Look at me

18 3 2
                                    

"Karena keinginan terbesarku ialah melihatmu di tiap hembusan nafasku, ditiap kerjapan mataku, dan ditiap langkah pastiku
~Liana~

Seminggu kemudian,..
   Entah dorongan darimana, pagi itu liana membuat sarapan untuk sang kakak. Membuat sang bunda yang melihatnya hanya mengernyit aneh dengan sikap sang putri.

"bunda,padinya dicuci nggak?" teriak liana dari arah dapur.

"cihh, sok sokan mau bikinin kakak sarapan. Kamu udah sma loh, masa nggak bisa bedain padi,beras,ama nasi?" edward mencibir sang adik

"apa bedanya, sama semua kok. Sama sama punya karbohidrat, bikin kenyang!" sungut liana,

"bedalah sayang, padi itu buat yang belum di pisahin ama kulitnya, belum dipabrik. Klau beras, udah dipabrik tinggal dimasak. Klau nasi yaa ituu... Tinggal makan."  cecar sang ayah, Louis jacob.

"jangan nodain otak putri bunda, minggir kalian!" bentak sang bunda yang mendengar pernyataan ngawur sang suami.

"bunda, lian nggak pinter masak nasi. Lian goreng telur aja yaa.." cengir liana, mencoba negosiasi dengan sang bunda.

"duh sayang, kalau kayak gini terus siapa yang bakal ngelamar kamu? Masa masak nasi aja gak bisa? Belajar yaa, ntar bunda daftarin ke kursus masak." bujuk sang bunda, liana hanya mengangguk acuh.

"ngapain belajar masak, ntar juga ada pembantu kok. Ntar yuno ngangkat Art, makanya kuyang nikah sama babang yuno aja." entah darimana datangnya makhluk pluto satu ini,

"kuyang kuyeng kuyang kuyeng pala gue puyeng!  Minggat lo sono nanobel!" edward muncul dan langsung menarik kerah leher bagian belakang yuno.

"ihh, kakak ipar... Lepasin, ntar kalau leher gue kecekik, gue mati, si kuyang gmana? Masa jadi janda? Gak elit." rengek yuno, namun edward mengabaikannya dan membawa yuno ke meja makan.

"BODO AMAT NO, BODO!" edward mendramatisir keadaan membuat Tn. louis menahan tawa.

"papa mertua, si kuyang nikahin sama yuno aja. Biar nanti si kuyang punya anak ganteng, pinter, dan rajin menabung kayak yuno." mata yuno memancarkan aura bahagia.

Edward yang melihatnya hanya menggelengkan kepala,

"Ingat mama no, yakali lo nikahin sepupu lo sendiri? Ponakan cewek satu satunya mama lo pula" ucap edward,mencibir.

"yang jelas liana kan gak punya hubungan darah sama lo!" yuno berbicara santai, terlampau santai hingga 'pletak'

Jitakan liana membuat yuno meringis, eyh... Kepalanya bukan batu yang keras sekeras anunya!

"Ihh kuyang, kalau mau nyentil jangan nyentil kepala. Mending sentil dedeknya babang yuno." ucap yuno seraya mengelus kepalanya.

"AMBIGU! makan aja sono, trus pulang." bentakan liana tak membuat yuno takut.

"belum nikah aja udah agresif, apalagi kalau udah nikah. Agresif di ranjang mah kagak papa, demi kelancaran masa depan dan keturunan." yuno berbicara santai

Tak sadar bahwa bidadari di sampingnya ber blushing ria.

'nano nano sinting, ngapain ngomong mesum depan ortu gue! Sinting,sarap,naif!" batin liana menjerit

I Want YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang