Part 2
"Dit, selama kamu masih kuliah kamu tinggal disini saja, Nak." usul Mama mertua Dita.
"Kampus Dita lebih dekat kalau dari asramanya Mas Ari, Ma"
"Nah itu lebih bagus, jadi kami bisa segera menimang cucu."
"Hah cucu? Gimana cara bikinnya?"
Sontak si Mama tertawa mendengar ucapan ku.
Hemm, bukannya kasih saran dan mengajarkan, Mama malah menertawai aku. Apa salah dan dosa ku tuhan?###
Aku meletakkan barang-barangku di sebuah kamar. Ku perhatikan sekeliling kamar yang berukuran 4x4 tersebut, semua catnya hijau.
"Ini kamar dulunya sekalian tempat pemujaan kali ya? Ko ijo semua?" gumam ku.
Tok..tok..
"Siapa?" tanya ku ketika pintu kamar ku berbunyi ketukan.
"Saya, emangnya ada siapa lagi di rumah ini selain kita ber dua, Dit?"
Ahh iya, aku lupa kalau hanya ada aku dan Mas Ari di rumah ini.
"Masuk aja Mas!"
Tak lama pintu pun terbuka dan Mas Ari menyunggingkan senyumnya kearah ku."Lagi ngapain?"
"Lagi beber-beres. Ohh iya pasar di sini dimana ya, Mas?"
"Mau ngapain?"
"Ya mau belanja lah, aku lapar, mau masak."
"Emang kamu bisa masak, Dit?"
"Yey, meragukan aku amat kayanya."
"Hehe bukan begitu, ahh ya sudah, yuk, mau saya antar?"
"Ya mau, kan aku masih belum paham."
Mas Ari pun menggiring ku menaiki motor besarnya.
"Kita motoran aja ya, biar enak."
"Iya."
Motor itu pun melaju menuju pasar tradisional yang tak jauh dari rumah dinas Mas Ari. Sesampainya di pasar, aku langsung memulai aksiku, memilih sayur dan membeli beberapa kebutuhan lainnya.
"Mas Ari mau makan apa? Biar ku masakkan"
"Apa saja, terserah Dita."
Aku memutar otak, mengingat kembali apa saja kesukaannya dan yang tidak dia suka.
"Oh iya sayur asem. Untung aja aku ingat." aku bersuara begitu saja setelah susah payah berusaha untuk mengingat sesuatu tentang kesukaan Mas Ari.
###
"Kamu yakin mau masak?" tanya Mas Ari ketika aku tengah sibuk mempersiapkan sayuran yang akan ku olah.
"Yahelah, udah duduk manis aja disitu. Percaya deh sama aku."
Mas Ari menuruti perkataanku, dia pun duduk manis dari tempatnya duduk.
"Dit, kenapa kamu mau tinggal disini?"
"Ya aneh aja gitu, kita udah menikah, tapi kalau istri jauh dari suaminya, hemm aku akan merasa bersalah, Mas. Lagi juga katamu, aku harus merubah diri menjadi lebih dewasa. Dan kalau aku terus saja tinggal berjauhan dari mu, kapan aku mengerti dengan tugas ku, tugas sebagai istri dan tugas untuk mengayomi bawahan ku."
"Dewasa juga cara pikirmu, tapi, apa kamu gak menyesal menikah di usiamu yang masih begitu muda?"
"Menyesal? Awalnya iya. Tapi aku merasa bersyukur, karna Mas tidak membatasi gerak ku. Aku berjanji untuk menjadi lebih dewasa dan lebih bijak. Aku juga tak akan membatasi ruang lingkup Mas Ari, silakan Mas mau seperti apa dan bagaimana, mulai hari ini, mari kita berteman, dan kita akan berpisah lima tahun kemudian."
"Berpisah? Cerai maksud, Dita?"
"iya lah, kan,Mas gak cinta dan gak suka sama aku, jadi kalau lima tahun kita berpisah dengan alasan aku tidak bisa memberikan mu keturunan kan bisa."
"Kita pikirkan lagi nanti!"
###
Aku duduk di ruang tv, menonton drama korea kesukaan ku.
"Dit, ini kamu yang pegang!" Mas Ari menyodorkan ATM berwarna merah putih kepada ku.
"Oh ini ATM yang waktu itu kamu bilang ya, Mas?"
"Kamu bisa menggunakannya untuk keperluan rumah dan kuliah mu..."
"Ihh gak usah,Mas. Kan Papa masih biayain aku."
"Kamu itu bukan lagi tanggungannya Papa, Dit. Tapi sekarang, aku yang menjadi imammu, aku yang akan menanggung mu SAMPAI MAUT MEMISAHKAN."
"Tapi aku gak enak, Mas. Aku menambah bebanmu."
"Sudah kewajiban saya sebagai seorang kepala rumah tangga, Dit."
Aku diam tak bicara dan juga tak menjawab perkataan suami ku.
"Saya mau makan, Dit. Lapar."
"Dita panasin dulu sayurnya ya, Mas."
Aku menuju dapur dan segera memanaskan sayur asem kesukaan Mas Ari. Sementara pria yang kini resmi menjafi suami ku, duduk di meja makan sambil matanya asik menatap layar ponselnya.
"Makan,Mas!" aku menyendokan nasi berserta lauk ke dalam piring dan meletakkan kembali di hadapan Mas Ari.
"Trimakasih. Oh iya Dit. Saya tidak ingin membahas masalah perceraian, buat saya menikah itu hanya satu kali. Dita jelas ini ya?"
"Hah? Apa?"
"Makan, Dit, makan!"
Aku menyendokkan nasi ke dalam mulut ku, dan tiba-tiba Mas Ari kembali bersuara.
"Dit, kita kan sudah satu rumah, kamu tidur di kamar depan, dan aku tidur di kamar belakang. Tapi barang-barang ku masih ada di kamar mu, jadi kalau orang tua kita datang berkunjung, mereka tak akan tahu bahwa kita masih tidur terpisah."
"Lah, kenapa tidur di belakang Mas?"
"Saya hanya menunggu kamu siap, jika kamu sudah siap, saya akan meminta."
"Siap? Meminta? Emang mau ngapain dan kemana?"
"Ke hongkong,Dit.
"Mas Ari mau ngajak Dita bulan madu ya? Asikkk... Tapi ke korea aja boleh gak, Mas? Dita mau jalan-jalan ke Gwanghwamun, Geongbok-gung,
Changdeokgung, Changgyeonggung, Deoksugung......""Tempat apa itu?"
"Istananya Raja sukjong, Mas"
"Iya besok, saya ajak kamu ke istana."
"Serius Mas?"
"Iya..."
"Asyikkk......"
"Istananya Bapak Jokowi."
"MAS ARI......"
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love (TERBIT DALAM BENTUK PDF)
Cerita PendekIni cerita tentang seorang mahasiswi yang di paksa nikah dengan seorang tentra. ... Nah, baca aja sendiri yak... Lg g mood nulis deskripsi 😁😁