.
.
.
.
Yang terlihat dari sosok seorang seosengnim adalah orang yang selalu menjadi momok menyebalkan para siswa, sosok yang dibenci, dihujat dan dimaki karena memberikan pembelajaran yang sulit dan penjelasan yang rumit serta sulit dimengerti, apalagi bila memberikan tugas banyak dan susah, sumpah serapahlah yang didapatkan oleh seorang guru dari murid-muridnya. Padahal.... Semua itu demi kebaikan sang murid sendiri, demi membuat sang murid pintar, demi mengajarkan bahwa kehidupan itu tidak hanya bisa dilewati dengan acara bersenang-senang saja.
Padahal....
Dari proses pembelajaran di sekolah itulah, para guru membimbing para siswanya untuk mengerti dan memahami arti kehidupan yang sebenarnya, terlepas bagaimana cara guru tersebut memberikan penjelasan, pemahaman, pengertian pada para anak didiknya, terlepas dari apa media dan metode yang digunakan oleh guru tersebut. Tujuannya tetap sama.... Mencerdaskan anak didiknya.
Begitu pula situasi yang dihadapi oleh seorang Kim Jaejoong, guru sastra klasik dan Modern di Cassiopeia High School. Setelah magang selama hampir setengah tahun di salah satu SMA swasta di Jinan, Jaejoong diangkat menjadi salah satu guru tetap di Cassiopeia. Bukan perkara mudah bagi namja berusia 23 tahun itu untuk menjadi seorang pendidik di Cassiopeia, sekolah swasta bertaraf Internasional yang sangat terkenal di Seoul.
Tidak pernah mudah....
Apalagi bila Jaejoong harus masuk kelas 3 Musik 1. Kelas khusus yang berisi siswa-siswa badung seantero Cassiopeia.
Bukan karena Jaejoong enggan berurusan dengan murid-murid nakal, bukan juga karena Jaejoong ketakutan berhadapan dengan murid-murid badung itu, namun karena kelas itu berisi...
"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... Joongie Seosengnim, jadilah namjachinguku!"
"Joongie hari ini tetap yeopo...."
"Seosengnim jadilah istriku...."
"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Joongieeeeeeeeeeeeeeeee...."
Karena semua penghuni kelas 3 Musik 1 sama sekali tidak menghargai Jaejoong sebagai seorang guru, semua murid kelas itu menganggap Jaejoong adalah idola mereka. Wajahnya yang terlalu tampan hingga terlihat begitu cantik melebihi perempuan membuat anak didiknya ingin menjadi namjachingunya, yeojachingunya, bahkan ada yang terang-terangan mengklaim bahwa Jaejoong adalah miliknya.
"Siang, Boo.... Walau di luar sana sangat terik tapi kau terlihat begitu menyejukkan...." namja bermata musang itu menatap Jaejoong dengan senyum merekah menghiasi wajah tampannya.
"Jung Yunho, kembalilah ke kursimu!" perintah Jaejoong pada murid terpintar sekaligus paling badung diantara murid lainnya.
"Berikan ciuman panasmu dulu baru aku akan menjadi anak baik sampai bel pulang berbunyi...."
"JUNG YUNHOOOOO!!!"
"Arra.... Arra.... Tapi...."
Cup!
Yunho lari terbirit-birit menuju bangkunya di deretan paling belakang setelah mencuri ciuman dari cheri lips merah merekah milik Jaejoong.
Brak!
Sebuah penghapus dengan sukses menghantam sisi paling belakang kelas hingga hancur. Jangan salah! Walaupun memiliki wajah selembut dan secantik yeoja namun Jaejoong tetaplah seorang namja yang memiliki tenaga luar biasa.
"Kerjakan lembar soal halaman 52 sampai 114! Hari ini juga dikumpulkan!" ucap Jaejoong sebelum dengan kesal meninggalkan ruang kelas 3 Musik 1. Moodnya mengajar sudah sukses dirusak oleh seorang Jung Yunho.