Tentang Cinta (2)

60 5 2
                                    

"Dasar CENGENG!! "ia mendekatiku. Dan... Oh Allah... Apa yang dia lakukan? Ini tak boleh terjadi. Bilal!!

"Maaf... "sebuah ucapan maaf lolos.dari mulutnya.

Aku memberontak. Sakit...

"Maafkan aku bertindak kasar... "ia memperkuat.

Yaa Rabbii... Apa yang ia lakukan? Ia memelukku. Erat sekali... Sakit Rabbi... Pelukan ini memang hangat. Tapi sangat sakit, aku berdosa karena tersentuhnya.

"Jangan peluk aku!! "aku mendorong tubuhnya.

Ia melepas pelukannya. Ku lihat matanya basah oleh air mata.

"Maafkan aku, Atul... "ucapnya lembut.

Perlahan kulihat bibirnya bergerak. Istighfar... Ia mengucapkan itu berkali kali.

"Maaf aku memelukmu. Aku tidak sadar, kenapa aku memelukmu... "

Aku diam. Tatapanku kosong ke arahnya. Ia menyentuhku? Apa seperti ini rasanya di sentuh laki laki asing? Sepertinya untuk seumur hidup, ia yang pertama menyentuhku. Yang sama sekali bukan mahram ku.

"Maaf, Atul... "

Berkali kali ucapan maaf keluar dari mulutnya.

"Rayin, ayo kita pergi! "aku melangkah ke arah Rayin yang melongo lalu menarik tangannya.

==========

"Atul. Habis ini kita ke Mall, yuk? "tanya Rayin sambil mengemudikan mobilnya.

"Ngapain? "tanyaku.

Aku baru saja pulang dari rumah Ara. Tadi aku sempat melihat perpustakaan kecilnya, banyak koleksi novel islami, juga ada karangan novel ku tertata disana.

"Ya, belanja sesuatu... "

"Nggak usah, deh. "

"Ohya, hari ini aku mau ketemuan sama temen aku yang baru pulang dari Belgia. Ia orang Indonesia sih, tapi kuliahnya di Belgia. Karena liburan, dia kemari deh. Kamu mau ikut nggak? "

Aku sempat berpikir sebentar."Nggak, deh... "gelengku.

"Kenapa? "

"Nggak papa. "

"Yaudah, aku ke rumah nya dulu. Ntar kamu bawa aja mobilnya pulang. Kalo kamu emang pingin pulang, sih... Tapi kamu pande pake mobil, kan? "

Aku mengangguk kecil.

"Syukur, deh... "

Beberapa menit kemudian, Rayin menghentikan laju mobilnya. Berhenti di sebuah rumah besar? Ah, ini lebih patut di anggap istana.

"Ini rumahnya? "tanyaku antusias.

"Iya. Yaudah aku pamit, ya! Jaga diri, sayang!! "ucapnya sambil tersenyum.

Rayin lansung memasuki pagar berwarna emas itu. Beberapa saat ku lihat seorang pria keluar dari istana itu dan berlari ke arah Rayin. Mereka berpelukan. Ku tatap Rayin dari kejauhan. Sebentar... Tatapan Rayin itu seperti... Apa jangan jangan Rayin...??

========

Malam... Hari sudah malam. Aku belum juga pulang ke rumah Rayin. Apakah dia mengkhawatirkan ku?
Perlahan aku menyapu pandangan ke sekeliling ku. Masih ramai... Masih ada toko toko yang buka. Setidaknya aku tidak takut kalau ada orang jahat yang akan mengganggu ku.

"Ryon? "ujar ku tak percaya.

Pria di samping ku itu menatap ku. Benar... Pria ini memang Ryon.

"Maaf... Anda siapa, ya? "tanya nya heran. Mungkin ia tidak mengenali ku karena cadar ku.

"Atul... Rabiatul Adawiyah, "jawabku.

Guratnya yang heran itu berubah terkejut. Ia langsung melangkah cepat meninggalkan ku.

"Ryon!! "panggil ku mengejarnya. Namun ia tetap berjalan cepat menjauhi ku.

"Ryon, tunggu!! "panggil ku lagi. Ia tetap mengabaikan ku.

"Setidaknya dengarkan aku dulu! Apakah kamu tak kasihan melihat Lola? "ujar ku sambil berhenti berlari.

Ku lihat dari kejauhan Ryon berhenti melangkah. Ah... Aku benar benar letih sekarang...

"Kenapa kamu melakukan hal itu kepada Lola? "tanyaku sambil melangkah pelan menghampirinya.

Ia tampak bisu di tempatnya. Seperti patung.

"Lola di usir dari rumah oleh kakek dan nenek nya. Apakah kamu tak kasihan? Kamu tak berpikir bagaimana keadaannya sekarang, atas semua yang kamu lakukan? "tanyaku lagi yang kini berdiri beberapa senti di belakang nya.

"Kenapa kamu melakukannya? "tanyaku.

Ia tetap tidak menggubris sama sekali perkataanku.

"Ryon... Bagaimana dengan Lola yang- "

"Aku tak pernah berniat melakukannya, "ucap Ryon sambil berbalik menghadap ku.

"Tapi kenapa semua itu terjadi? "

"Semuanya tak seperti yang kamu dengar, Atul... "

Ia menghela napas berat. "Kamu tau? Waktu itu aku sedang membawa kursi rusak ke dalam gudang. Namun tiba tiba Lola datang sambil memeluk ku dari belakang. Ia mengunci pintu gudang itu. Aku tak tahu ia kenapa? Namun ia mengatakan 'aku sudah tak tahan...' . Dan ia terus mengulang kata kata itu, Tul... Ku lihat ia membawa sebuah plastik berisi air hitam pekat. Aku tak tau itu apa? Lalu ia menarik wajahku, dan memasukkan air itu ke dalam mulutku. Dan setelah itu, "Ryon kembali menghela napas nya. "Aku benar benar tak terkendali. Dan kami melakukan hal keji itu. Dan saat sadar, ternyata air tadi itu adalah obat perangsang. Aku terkejut saat mendengar suara tawa dari seseorang. Ku lihat di dekat pintu, berdiri seorang laki laki berpeci, berjubah, pakaiannya seperti seorang Ustad. Namun aku salah, ia mengatakan. 'Haha... Bagaimana Ryon? Bereaksi kah obat perangsang itu? Maafkan aku, Ryon... Aku yang memberikannya pada Lola' . Aku benar benar terkejut atas apa yang ia lakukan... Dan orang itu adalah... "

Ia terdiam dan menatap ku lemah.

"Siapa? "tanyaku antusias.

"Orang itu adalah... "

Yesss... Makasih votenya teman teman. Aku bersyukur banget... Alhamdulillah... Terus vote ya
Jadi semangat nih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang