Bagian 5

1.6K 203 3
                                    

Iringan irama para musai mengalun merdu. Ketiga dewi kesenian putri Zeus itu kini sedang mendendangkan lagu tentang cinta dan tawa bahagia. Gemanya membahana hingga ke seluruh penjuru ujung samudra. Riuh rendah tepuk tangan para dewa yang datang dan juga gebrakan senjata mereka menambah sorai di aula besar istana dewa penguasa lautan.

Bercawan-cawan nektar dan tumpukan ambrosia aneka rasa berada di atas meja panjang yang berada di pinggir aula. Mereka percaya bahwa makanan dan minuman yang hanya bisa dikonsumsi para dewa ini akan membuat mereka hidup abadi. Tak lupa juga hadiah dari Dewi Hestia juga tersaji di sana. Minuman manis dengan campuran alkohol kualitas terbaik yang selalu ada di setiap festival perayaan manusia fana.

Poseidon mengajak Amfitrit mendekati aula tengah. Kemudian ia meminta gadis itu menunggu di balik salah satu pilar besar dengan ukiran hipokampi—makhluk yang mirip dengan kuda dengan ekor ikan—berukuran raksasa. Sementara pria itu hendak mengambil kudapan di meja saji.

"Kau di sini saja, Sayang. Jangan ke mana-mana tanpa diriku," kata Poseidon mengingatkan.

Selagi pria itu dalam perjalanan pergi mengambil makanan mereka, beberapa putri Nereus datang mendekati Poseidon. Namun, dengan halus ia menolak ketika mereka dengan segala bujuk rayu mengajaknya untuk menari. Poseidon teringat akan janjinya dengan Amfitrit. Oleh karena itu, ia tidak ingi menyia-nyiakan kesempatan dengan mengingkarinya.

"Terima kasih, gadis-gadisku, tapi sayang sekali malam ini aku sudah menjadi milik seseorang."

Salah seorang dari mereka mendengkus sebal mendengar Poseidon menolak ajakannya. Bahkan secara terang-terangan mereka mencela saudarinya yang diam-diam mendengar percakapan mereka. Gadis nimfa yang satunya juga mulai berani mendekatkan tubuhnya ke arah Poseidon.

"Tuanku, apa yang kaulihat dari saudari kami, Amfitrit?" tanya salah satu nimfa, saudari Amfitrit dengan suara lirih. "Kami merasa kau lebih memilih dia dibandingkan kami yang jauh lebih baik daripada gadis pendiam itu."

Poseidon diam tak menjawab. Pria dengan rajah bermotif tombak hitam bermata tiga di sepanjang punggung itu hanya memberi senyum miring kepada mereka. Tanpa menoleh kembali, ia berlalu dari hadapan mereka. Ketika ia sudah berada di hadapan Amfitrit, Poseidon mengulurkan secawan anggur untuk gadis itu.

"Seharusnya kau lebih banyak bersama dengan saudarimu. Apa kau tidak ingin bergabung dengan mereka?" tanya Poseidon penasaran sambil menyesap nektar.

Rasa hangat mengalir di tenggorokannya yang kering. Amfitrit menerima uluran cawan dari Poseidon yang ia berikan padanya tanpa seulas senyum. Nimfa laut kesayangan Doris—putri titan laut Oceanus—itu sudah berpikir yang tidak-tidak sebelumnya. Bahwa Poseidon dengan sengaja membawa dirinya pergi dan membuatnya menyaksikan adegan rayu-merayu sang Dewa laut. Alih-alih pria itu malah menanyakan tentang sesuatu yang mungkin sudah jelas jawabannya.

"Tidak tertarik," jawab Amfitrit singkat.

Seringkali Poseidon menatap Amfitrit sedang termenung di atas bebatuan pinggir pantai. Entah gadis itu sedang berjemur atau menyisir rambut ikalnya yang menjuntai dengan jemarinya yang lentik. Ingin sekali ia naik ke daratan dan menemui gadis yang sudah menarik perhatiannya. Namun, Poseidon juga menyadari bahwa dirinya tak pernah memiliki banyak waktu walau hanya untuk sekadar menyapanya. Oleh karena itu, kesempatan ini tak akan pria itu sia-siakan ketika mereka bertemu kembali.

Demi para moirai yang manis, Poseidonharus berusaha membuat dirinya layak untuk Amfitrit.

[[]]

Poseidon's ChaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang