Curhat

18.8K 823 7
                                    

Alamsyah dengan lesu masuk ke kantor. Ryan yang melihat bos sekaligus sahabatnya, heran karena tidak biasanya Alamsyah seperti itu.

"Al, lo kenapa lesu gitu?" tanya Ryan antusias.

"Gue di suruh nikah?" jawab Alamsyah males.

"Bukannya hal yang gitu udah lo anggap angin lalu?" Ryan yang bingung melihat tingkah sahabatnya itu.

"Yang kemarin-kemarin itu angin lalu tapi yang sekarang ini beda?"

"Bedanya apa?" tanya Ryan yang mengernyitkan dahinya.

"Bedanya, aku masuk angin." jawab Alamsyah dengan sedikit rasa kesal.

"Yang bener?" Ryan yang membutuhkan sebuah kepastian.

Alamsyah yang males membahas masalahnya hanya bisa mendesah. "Lebih baik lo cerita sama gue Al, setidaknya lo akan merasa lebih baik." ucap Ryan yang mencoba untuk meringankan beban sahabatnya itu.

"Gue di suruh nikah sama Ayana Mahmud." ucap Alamsyah yang mencoba untuk memberitahukannya ke Ryan.

"A-apa?" Ryan yang terbata-bata karena merasa sangat terkejut.

"Gue serius Yan." ucap Alamsyah dengan sangat meyakinkan.

"Ayana Mahmud yang...." ucapan Ryan terpotong karena disela oleh Alamsyah.

"Iya Yan, Ayana yang itu." ucap Alamsyah yang membenarkan tebakan sahabatnya.

"Jadi lo nerima pernikahan ini?" tanya Ryan tak percaya.

"Mau gimana lagi Yan, ini sudah permintaan orang tua gue." pasrah Alamsyah.

"Terus Miranda gimana?"

"Itu dia masalahnya Yan, lo tahu sendirikan kalau gue itu sangat mencintai Miranda."

"Kalau menurut gue yah Al, gue setuju dengan pilihan orang tua lo kenapa! Karena Ayana adalah wanita sempurna menurut gue apalagi orang tua lo suka sama dia sedangkan Miranda, orang tua lo nggak pernah merestui hubungan kalian." jelas Ryan panjang lebar.

"Iya, gue tahu Yan, tapikan gue nggak punya perasaan apapun sama Ayana."

"Yaiyalah lo nggak punya perasaan sama dia karena lo belum terlalu kenal sama dia."

"Tapikan ada yang namanya cinta pada pandangan pertama?"

"Oke, kalau gitu gue tanya sama lo." Waktu pertama kali lo lihat Miranda lo langsung suka?" tanya Ryan yang dibalas gelengan oleh Alamsyah.

"Nggakkan, semuanya butuh proses Al, begitupun dengan lo nantinya dengan Ayana." jelas Ryan yang berusaha untuk membuat sahabatnya itu mengerti.

"Tapikan bukannya lo juga suka sama Ayana?" pertanyaan Alamsyah yang membuat Ryan mendesah.

"Kan udah ada lo Al, selama lo baik sama dia gue bakan relain dia sama lo meskipun perasaanku yang harus ku korbankan." jawab Ryan tegas.

"Kalau gue jahat sama dia?" tantang Alamsyah.

"Maka lo akan mati di tanganku." jawab Ryan mengancam dan Alamsyah pun pura-pura takut yang malah membuat Ryan jadi kesal.

Tidak beda jauh dengan yang dirasakan oleh Alamsyah, Ayana pun merasakan hal yang sama. Dengan langkah lesunya ia masuk ke ruangannya bahkan Reya yang ada di depannya pintunya tidak ia lihat.

"Assalamualaikum." salam Reya yang membuat Ayana terlonjak kaget.

"W-wa'alaikum salam." jawab Ayana yang masih belum sepenuhnya stabil dari lamunannya.

"Kamu kenapa lesu gitu Ay?" tanya Reya yang baru kali ini melihat bos sekaligus sahabatnya yang berperilaku seperti itu.

"Rey, mungkin kamu akan sangat terkejut jika aku menceritakannya kepadamu?"

"Cerita apa sih Ay, yang sampai bisa membuatmu seperti itu?"

"Begini Rey...." ucap Ayana yang menjelaskannya. Setelah mendengar penjelasan dari Ayana, Reya membekap mulutnya sendiri menggunakan tanggannya saking terkejutnya.

"Kamu serius Ay?" tanya Reya yang belum benar-benar sadar dari keterkejutannya.

"Iya Rey, aku serius." jawab Ayana lemah.

"Ya ampun Ay, kamukan tahu sendiri kalau Pak Alamsyah itu udah punya pacar, dan kamu malah nerima pernikahan ini." ucap Reya yang menyayangkan sahabatnya itu menikah dengan orang yang salah.

"Rey, kamu tahu sendirikan kalau aku itu mana bisa menolak permintaan Ayah dan Ibuku." jelas Ayana.

"Iya Ay, aku tahu tapikan setidaknya kamu itu harus mendapatkan laki-laki yang baik bukan laki-laki seperti Pak Alamsyah itu." Reya yang tidak bisa menerima jika sahabatnya itu harus menikah dengan orang yang seperti Alamsyah.

"Laki-laki seperti apa memang Pak Alamsyah Rey?" tanya Ayana yang tidak bisa menerima ucapan sahabatnya.

"Ay, kamu tahu sendirikan ka..." Reya belum sempat menyelesaikan ucapannya karena dipotong oleh Ayana.

"Rey, mungkin Allah sudah menakdirkan Pak Alamsyah yang akan mendampingiku dan menjadi imamku kelak." ucap Ayana yang menerima semua ketentuan Allah.

"Baiklah Ay, aku harap kamu bisa bahagia nantinya." Reya yang mendoakan sahabatnya.

"Insya Allah Rey, doakan aku yah?" pinta Ayana.

"Pasti Ay." jawab Reya dengan memeluk sahabatnya.

The Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang