Red

499 63 1
                                    


Aku mencintaimu di dalam warna merah.

Aku akan mendapatkan dirimu entah bagaimana pun caranya.
Termasuk melukaimu.

"Guanlin,maukah kau menjadi kekasihku?"

"Maaf aku tidak bisa."

Jawaban yang sama setiap ia mendapat pertanyaan sejenis itu. Lai Guanlin. Dia adalah siswa populer yang dijadikan target kekasih hampir semua penghuni sekolah. Semua, entah itu laki laki maupun perempuan. Tapi entah mengapa kata penolakan selalu terucap disetiap ada seseorang yang menyatakan perasaannya. Dan baru saja , ia menolak salah seorang gadis populer disekolahnya. Semua menyaksikan adegan penolakan tersebut. Termasuk pemuda manis yg telah terkenal juga sangat menyukai Guanlin. Park Jihoon. Dia menyukai Guanlin sejak tahun pertama mereka masuk sekolah. Sudah berulang kali Jihoon menyatakan cintanya dan berulang kali juga Guanlin menolaknya, tetapi ia tetap gigih menjadikan Guanlin miliknya.

"Sudah kuduga akan ditolak. Dasar wanita bodoh. Harusnya kau tau kalau Guanlin hanya akan menjadi milikku kelak." Batin Jihoon yang melihat adegan penolakan dari balik dinding. Dia menyeringai licik dan pergi meninggalkan tempat itu.

Gadis yang Guanlin tolak berlari meninggalkan tempat itu dengan mata berkaca kaca. Antara sedih malu.

"Dasar menyebalkan" gumam Guanlin. Dia juga mulai melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Ia membawa langkahnya memasuki perpustakaan. Ia terdiam sebentar dan mulai memejamkam mata di bangku panjang pojok perpustakaan.

Dan tanpa disadarinya seorang pemuda mendekatinya sambil membawa sebuah gunting.

Malam telah tiba, mengahantarakan sejuta kegelapan yang dapat melingkupi hati seseorang. Seseorang yang akan berbuat dosa. Dosa manis yang membahagiakannya di dunia fana.

Disebuah mansion megah seorang pemuda berperawakan sedikit pendek melangkah kan kakinya melewati lorong gelap menuju kesebuah ruangan tertutup. Dia membuka pintu dan melangkah masuk kedalam ruangan yang didalamnya hanya disinari oleh tiga buah lilin. Dia melangkah menuju ranjang kecil yang terdapat sebuah boneka mirip boneka voodo dengan sebuah kertas bertulisan rumit terikat ditengah tengah ranjang. Dia menggores tangannya dan meneteskan darah yang keluar ke arah boneka itu. Ia juga meletakkan beberapa helai rambut berwarna hitam disana.
"Ini cara terakhir, maafkan aku." Batin pemuda itu.

Guanlin's house.
Guanlin tertidur dengan keringat bercucuran dan tubuhnyapun gerak tak beraturan.

"Jadilah kekasihku!" sebuah bisikan tajam terdengar.

"Kumohon,"permohonan pilu pun terdengar.

"Kau milikku!"tangan raksasa seolah menjeratnya. Ia tak bisa melarikan diri. Tubunya mati rasa. Pikirannya dipaksa mengingat kejadian kejadian tak menyenangkan dimasa lampau. Tak dapat dihentikan. Ia seperti sedang dikendalikan.

"Arghhhhhhhhhhhh" Guanlin terbangun terengah engah. Kepalanya sakit seperti tertimpa palu ber ton ton.

" Mimpi? Mimpi apa tadi? Arghh." Teriaknya sedikit frustasi.
Ia lalu merapikan ranjangnya dan menuju ke depan komputer untuk bermain game. Berharap bisa menenangkannya dari rasa was was yg dirasakannya.

Mentari menampakkan diri,

Guanlin berangkat ke kesekolah dengan perasaan yang berkecamuk. Memikirkan mimpi nya yang seolah menggentayangi dalam langkah langkahnya. Ia merasa pening setiap mengingat mimpinya, namun entah mengapa seperti ada sesuatu yang menggerakkan pikirannya untuk mengingatnya.

" Pagi, Guanlin. Apakah tidurmu nyenyak?" Sapaan ceria membuyarkan lamunan pria berlesung pipit tersebut.

"Pagi, Jihoon." Jawabnya singkat dan dengan tatapan kosong. Seperti raga tanpa nyawa. Lalu ia berjalan menjauhi Jihoon yang menatap kepergiannya dengan pandangan yang sulit diartikan.

DERNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang