Bagian 6

1.4K 186 2
                                    

Amfitrit tak pernah menyangka Poseidon akan datang menemuinya. Ini lebih cepat dari yang gadis itu duga selama ini. Amfitrit berusaha untuk tetap menjauh dari jangkauan pandang sang Dewa Penguasa Lautan. Haruskah sekarang? Apakah ketiga dewi perajut takdir itu sedang berusaha mempermainkannya? Tidak bisakah mereka memberitahunya terlebih dulu agar ia bisa mempersiapkan dirinya?

Ia tahu saat langkah-langkah kaki perlahan mendekat padanya. Amfitrit berusaha untuk menahan lidahnya agar tidak berkata maupun bertingkah memalukan di hadapan salah seorang putra titan ini. "Maafkan saya yang tidak mendengar suara Anda, Tuan."

Amfitrit mengutuk dirinya sendiri yang dengan tak tahu malunya mengakui bahwa Poseidon mampu membuat dirinya menuruti apa yang pria itu minta. Poseidon adalah seseorang yang cukup hebat untuk hal-hal sederhana yang terkadang tak pernah terlintas dalam pikiran Amfitrit. Walaupun tentu saja hanya dalam hati saja gadis itu berani mengatakannya. Jauh di lubuk hatinya, putri Dewa Nereus ini tak ingin berakhir seperti para wanita yang telah bersama Poseidon jauh sebelum dirinya.

Haruskah ia takluk kepada pria yang sering membuat hati para makhluk berjiwa lembut seperti dirinya hancur? Amfitrit tidak buta ataupun bodoh. Seluruh penghuni lautan dan juga daratan dari penjuru dunia sering membicarakan penaklukan yang dilakukan Poseidon terhadap para wanita. Terutama sikap pria itu terhadap makhluk berjenis kelamin perempuan. Pria itu akan benar-benar mengejar mereka hingga mendapatkannya.

"Akan sangat bodoh bagiku jika aku sampai terlena akan bujuk rayunya. Kuakui dia memang jauh lebih baik daripada pria lain," ujar Amfitrit kepada salah satu saudarinya ketika mereka sedang berbincang di aula istana mereka.

Ini adalah salah satu di antara sekian banyak hari dan kesempatan ketika mereka bisa bercengkrama layaknya saudara. Selain daripada itu, tak ada hari tanpa adanya amukan ataupun lolongan tangis penuh drama yang menjadi kesukaan saudari-saudarinya. Para nimfa laut seperti saudari Amfitrit terkadang memiliki kecenderungan untuk saling bersaing. Mereka akan berlomba-lomba untuk menampilkan kecantikan mereka.

"Kudengar dia sedang mengincarmu, Dik." Salah satu saudarinya yang lain, Thetis, menyahuti. "Sebaiknya kau persiapkan dirimu dengan baik jika Poseidon mulai mendekatimu."

Amfitrit menghela napasnya kasar. "Dari mana kau mendengar omong kosong seperti itu? Karena aku berharap orang-orang Olympus itu memiliki kegiatan selain menggoda dan menyesatkan manusia, Kak. Seolah mereka tidak memiliki kesibukan lain saja, selain mengurusi manusia fana dan segala permintaan mereka."

Saudarinya yang berambut hijau keperakan menyanggah. "Bukankah akan sangat menyenangkan menjadi salah satu bagian keluarga Olympus, Amfitrit? Kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan. Selain tubuh dan reputasi Poseidon yang sudah kau ketahui dengan baik, harusnya kau senang, kan?"

Namun, Amfitrit hanya diam tak menanggapi. Ia lebih memperhatikan nektar yang berada di cawan yang sedang ia pegang. Seakan-akan menatap benda di genggamannya itu lebih baik daripada harus mendengarkan ocehan para saudarinya. Ia harus bisa melewati malam ini dengan berusaha menahan diri dari keinginan untuk melarikan diri dari ocehan saudarinya yang entah mengapa cukup mengganggu pikirannya.

Wahai, Hera yang suci. Berilah aku petunjuk dan kekuatan untuk menghadapi ini, batin Amfitrit sambil memejamkan kedua mata.

[[]]

Poseidon's ChaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang