Maafkan Aku, Allah

47 6 0
                                    

"Kak, maaf... "ucapku menunduk. "Maaf karena aku belum bisa menjaga hati. Maafkan aku, Kak... "
"Minta maaf sama Allah... "
"Iya, Kak... "
"Jangan mencintai ciptaan-Nya melebihi-Nya. "
"Iya, Kak... "
Yaa Rabbi... Kekasihku... Aku mohon ampun kepada-Mu... Maafkan aku tak bisa menjaga hati karena-Mu. Maafkan aku berharap akan cinta kepada seseorang yang bukan kekasih halal ku. Allah... Ampuni diriku yang berlumur dosa... Sungguh hanya kepada Engkau aku meminta...
Aamiin...

=========

"Siapa ni, Tul? "tanya Rayin menatap heran Kak Fahmi.
"Oh... Kenalin ini Kak Fahmi. "
"Rayin, "ucap Rayin mengulurkan tangan.
"Fahmi, "jawab Kak Fahmi mengatupkan tangannya.
Rayin menarik kembali tangannya. "Kelupaan... Sorry ya... "ucapnya.
"Gapapa, "jawabku.
"Eh, bentar... Lupa kabarin si Ilal. Tunggu di sini dulu, aku mau ke kelas nya, "kata Rayin sambil berlari kecil kembali memasuki gerbang Kuliah.
"Atul... "
"Iya, Kak? "
"Bilal siapa? "
Ia menatapku. Seperti mengintrogasi. Tatapannya penuh pertanyaan. Tapi kenapa ia hanya melontarkan satu pertanyaan. Yang ia tak ketahui bahwa aku harus menjawab pertanyaan itu dengan penuh kata.
"Bilal itu... "
Aku diam. Membuat jeda. Berusaha menjernihkan pikiran ini. Kembali ku bersitatap dengan mata teduh itu. Kak, aku boleh berbohong tidak? Sekali ini saja...
"Atul... Kalau kamu diam terus, aku akan selalu bingung... Jawablah walau hanya beberapa kata. "
Aku menunduk dalam. Tak berani menatap mata teduh itu. Aku takut ia marah.
"Kak, Bilal itu hanya teman masa kecil ku, kok. "
"Masa kecil? "
"Iya... "
"Kenapa aku tak mengetahuinya? "
"Kakak kan kenal aku pas SMP. "
"Aku sudah mengenal mu sejak kecil. Kamu saja yang tidak tahu. "
"Sejak kecil? "
"Benar. Pria berpeci yang sering mengunjungi rumahmu. "
"Owh... Jadi itu Kakak. Tapi kenapa nama Kakak waktu itu Fatih? "
"Ga tau, "
"Kak aku- "ucapanku terpotong.
"Heuu!! "Rayin tiba tiba datang menyambar obrolan kami. "Kelamaan nggak? "
Aku dan Kak Fahmi menggeleng pelan. Sekilas ku tatap pria itu lagi. Yaa Rabbi...
"Ohya. Katanya Ilal mau ikut kita pulang. Ya kan, Lal? "
Bilal mengangguk. Ia menatapku dalam. Aku menunduk. Pandangan Atul, jaga!!
"Yaudah, yuk! Berangkat!! "ucap Rayin sambil menarik tanganku menuju parkiran.
Aku sekilas melihat ke belakang. Kak Fahmi? Dan Bilal? Ngapain mereka? Kenapa mereka masih disana?

==========

"Atuuullll!!!! "teriak Rayin sambil berlari kilat ke arah ku dan bersembunyi di belakangku.
"Astaghfirullah... "gumamku pelan. Aku berusaha menetralkan detak jantungku. Gadis ini benar benar membuat jantungku melompat dari tempatnya.
"Ada apa? "tanyaku pelan.
Ia menunjuk ke arah depan. Aku mengikuti arah telunjuknya. Di depan ku terlihat Bilal.
"Ia mengganggu ku terus... Dari tadi ia menghalangku untuk belajar memasak. Yasudah, tanpa banyak bicara aku pukul kepalanya pake sendok kayu. "
Aku terkekeh kecil. Pantesan...
"Ia balik memukulku. Tapi pelan... Namun setelah itu, kami perang pake kuali tadi. Kualinya gede banget, gimana aku nggak lari, "tambah Rayin.
"He-eh... Yang mulai mukul siapa? "tanya Bilal menatap Rayin.
"Hei!! Kalo kamu nggak ganggu aku, mungkin aku nggak akan mukul kamu kali... Pikir dong!! "
"Ya gausah pake kayu juga kali! "
"Dasar kecut! Aku kan mukul pelan!! "
"Sama aja sakit! "
"Sakit dari Hongkong! Wong cuma kayak gini... "
Tuukk!!
Rayin menjitak kepalaku.
"Sakit nggak? Nggak kan? "tanya Rayin.
Aku tersenyum horor. Rayin boro boro menjauh dari ku.
"Hehe... Praktik doang kok. Maap ya Bidadari!! "teriak Rayin sambil berlari.
Bilal tertawa kecil. Ia menatapku, lalu mengulum senyum. Andai... Andai saja... Andai saja setiap hari aku bisa melihat senyum teduh itu.
"Kamu bawa apa? "tanya Bilal melangkah kepada ku.
Aku mundur sedikit. "A-aah ini... Aku bawa mie ayam... "
"Nggak baik makan mie... "
"Ini untuk Kak Fahmi... "
Ia tak menggubris. Menatapku lekat. Bilal, tolong sadar! Tolong jangan menatapku!!
"Kak Fahmi itu siapa kamu? "tanyanya sambil duduk.
Aku lupa bahwa aku berada di ruang makan.
"Owh... Kak Fahmi... Anu... Dia itu... "
"Atul, kamu sudah pulang? "potong Kak Fahmi. Ia muncul tiba tiba.
Aku lekas menoleh. Mendapati laki laki tampan itu di dekat anak tangga.
"Ah... Iya. Ini mie ayamnya!! "ucapku sambil menunjuk sebuah plastik hitam yang tertera di meja makan.
"Kamu beli berapa? "tanya Kak Fahmi mendekatiku.
"Satu... "
"Cuma satu? "
"Iya... Memangnya ada yang mau lagi? "
"Tidak... Ku kira kamu suka mie ayam juga... "
Aku tersenyum manis. Sayang ia tak melihat itu. Cadarlah yang menutupi.
"Aku menyukainya. Tapi aku sudah makan... "
Pandangan Kak Fahmi bertukar ke arah Bilal.
"Kamu mau? "tanya Kak Fahmi.
"Tidak. Aku juga sudah makan... "
Kak Fahmi mengangguk pelan lalu duduk.
"Aku ke kamar dulu ya... "
Keduanya mengangguk. Aku pergi meninggalkan ruang makan itu. Namun saat berada di lantai atas, sejenak aku melihat kebawah. Mereka sedang berbincang. Namun terlihat sangat serius. Salah satu dari mereka pergi. Iya. Bilal yang pergi.

Yops sepertinya cerita ini akan saya unpublish? Yang baca lumayan banyak, tapi yang ngevote ga ada? Bingung kenapa sih? Kurang bagus yah? Tapi saya bingung kenapa juga masih dibaca?


I Love AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang