Guanlin tidak pernah tahu, bahwa penolakannya pada Jihoon; membuat mentalmya terganggu hingga hidupnya seperti orang gila.
•••
Indah
Itu kata pertama yang selalu keluar dari bibir se-merah cherry milik Park Jihoon ketika kedua mata beningnya memandang sosok yang begitu di dambakannya.
Lai Guanlin; satu - satunya lelaki yang Jihoon inginkan seumur hidupnya. Satu - satunya lelaki yang membuat Jihoon rela melakukan segalanya demi untuk mendapatkannya.
Senyum semekar bunga di musim semi itu terus terukir ketika dirinya menikmati pemandangan seorang Guanlin, senyum itu semakin indah tatkala kedua sudut bibir Guanlin tertarik membentuk lekukan mempesona di sana.
Tak peduli seberapa jauhpun jaraknya, tak peduli untuk siapapun senyuman tampan itu; Jihoon tetap bahagia melihatnya.
Namun rasa bahagia itu perlahan berubah menjadi rasa ingin memiliki yang kuat, rasa bahagia itu mulai menjalar pada titik di mana Jihoon hanya ingin memiliki Guanlin untuk dirinya. Karena hanya memandang sosok dambaannya dari jauh masih belum cukup membuat Jihoon puas.
Maka, dengan sejuta keberanian yang Jihoon miliki, ia memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Guanlin; mencoba untuk memiliki lelaki itu untuk dirinya, hanya untuk dirinya.
Hari ini, di mana Jihoon selesai membeli cokelat dengan ikatan pita berwarna merah muda diatasnya; ia berjalan begitu bangga menemui Guanlin untuk menyatakan perasaanya. Jihoon mendekat ke arah Guanlin yang tengah asik bercengkrama dengan seorang wanita cantik di sampingnya.
"G-guanlin..."
Mendengar ada suara yang memanggilnya, Guanlin lantas menoleh ke arah dimana Jihoon kini berdiri dengan kedua alis yang bertaut heran.
"Kau memanggilku?" Tanya Guanlin memastikan, membuat Jihoon seketika mengangguk cepat.
Guanlin terlihat pamit pada sosok wanita tadi; lalu berjalan mendekat ke arah Jihoon.
Derap langkah dari si tampan itu membuat Jihoon semakin gugup, detak jantungnya berdetak dengan tidak normal, karena demi apapun ini adalah pertama kalinya Guanlin mendekat padanya.
"Ada apa?"
Sekali lagi, Guanlin bertanya; memastikan apa maksud Jihoon mencarinya. Namun bukannya menjawab, Jihoon malah menelan ludah kasar saat mendapati Guanlin sedekat ini dengannya.
"A-aku menyukaimu Guanlin..."
"Apa?!"
"Aku menyukaimu, maukah kau menerimaku sebagai kekasihmu ?" Jihoon menyerahkan cokelat miliknya ke arah Guanlin dengan wajah yang menunduk malu.
Sudah di pastikan wajah dengan pipi bulat itu merona hebat saat ini, Jihoon benar - benar malu namun ia menahannya dan berharap Guanlin akan menerima pernyataan cintanya.
"Maaf, Jihoon. Aku tidak bisa."
Namun, terkadang kenyataan memang tak seindah yang Jihoon bayangkan, ia tidak pernah berpikir bahwa Guanlin akan menolaknya.
"Dan lagi untuk apa cokelat ini ? Kau pikir aku anak perempuan ? tsk, benar - benar kekanakkan." Guanlin berlalu meninggalkan Jihoon yang masih menunduk.
Jihoon tersenyum, matanya memanas, dan dadanya terasa sesak. Kristal bening itu akhirnya menetes membasahi pipi gembilnya. Jihoon merasa sakit dan malu atas penolakan Guanlin hingga akhirnya ia memutuskan untuk pulang dan menjernihkan pikirannya.
°°°
°°°Satu minggu berlalu, dan selama itu pula Jihoon terus membuntuti Guanlin dan menunjukkan perasaannya. Guanlin mulai tidak tahan dengan sikap Jihoon, Ia sudah meolak Jihoon beberapa kali namun pemuda manis itu tetap tidak menyerah dan terus mendekati Guanlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERN
Fanfic[Prompt 6 for Petrichor on September] Dern mean secret, hidden, dark, gloom, sorrow. Kuanlin tahu kalau Jihoon menyukainya, namun ia tidak pernah menyangka kalau Jihoon akan menggunakan cara apapun untuk membuat Kuanlin menjadi miliknya, terutama me...