Bagian 4🍁Takdir🍁

33 1 0
                                    

" Karena kebahagia yang haqiqi ada pada ridho illahi"

***

Tak ada pengharapan yang sia-sia dan tak ada usaha yang berakhir nista selama Allah menjadi tempat berkelu kesah dan berdoa.

Semua ada waktunya, hal terburuk sekalipun akan terjadi. Yang perlu di perhatikan adalah bagaimana cara kita menerimanya.

Hari ini, ada sebuah kabar dari rumah sakit. Terlalu mendadak, entah apa yang terjadi padanya.

Aku hanya bisa terus berbaik sangka.

Setelah beberapa saat, akhirnya aku sampai di rumah sakit. Menuju ruangan dokter Abel yang selama ini merawat dirga.

Belum sampai ke ruangannya, dokter abel terlihat membuka pintu. Segera aku menghampirinya.

" Dok..dok tunggu " ucapku sedikit berlari

" Eh, iya nyonya?"

" Fatma dok "

" Ah, iya. Ayo silahkan masuk"

Aku dan dokter abel memasuki ruangannya. Setelah dipersilahkan duduk. Aku tak bisa menyembunyikan rasa penasaranku, dengan rasa cemas ku lontarkan beberapa pertanyaan padanya.

" Jadi gimana dok? Dirga baik - baik aja kan? "

" Tuan dirga, dia baik baik saja nyonya."

" Benarkah? Lantas kenapa dokter menelponku menyuruhku ke sini tiba-tiba?"

" Ah iya, soal itu. Jadi begini, Alhamdulillah, atas izin Allah tuan dirga sudah siuman."

" Alhamdulillah, jadi sekarang saya boleh menengoknya dok?" Tanyaku begitu bahagia dan tak percaya.

" Mari saya antar"

Sepanjang perjalanan menuju ruangan dimana dirga di rawat, aku tak henti - hentinya mengucapkan syukur pada sang ilahi. Air mata haru mulai mengalir di pipiku.

Setelah sampai, tangis ku pun pecah. Benar saja, dirga siuman.

" Alhamdulillah, dirga kamu masih kenal sama aku kan?"

Tak ada jawaban darinya.

" Ga, kamu gpp kan?"

Tetap sama, hanya matanya yang melihatku tanpa ada jawaban.

" Ga, jawab aku! Apa kamu marah sama aku?"

" Dok, dirga kenapa? Dia gpp kan?"
Ucapku mulai cemas.

" Nyonya, sebaiknya ikut saya sebentar. Dan suster tolong cek keadaan tuan dirga." Ucap dokter Abel pada seorang suster yang sejak tadi ada diruangan.

" Iya dok." Jawab suster itu.

Aku pun mengikuti dokter Abel kembali memasuki ruangannya.

Kembali sabarku di uji. Setelah sekian tahun aku menunggunya. Antara kemungkinan terburuk dan terbaik. Dan ini jawaban Allah. Dia siuman, namun tak sepenuhnya kembali. Karena ada saraf otaknya yang perlu penanganan khusus. Sebagian organ tubuhnya mati, berbicarapun tak bisa.

Setelah mendengar penjelasan dokter, aku kembali ke ruangan dirga. Duduk di kursi tepat disamping dirga berbaring. Terlihat dia terlelap dengan tenang.

Sendu, terasa begitu sesak. Air mataku kembali mengalir tanpa diminta.

" Ga, km harus sembuh. Kuatlah! Aku dan keluargaku akan selalu ada disini." Ucapku tersedu - sedu.

" Ya Allah apapun yg menurutMu baik akan ku lakukan. Beri kekuatan kepada kami untuk menghadapi segala cobaan. Pelihara hati kami agar selalu berbaik sangka padaMu"

JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang