PROLOG

349 27 93
                                    

"Aku tak menyangka dapat bertemu dengan kamu. Entah ini karena kebetulan atau mungkin memang sudah takdir Tuhan?"
-Ariella Devara Saqueena

••♥••

"Kamu gila, ya? Udah tau hari ini bakalan ada MPLS masih aja nonton drakor semalaman! Semua itu ada waktunya. Kalau waktunya tidur, ya, tidur! Jangan malah ngebelain nonton drakor. Sekarang kamu telat, kan?! Padahal udah jelas-jelas saya umumkan sebelumnya kalau MPLS di SMA Sudirohusodo itu masuk jam 6 tepat. Sekarang udah jam berapa coba?!" teriak seorang cewek berambut panjang dengan menggunakan jas almamater berwarna abu-abu dan kerahnya berwarna biru. Itu menandakan bahwa ia adalah salah satu anggota OSIS.

"Sekarang jam 6.30, Kak," jawab Ariella pelan karena dirinya merasa bersalah.

"Tau telat berapa menit?" tanya Kakak OSIS itu dengan tatapan sangar dan mengintimidasi.

"30 menit, Kak," jawab Ariella lagi. Ia seperti sedang berada di hadapan macan sekarang. Tubuhnya gemetaran dan ia sedikit berkeringat. Siap tidak siap, sebentar lagi pasti dia akan mendapatkan hukuman.

"Woi, Sinta! Ada berapa orang yang telat?" teriak seorang cowok dari kejauhan. Cowok itu juga mengenakan jas almamater berwarna abu-abu, tetapi kerahnya berwarna merah. Itu menandakan bahwa ia merupakan salah satu anggota MPK. Cowok itu berlari kecil mendekati Sinta, cewek yang tadi memarahi Ariella.

"Cuma ada satu orang yang telat, Pen!" balas Sinta yang juga berteriak.

Cowok berwajah oriental itu pun akhirnya berada di antara Sinta dan Ariella. "Cuma cewek ini doang yang telat? Seriusan cuma satu orang?" tanya cowok itu seakan tak percaya.

Ariella yang semula menunduk karena takut kepada Sinta sekarang mulai menaikkan wajahnya. Ia merasa sedikit penasaran dengan wajah senior yang baru saja menghampirinya. Siapa tahu ganteng kan lumayan, pikir Ariella dalam hati.

Saat matanya menangkap jelas sosok seniornya itu, Ariella langsung terpesona. Selama beberapa detik ia terus memandangi wajah cowok tampan yang berada di depannya. Wajah oriental milik cowok itu membuat kesan menawan dan lucu. Kulit putih dan mata sipitnya tanpa sadar telah membuat Ariella tersenyum malu-malu.

Wah, gila! Ganteng banget, teriak Ariella dalam hati.

"Gue ganteng, ya?" ucap cowok itu secara tiba-tiba sehingga membuat mata Ariella jadi berkedip beberapa kali. Ariella jadi merasa sedikit salah tingkah karena terciduk terang-terangan mengagumi Kakak MPK yang ganteng itu. Ariella pun akhirnya kembali menunduk.

Sinta menyenggol lengan si cowok sipit, "Epen, mendingan sekarang lo pikirin hukuman buat Ariella. Dia udah telat 30 menit dan lo tau kenapa dia bisa telat?"

Cowok yang dipanggil Epen pun menggeleng. "DIA NONTON 7 EPISODE DRAKOR SEMALEMAN!! GILA KAN?!" teriak Sinta yang heboh sendiri. Telinga Ariella jadi merasa agak sakit karena mendengar teriakan Sinta.

Seketika wajah friendly yang semula terlukis pada wajah Epen berubah menjadi ketus. "Jadi, lo semalem nonton 7 episode drakor? Kenapa gak sekalian 16 atau 21 episode aja? Atau sekalian aja enggak usah tidur dan pantengin terus si oppa-oppa plastik kesukaan lo itu. Lagian plastik kok dipuja? Di daur ulang woi!"

"Maaf, Kak," jawab Ariella pelan sambil terus menunduk. Ia sekarang benar-benar tidak berani untuk menatap ke atas. Sejujurnya ia agak tidak terima idolanya dikatakan seperti itu.

"Gausah sok merasa bersalah, deh! Lo emang udah salah. Tunjukin muka lo, jangan nunduk di bawah gak ada duit kali," ucap Epen dengan sinis. Mendengar perkataan itu membuat Ariella mengangkat wajahnya dengan sedikit gemetaran.

"Nah, gitu, kan cantik!" puji Epen dengan entengnya.

Mendengar perkataan itu membuat Ariella bergetar. Jantungnya dapat dengan mudah berdetak kencang hanya karena perkataan sederhana itu.

"Gue sebel, deh, kalo lo udah mulai ngegombal sana-sini," kata Sinta sambil memutarkan bola matanya malas.

"Cemburu lo? Dia kan cewek, berarti dia cantik. Lo juga cantik. Karena di sini yang ganteng gue," balas Epen dengan penuh percaya diri dan menampilkan senyumannya. Melihat pemandangan itu membuat jantung Ariella berdetak semakin kencang saja.

Kemudian Epen kembali menatap Ariella. "Lo tau gak gue siapa?"

Ariella mengangguk ragu dan menjawab, "Kakak anak MPK, kan?"

"Jabatannya apa?" tanya Epen.

Ariella menggelengkan kepalanya lemah.

"Nama gue siapa?" tanya Epen lagi.

"Nama kakak Epen, kan?" balas Ariella yang sedikit malu. Ia juga takut salah bicara. Bisa gawat.

"HEH, SEMBARANGAN AJA LO MANGGIL GUE 'EPEN'! YANG BOLEH MANGGIL GUE 'EPEN' CUMA SINTA DOANG. LO CUMA ANAK BARU TAU!! PANGGIL GUE STEVEN," kata si Epen yang memaksa Ariella untuk dipanggil Steven.

Tuh, kan! Ternyata Ariella salah bicara.

Sinta tersenyum sinis kepada Ariella yang hanya bisa menunduk karena ketakutan. Kemudian ia menepuk pundak Ariella dan berkata, "Asal lo tahu aja, Epen ini Ketua MPK."

Sontak mata Ariella membulat sempurna.

Hah, apa katanya?

Ketua MPK?

Mampus njir!

Pada detik ini Ariella berurusan dengan Ketua MPK dan itu artinya GAWAT!!

DokidokiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang