Malas... Ah malas sekali... Aku juga sedikit bosan. Rasanya aku ingin refreshing sebentar.
"Hay hay!! "sebuah tangan menepuk pundak ku pelan.
Aku menepisnya. Sontak ku menoleh.
"Jantungan, "ucapku.
Ia terkekeh kecil. Lalu memandang wajahku.
"Kenapa wajah mu kusut banget? Belum di setrika ya? "tanyanya.
Aku menatap manik matanya. Ia langsung tersenyum centil seolah mengerti akan tatapan ku.
"Bosan? Mau jalan jalan? "
"Iya, sih... Tapi, "aku diam membuat jeda.
"Tapi kenapa? "
"Kita mau pergi pake apa? Mobil nya kan di pake si Bilal... "
"Iya juga, sih... "
Ku lihat Rayin tampak memikirkan sesuatu.
"Emangnya Bilal kemana? "tanyaku.
"Ahaa!!! "Rayin tersenyum jahil.
"Apa? "tanyaku bingung.
"Kita buntutin Bilal yuk?! "ajaknya.
"Membuntuti nya? Emang kamu tau ia kemana? "
Ia mengangguk mantap. "Tau dong! Tadi Ilal bilang mau ke cafe. "
"Cafe mananya tau, nggak? "
Rayin menggeleng kuat. "Yaudah tinggal cari. Ribet amet... "
"Pake apa, sayang...? Bukannya motor mu rusak. "
"Eh iya ya... Lupa, "Rayin menepuk jidat.
Aku geleng geleng melihat tingkahnya.
"Bilal pergi sama siapa? "tanyaku menatapnya.
Ia membisu. Diam dan menunduk.
'Kenapa dengannya? '
"Bilal pergi sama siapa? "tanyaku kembali.
"Eh... Anu... Tadi pergi sama siapa ya? Mmmh... Ohya!! Sendirian!! Iya sendirian... Gitu deh... Hehe. "
Ku lihat lidahnya patah patah saat berbicara.
"Apakah Tuhan mu membolehkan untuk berdusta? "
Rayin terdiam. Lagi lagi ia diam dan terus membisu. Membuat hatiku memupuk banyak pertanyaan.
"Maaf, Atul... "
"Jujurlah... "
"Tadi, "ia mulai menarik napas,"Alfia dateng. Terus ku lihat Ilal sama Alfia berbincang di luar pagar. Pas itu, Ilal balik lagi ke dalam rumah. Dia manggil aku. Yaudah aku samperin dia. Terus dia bilang, dia mau pergi sebentar. Aku tanya. 'Kemana? '. Dia jawab. 'Ke cafe bentar '. Aku tanya lagi. 'Sama siapa? '. Dia natap aku heran. 'Sendiri kok '. Aku nggak percaya, sih... Tapi aku pura pura percaya aja. Yaudah dia akhirnya berangkat. Sama... Alfia, "tuturnya panjang lebar.
Aku berusaha mencerna jawaban Rayin tadi. Sama Alfia? Ngapain mereka?
"Kalo kamu penasaran. Ya kita cari aja dia. "
Aku menggeleng kuat kuat. "Tidak usah... "
"Kenapa? "
"Tidak apa apa, sih... Kalo kamu mau, pergi aja sendiri. "
"Ih!! Aku kan mau bareng kamu! "
"Males... "
"Tadi katanya bosan. "
"Udah ilang kok bosannya. "
"Bohong. Yuk, deh! "
"Ih... Aku kan nggak mau! "
"Yaudah... Kita gausah cari dia. Kita keliling kota ini aja gimana? Pinjam motor tetangga kan gapapa? "
Aku berpikir sebentar. Lalu menatap manik mata Rayin. Ada harapan disana.
"Oke oke... Aku ngalah... "
"Yeeee!!! "
Senyum lebar menyungging di bibir ranum Rayin.
"Yaudah, yuk berangkat! "==========
'Cinta itu suci. Namun para penggunanya yang membuat Cinta itu ternodai. '
-Rabiatul Adawiyah-"Ilal! Kamu dari mana saja? "tanya Rayin menatap Bilal tajam.
Aku menatap dua gelintir manusia itu yang saling berhadapan dari balik celah pintu kamarku.
"Tadi kan aku sudah bilang. Aku ke cafe. "
"Ke cafe kamu bilang? Dari jam sembilan pagi sampe sebelas malam. Ngapain aja kamu di sana hah?! "tanya Rayin meninggikan suaranya.
"Huh... Tadi aku di suruh bantu bantu di sana, "jawabnya.
Kilatan matanya. Jelas sekali ia berdusta.
"Hei! Kau bilang berdusta itu dosa besar? Kenapa kau yang melakukannya?! Apa kau tak patuh lagi pada Tuhan mu?! "Rayin menatap sinis Bilal.
Bilal diam. Ku lihat ia kebingungan. Sepertinya ia sudah kehabisan kata kata untuk mengelak. Benar. Kata kata kebohongan.
"Kenapa kamu diam?! Seharusnya kamu paham bahwa aku dan Atul mengkhawatirkan mu! Dasar bodoh! "
Sejenak aku berpikir. Lekas ku menutup pintu. Tapi sangatlah pelan.
'Ah... Tidak ada manfaatnya aku menguping! '
Aku melangkah menuju spring bed ku. Lalu mulai menghambur. Memeluk erat bantal guling.
'Alfia, Alfia... Sepertinya Bilal sangat mencintaimu. Sampai ia juga mengorbankan liontin tercintaku. Padahal itu dari Umi untukku, Alfia... '
"Ciiittt... "pintu kamarku perlahan terbuka.
Tampak sosok gadis bermata hazel menatapku lesu. Ia lalu kembali menutup pintu. Lalu menguncinya.
"Kenapa? "tanyaku sambil duduk di pinggiran kasur.
Ia sama sekali tak menggubris. Ia lalu langsung menghempaskan tubuh ke sofa.
"Aku boleh tidur sini, kan? "tanya Rayin.
Aku tersenyum. "Tentu saja. Ini kan rumah mu. "
"Tadi aku bicara sama Bilal, "ujarnya. Ia lalu menarik nafas, dan menghembuskannya perlahan.
"Lalu? "tanyaku.
"Aku banyak bertanya. Tapi jawabannya itu tak ada kejujuran. Semuanya bohong, "ia kembali menarik nafas. Lalu menahannya, dan menghembuskannya kasar. "Apakah kamu tahu? Tadi aku mendekatinya. Ia mundur. Terus dia bilang. 'Jangan mendekat! '. Dia teriak. Aku nyium bau busuk dari mulutnya. Setelah itu, aku terus mengintrogasinya. Niatku ingin tahu ia habis makan apa, bau mulutnya busuk banget. Perlahan aku mendekat lagi. Saat ia bicara lagi, aku langsung terkejut karena bau mulutnya itu bau ALKOHOL!!! "Tutur Rayin panjang lebar sambil menekankan kata terakhir.
Aku melongos pahit. Minum alkohol? Habis dari mana dia? Yaa Rabi... Aku belum tidur, tapi kenapa aku sudah bermimpi buruk?
"Kita tidur aja ya. Semoga semuanya baik baik saja. "===========
"Rayin, aku pergi dulu ya? "ujarku sambil menyusun piring piring ke perkakas dapur.
"Kemana kamu? "tanya Rayin.
"Aku mau ke rumah Ara. "
"Ngapain? "
"Novel aku sama dia. "
"Yaudah, aku ikut! "kata Rayin menghampiriku.
"Terus yang jaga rumah siapa? "tanyaku.
"Kan ada Ilal... "
Tap! Tap! Tap! Sebuah langkah kaki mendekat ke arah kami.
"Aku mau pergi, "kata Bilal.
Rayin menatap Bilal tajam. "Ngapain kamu lagi? Oh... Jangan jangan kamu mau minum lagi ya? Ngaku!! "ketus Rayin.
Aku menyikut lengan Rayin. Refleks ia menoleh kepada ku.
"Jangan seperti itu, "bisikku.
"Aku takut ia minum lagi. "
"Memangnya kamu tahu dari mana ia sudah pernah minum? "
"Mulutnya bau... "
"Mungkin itu hanya kebetulan. "
"Nggak!! Pokoknya dia nggak boleh pergi kemana mana! "
Rayin beralih menatap Bilal. "Kamu harus tetap disini! Atau ikut kami? "
"Jangan ikut campur!! "ketus Bilal tiba tiba.
Aku dan Rayin terkejut. Saling bertatapan. Sebelumnya ia tak pernah seperti ini. Ada apa dengannya?
"Mobilnya kami pake, "ujarku angkat bicara.
"Kalian pake motor aja! "
"Rusak! "kilah ku.
"Yaudah. Angkot gitu kek... "
Bilal. Tatapan matanya tersembur ketidakpedulian.
"Ada apa denganmu? "tanyaku.
Bilal menatap manik mataku dalam. Aku lekas menunduk.
"Apa maksudmu? "
"Kenapa kamu kasar begini? "
"Kasar maksudnya? Memangnya aku membentak mu? "ketus nya. Kali ini lebih ketus dari sebelumnya.
Aku diam. Aku mengangkat dagu. Ku lihat Rayin menatapku seolah bertanya. 'Kenapa dengan Ilal? '.
"Kemarikan kunci mobilnya, "ujar Bilal perlahan melangkah ke arahku.
Rayin menghadangnya. Ia langsung berdiri di depanku.
"Kamu aja yang pake angkot! "
"Kemarikan kuncinya!! "nada suara Bilal meninggi.
Tidak! Aku takut melihatnya marah. Jujur, seumur hidupku aku tak pernah melihatnya marah.
"Kan sudah ku bilang, kamu pake angkot! Ini kan mobil aku! Bukan mobil kamu! "teriak Rayim tak kalah tinggi.
"Minggir kamu! "bentak Bilal menggeser tubuh Rayin menjauh.
Bilal menatapku tajam sekali. Mata elang itu...
"Berikan kuncinya... "
"Jangan berikan, Atul!! "teriak Rayin. Rayin masih menetap di dekat jendela samping pintu. Jarakku dengannya cukup jauh.
"Diam kau!! "bentak Bilal.
Aku tersentak. Kalau sudah begini, aku takut untuk membantah! Tapi aku takut juga, apa yang di bilang Rayin kemarin itu benar. Bahwa ia pulang larut malam, karena minum.
"Kamu mau kemana? "tanyaku lemah.
Aku menunduk. Sungguh aku tak berani menatapnya.
"Bukan urusanmu! Berikan kunci itu!! Atau... "ucapan Bilal tergantung.
Atau apa, Bilal? Tanyaku dalam hati.
"Apa kamu mau aku memaksanya dengan cara kasar, Atul...? "
Yaa Allah... Suaranya menyeramkan.
"Berikan cepat!! "
"Jangan berikan! Atau ia akan minum lagi!!! "
"Berikan!!! "
"Atul berikan!! "
"ATUL!! SUDAH KU BILANG BERIKAN KUNCI ITU!!! "teriaknya sambil merebut kunci mobil itu dengan kasar dari tanganku.
Suaranya sangat tinggi. Ia sudah membentak ku berkali kali. Sekarang ia kasar kepada ku. Sungguh! Dia bukan Bilal yang ku kenal!!
"Hiks... "aku nangis. Ku benamkan wajahku dengan kedua telapak tanganku.
Aku masih berdiri di hadapannya. Ia hanya diam.
"Dasar CENGENG!! "ucapnya mendekat. Dan...Bersambung...
Vote ya guys. Plis butuh komen kalian juga
Jangan jadi pembaca gelap.
Hehe

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Allah
Espiritual"Siapa yang kamu cintai? " "Allah! " "Siapa yang kamu sayangi? " "Allah! " "Siapa yang sedang kamu rindui? " "Aku merindukan sosok yang juga mencintai Kekasihku, lalu ia bersamaku menjalin ikatan suci bersama sama mencintai Allah. " Dia, wanita yang...