“Meski aku bukan siapa-siapa, tetapi aku tak suka melihat dia bersamanya,”
—Sinta••♥••
"Kemaren lo udah telat dan sekarang telat lagi. Harusnya lo bisa belajar dari kesalahan kemarin, tapi masih aja. Yang lain aja bisa kok tepat waktu. Bahkan, jam 3 pagi Epen udah nyampe dan solat subuh berjamaah di masjid sekolah. Kalau rumahnya emang jauh berangkat lebih pagi lagi supaya gak telat," ucap Sinta menasihati Ariella. Yang sedang dinasihati hanya bisa menunduk dan tak dapat berbuat apa-apa.
"Sekarang anak ini mau diapain lagi, Pen?" tanya Sinta kepada Steven yang sedang menyenderkan tubuhnya ke gerbang sekolah.
"Tenang aja gue selalu punya ide buat ngehukum orang," jawab Steven sambil tersenyum miring. "Sekarang mending ke lapangan aja dulu," lanjutnya.
Steven pun berjalan ke arah lapangan bersama Sinta dan Ariella yang membuntuti di belakangnya. Hati Ariella kini sudah tak karu-karuan membayangkan apa yang akan terjadi padanya hari ini. Kemarin saja rasanya sudah kacau sekali.
Tiba-tiba saja langkah Steven terhenti dan membalikkan badannya ke belakang. Lalu ia menempelkan punggung telapak tangannya ke dahi Ariella. "Hari ini lo sehat-sehat aja, kan?"
Ariella yang secara mendadak mendapat perlakuan seperti itu langsung membeku. Sinta yang berada di sebelahnya pun ikut terkejut melihat pemandangan itu.
"Baguslah suhu tubuh lo normal," kata Steven kemudian melanjutkan langkah kakinya untuk menuju lapangan yang telah ramai oleh anak baru.
Melihat kedatangan mereka bertiga, hampir semua anak baru yang berada di lapangan itu berbisik-bisik. Semua pandangan tertuju kepadanya. Ariella merasakan perasaan tidak nyaman karena dibicarakan oleh banyak orang.
Ternyata begini rasanya jadi artis, ucap Ariella dalam hati sambil berupaya menyabarkan diri.
"Sekarang lo perkenalan diri di hadapan mereka semua," ucap Steven kepada Ariella. "Dan lo Sinta, ambilin sapu di kelas," titahnya yang langsung dibalas anggukan oleh Sinta.
"Ayo cepetan cuma perkenalan diri doang kok! Cuma kasih tau nama lo, gugus berapa, dan ceritain kejadian tadi pagi," ucap Steven yang disertai senyuman manis seperti biasa.
"E.. eh? Kejadian tadi pagi?" tanya Ariella bingung.
"Iya kejadian tadi pagi. Lo enggak lupa, kan? Cepet ceritain pasti mereka bakalan terhibur," balas Steven tanpa beban.
Ariella gugup sekali saat ini. Ia berusaha mengatur napas dan memejamkan kedua matanya. Mama aku mau nangis, batinnya meronta.
Steven berdecak sebal. "Kalau sampai hitungan ketiga lo belum juga buka mulut. Gue bakalan tambahin hukumannya. Satu, dua, ...."
Ariella membuka kedua matanya dan menghembuskan napas panjang. Lalu ia pun mulai memperkenalkan diri. "Hai, teman-teman! Nama saya Ariella Devara Saqueena. Saya dari gugus sembilan. Saya bisa berdiri di sini karena terkena hukuman," ucap Ariella dengan penuh gemetar.
Kemudian ia melanjutkan perkataannya, "Saya sudah telat dua kali dan tadi pagi ada kecelakaan kecil." Ariella menghirup udara sejenak lalu berusaha menguatkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokidoki
Teen FictionJangan sekali-kalinya telat atau hidup kalian akan seperti di neraka! Awal masuk sekolah sudah seperti kutukan bagi Ariella. Ia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan seorang cowok yang kerjaannya bikin malu anak orang. Siapa orang yang en...