Liontin Kerlap Kerlip

50 4 0
                                    

"Nah, ini ni. Kasian kalo jadi jonessss!! "ledek seseorang.

Aku mencengkram erat pena yang sedang ku gunakan, ah... Rasanya ingin ku masukkan pena ini ke lambungnya.

Astaghfirullah... Segera ku tepis kata kata itu yang berseliweran di kepalaku.

"Sendiri ya? Kasian... "ucapnya sambil mendekatiku.

Aku cuma diam. Panas. Rasanya ruangan ini panas sekali. Oke,tanpa banyak lama aku langsung berdiri. Ingin secepat mungkin pergi dari ruangan ini.

"Hei,mau kemana?"

Aku diam.

"Hei, jones!!"

Kali ini aku berhenti.

"Wah, kalo dipanggil jones baru mau ya... Gimana kalau panggilan mu jones aja? Hahaha..."

"Hahahaha.... !!!"ucapannya mengundang tawa seisi kelas.

Yaa Allah... Aku langsung melangkah cepat menuju pintu. Ia mempermalukan ku? Kenapa sih dia?

=========

"Joonnnn!!"panggil Meisha mendekatiku. "Neess!!"lanjutnya.

"Mau ngapain ,Ness?"tanya nya kasar.
Hebat. Sekarang ia ingin mempermalukanku. Lagi dan lagi.

"Terimakasih ya, Bu,"ucapku pada pemilik warung.

"Sama sama..."

Aku meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Tunggu. Sepertinya da sesuatu yang basah di punggung ku. Sekilas aku berusaha melihat ke belakang. Astagfirullah. Sejak kapan ada ini?

"Upppsss... Maaf, Ness... Sepertinya aku tidak sengaja melemparkan saus sambal pada mu, "ledeknya.

Yaa Allah. Sabar sabar. Susah sekali menjadikan hati ini sabar. Yaa Allah...

"Yaa Allah, Nak... Ga boleh kayak gitu, " ucap ibu pemilik warung.

Ia menghampiriku. Di usap usap nya punggungku pelan.

"Anak Ibu juga ada jilbab kayak kamu ini. Pakai aja dulu jilbabnya ya, "ucapnya terus mengusap punggungku.

"Terimakasih ya, Bu."

==========

Aku duduk melamun di kursi taman. Ini sudah hari ke empat aku dan Meisha belum juga berbaikan. Sudah berulang kali aku minta maaf pada dia, tapi jawabannya 'kamu tu salah banyak, ga akan aku maafkan' . Sampe kapan emangnya kayak gini terus?

Pandanganku menerawang ke atas. Langitnya cerah bukan? Sangat cerah. Biru muda , di tambah sinar matahari. Sungguh cuacanya sangat bersahabat. Sangat...

"Melamun terus... "ucap sebuah suara lembut.

Aku menoleh. Pastinya bukan Meisha."Alfia? "

"Iya. Kenapa emang? "
"Nggak kok. "

Ia langsung duduk di samping ku. "Kamu ada masalah sama Bilal? "

Aku terkejut. Kenapa ia tiba tiba menanyakan hal itu?

"T-tid-dak... "

"Kamu terkejut? "

"Tidaklah. "

"Kamu itu berbeda kata Bilal, kar- "ucapan Alifa terpotong.

"Berbeda maksudnya? "

"Hm... Kamu sering diam ya? Pendiam? Pendiam sekali. Bahkan untuk menyapa Bilal saja tak pernah. "

"Tidak kok. Aku ini tidak pendiam. Bukannya aku ramah? Lagipula pertanyaanmu tadi tidak berbobot."

"Tapi... Ah sudahlah. Ohya? Kamu suka liontin yang kayak mana? "

I Love AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang