berusaha untuk mengenalmu. Dan satu pesan ku yang harus ku sampaikan, rubahlah sifat mu yang kekanak-kanakan itu menjadi lebih mandiri dan bijaksana juga dewasa. Dan mulai hari ini juga, Dita seilutuhnya adalah tanggungjawab saya. Jadi saya harap kerjasamanya ya!"

Aku tertegun dengan ucapannya, tak ada satu kata pun yang dapat ku mengerti, aku tak paham dengan apa yang dia bicarakan, aku memang tak pintar, ku akui itu, tapi semenjak aku di jodohkan, rasanya otak ku sangat cepat mencair..

BERSAMBUNG....

Ini cerita saya yg terbaru. Cerpen ini akan sy lnjut di CO grup WA, Kalau ada yang mau ikutan silakan klik tautan di bawah ini :

https://chat.whatsapp.com/3mBk9DfmeojJwCCYgDGjbk

Atau WA sy di no 081374997855.
Trimakasih, happy reading.

True Love (TERBIT DALAM BENTUK PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang