“Untung aja hati aku sekuat baja. Coba kalo lemah, mending juga bolos daripada harus dihukum kayak orang gila begini,”
—Ariella Yang Malang••♥••
Ariella memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi karena sekarang ia berurusan dengan Ketua MPK yang derajatnya tentu lebih tinggi dari OSIS.Tiba-tiba saja Steven tertawa kecil sehingga membuat Ariella merasa sedikit curiga. Perasaannya mengatakan sepertinya akan terjadi sesuatu. "Sin, gue punya tugas istimewa buat lo," ucap Steven.
"Tugas apaan dah?" tanya Sinta heran.
"Dengerin baik-baik, ya. Pertama, tugas lo bawain rompi kebangsaan sekolah kita. Kedua, lo beli pita warna-warni di kopsis. Ketiga, lo minta 20 karet gelang bekas bungkus nasi kuning di kantin. Keempat, lo pinjem kaos kaki bola punya Gilang. Kelima, lo minta kardus bekas sama tali rafia ke Mang Ucul. Oh, iya, bawa spidol sama gunting sekalian. Cepetan, gak pake lama, gue tunggu selama 15 menit dan semua barang itu harus udah ada di sini. Kalau lo kerepotan, lo bisa minta bantuan ke anak OSIS yang lain. Ingat 15 menit dan harus tepat waktu!"
"Buset dah emang bener-bener udah gila lo! Terus semua barang itu mau lo apain coba? Kalo lo kurang kerjaan mending nyapu lapangan. Emangnya lo pikir gue babu disuruh bawa begituan? Gajelas banget sih!" Sinta malah kesal mendengar tugas yang diberikan kepadanya.
"YA BUAT NGERJAIN ANAK BARULAH BEGO! LO PIKIR GUE MAU NARI BALET SAMBIL MAKE SEMUA BARANG ITU?! MIKIR DONG MIKIR, LO TUH YANG GAJELAS. UDAH BURUAN BAWAIN SEMUA BARANG-BARANG ITU!!"
Ariella yang seketika membeku dan susah payah menelan ludah.
Sinta masih tak mengerti, "Mau lo apain si anak baru? Jangan lo bikin kayak orang-orangan sawah. Jahat banget tau nggak!"
"Ide bagus! Udah cepetan bawain barang-barang itu. Nurut aja susah banget sih!" balas Steven yang gemas dengan Sinta karena tidak mau menuruti perintahnya.
Akhirnya dengan sedikit terpaksa Sinta kemudian pergi untuk mengambil semua barang-barang itu dan memberikannya pada Steven. Entah akan seperti apa nasib Ariella.
Selama menunggu Sinta datang bersama seluruh barang itu, Steven sibuk memainkan handphonenya. Berbeda dengan Ariella yang harus terus berdiri di tempat. Ketika Steven sedang sibuk dengan handphonenya, secara diam-diam Ariella memperhatikan wajah cowok itu.
Ganteng sih, tapi bawel, pikir Ariella dalam hati.
Namun ternyata tiba-tiba Steven memalingkan pandangan dari handphonenya dan justru menatap Ariella. Persekian detik mata mereka bertubrukan. Ariella jadi agak salah tingkah dan buru-buru mengalihkan pandangan.
Ariella memaksakan kedua matanya untuk menatap pohon di halaman sekolahnya. Ia berusaha untuk tidak memandangi Steven lagi. Namun anehnya ia merasa seperti ada magnet pada cowok ganteng di dekatnya. Ia bersusah payah menahan diri untuk tidak memandangi atau sekedar melirik Steven. Sayangnya kedua bola mata Ariella tidak bisa diajak kompromi.
Akhirnya Ariella takluk dan tak bisa menolak. Matanya kembali memandangi Steven. Namun kali ini ia harus lebih berhati-hati agar tidak ketahuan. Sepertinya ia mengagumi sosok Steven yang bermata sipit itu. Entah mengapa dimata Ariella, cowok itu terlihat sangat lucu. Ya, walaupun agak bawel.
Dari samping aja udah ganteng, batin Ariella tanpa sadar.
Seakan bisa membaca pikiran Ariella, tiba-tiba saja Steven melirik Ariella lagi. Steven memandangi Ariella. Ia menatapnya dengan dalam kemudian bertanya, "Nani?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokidoki
Dla nastolatkówJangan sekali-kalinya telat atau hidup kalian akan seperti di neraka! Awal masuk sekolah sudah seperti kutukan bagi Ariella. Ia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan seorang cowok yang kerjaannya bikin malu anak orang. Siapa orang yang en...