9

109 18 2
                                    



True love

Aku berdiri di bawah pohon rindang untuk berlindung dari teriknya sinar matahari. Siang itu aku berada di pinggir lapangan menyaksikan para tentara yang sedang berolahraga, mata ku asik melihat kaki-kaki berseliweran di depanku. uhh rasanya bikin gereget. Tak lama seseorang pria berambut cepak datang menghampiriku, tubuhnya lebih pendek, dan kulitnya lebih gelap dari Mas Ari. Pria tersebut semakin mendekat kearah ku.

"Nunggu siapa, Dek?" Tanya si pria hitam tersebut.

"Nunggu Mas Ari." Jawab ku singkat.

"Ari Sihasaleh ya, Dek?"

"Ari siapa aja boleh." Jawab ku.

"Saya juga Ari, Dek. Berarti Adek nungguin saya dong?" goda si pria centil tersebut. Dan tak lama aku tersenyum ketika Mas Ari berjalan kearah ku, aku melambaikan tangan kearah suami ku.

"Dek, itu Lettu Ariyanto, jangan di ganggu, dia sudah berkeluarga." Ucap si pria sok keren itu lagi.

"Biar saja. Saya tau kok, kalau Mas Ari, sudah berkeluarga."

"Aduh kamu ini, dari pada deketin Danton, mending deketin saya, saya masih bujang loh, Dek."

Aku diam tak menanggapi kicauang pria aneh itu. Aku lebih memilih asik menatap suami ku yang mengenakan baju olahraga dengan lengan buntung dan celana pendek yang super aduhai. Aku bukan senyum karna melihat wajah Mas Ari, tapi aku senyum karna melihat kaki seksi itu lagi, kakinya yang begitu indah.

"Wan, ngapain kamu disini?" Tanya suami ku pada pria yang sedari tadi berdiri di sampingku.

"Siap komandan, ini nemenin Adek yang cantik ini, sudah saya bilang kalau komandan sudah berkeluarga, tapi si Adek ini masih asik aja ngeliatin komandan." Terang pria yang bernama Iwan tersebut.

"Oh, jadi kamu jagain dia disini? Ohh iya, Wan, kamu kenal sama istri saya gak?"

"Siap, tidak Ndan."

"Oh.. ya sudah kenalan dulu lah. Ini orangnya ada sama kamu dari tadi."

Lantas si peria celingak celinguk, dan tak ada wanita lain selain diriku, sedetik kemudian pria tersebut mundur teratur sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Ternyata Ibu istrinya Danton Ari toh. Aduh mati aku.."

"Wan, Rumput di samping barak bagus tuh, cabutin gih sana! daripada gangguin istri saya."

"Siap Ndan, Izin, komandan mau kelapangan lagi? Kalau mau lanjut di lapangan biar saya disini Ndan, kasihan Ibu nanti di antepin nyamuk, Ndan."

"Iya paling nyamuknya ya kamu itu. Uda sana! cabutin rumput samping barak."

"Rumput di rumah gak sekalian, Ndan?"

"Wan, batu gede nih. Kalau nyampe ke kepala kamu manteb nih kayanya. Mau coba gak?"

"Ampun, Ndan." Iwan pun langsung ngacir entah kemana.

Aku lalu tertawa melihat tingkah konyol si Iwan tersebut, dalam hati aku cukup puas ternyata Mas Ari cemburu jika aku di dekati oleh pria lain.

"Seneng banget kamu ya, abis di godain sama si Iwan? Emangnya kamu gak ngomong kalau kamu istri ku?"

"Aku pikir dia sudah tau siapa aku, ternyata aku salah."

"Iwan itu baru penempatan disini, di suruh nebak yang mana muka Danrunya belum tentu tau itu anak."

"Lah kok bisa?"

"Iya, tapi coba kalau di suruh nebak yang mana istrinya Danru, pasti hapal dia itu."

Aku kembali tertawa terbahak-bahak, lucu juga orang-orang di asrama ini, aku kira hanya Mas Ari seorang yang punya sifat begitu lucu, dan ternya ada juga yang lebih lucu, atau mungkin di yon ini, yon perkumpulan orang-orang lucu? Ahh lucu bener rasanya kalau begitu. 

###

Aku duduk di tepian lapangan, menikmati semilir angin yang bertiup lembut. Ku kenang kembali awal aku mengenal Mas Ari dulu. Dulu aku sempat menangis semalaman begitu tahu akan di jodohkan, apa lagi di jodohkan dengan pria yang usianya jauh di atas ku, sempat berfikir kalau Mas Ari adalah Om-om yang haus akan perawan seperti ku, dan lambat laun dugaan ku tentang Mas Ari adalah salah besar. Dia bukanlah Om-om yang menakutkan, dia adalah Om-om rasa Mas-mas. Atau kalau aku bilang Ajhusi rasa Oppa, seperti Lee donghae, walaupun udah tua tapi masih ngegemesin.

Dulu setiap malam aku berdoa agar perpisahan aku dan Mas Ari segera terjadi, agar aku bisa menemukan pria yang benar-benar ku sukai. Namun seiring berjalannya waktu doa itu berubah menjadi sebuah permohonan agar aku tidak di pisahkan darinya, aku tak bisa membayangkan jika aku berpisah darinya, aku tak bisa membayangkan, akan segila dan serapuh apa aku nantinya, karna aku merasa begitu menyatu dengannya, begitu dekat dan begitu ahhh apalah namanya, intinya saat ini dan seterusnya aku tak ingin tuhan memisahkan aku dan dia karna aku begitu menyayanginya, mencintainya, dan aku tak ingin jauh darinya. Saat ini kami tidur dalam satu kamar yang sama, satu tempat tidur yang sama dan di bawah selimut yang sama, kadang aku berfikir, sudah saatnya aku memberikan hak nya atas diri ku, dengan begitu mungkin akan terdengar suara tangis bayi mungil di tengah keluarga kami. Tapi aku tak tahu harus memulainya dari mana, haruskah aku membaca kitab kamasutra?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True Love (TERBIT DALAM BENTUK PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang