Ombak berlari mengejar tepi pantai.
Siang berjalan menuju malm.
Dan aku berusah menuju cinta halalku.******** ****** ******** ******
Siapa yg berani membangunkan singa berina?
"Keysa,, bangun sayang." Inallilalah, kenapa pak Arta membangunkanku? Dan ucapanya barusan ia kira mempan? Aku tetap menutup mataku.
"Apa kamu ingin di bangunkan dengan ciuman sayang?"
"Tidak,"ucapku sembari mebuka mata. Gila, wajah pak Arta kini begitu dekat denganku.
"Kamu tidak mau bangun sayang?" Hingga aku dapat mencium mints dari nafasnya. Siaga satu, dengan cepat aku segera berlari sebelum macan itu semakin memporak parikku.
_
_Setelah aku selesai membersihkan diri. Aku melihat pak Arta yg sudah siap dengan baju kokoh, sarung, beserta, sajadah.
"Ayok sayang, cepatlah memakai mukenah kamu. Kita bertemu allah di sepertiga malam kita." Ucapnya begitu lembut. Namanya perintah suami aku pun menurutinya. Walau pun sedikit canggung karna melakukan sahlat malam berdua.
Air mataku menetes mendengar bacaanya yg meneduhkan perasaanku. Semoga engkau mengabulkan do'a imamku ya robbi."Ada apa keysa? Kenapa kamu menangis?"ucap pak arta lembut sembari mendekatiku.
"Bapak jahat,"
"Jahat kenapa keysa? Apa yg telah saya lakukan? Bila saya telah melukaimu maka saya meminta maaf"ucapnya khawatir melihatku menangis.
"Karna bapak melantunkan surah al mulk penuh perasaan."
"Aw,,,"ringisku karna ia telah mencubit hidungku. Somplak pa gimana nih orang? Udah tau istrinya nangis malah di cubit hidungnya.
"Jangan pernah menangis, karna setetes air matamu adalah tanggung jawabku. Jadi jangan pernah menangis." Ucapnya seraya bangkit berdiri.
"Bapak mau kemana?"
"Saya akan melakukan sholat subuh dimasjid, dan bersiap-siaplah untuk segera pulang." Aku mengerutkan dahi, ngapain aku harus pulang? Kan ini rumah aku.
"Nanti jam 8 kita akan pulang ke pondok."
"What? Cepet banget?" Bukanya aku baru pulang kemarin, dan nanti aku akan pulang?
"Kamu ingin disini lebih lama?" So pastilah siapa yg tidak mau lama?
"Kita buat sekarang."ucap pak arta. Buat? Apanya yg harus dibuat? Mungkin kue.
"Ohhh kalau kita udah buat berarti bakalan lebih lama disini?" Pak Arta mengangguk.
"Ya udah kita buat sekarang aja."
"Kamu yakin?"
"Ya pastilah, membuat kue itu gampang."
Tapi kenapa pak arta malah tertawa?"Kamu tidak tau maksud saya?" Aku mnggeleng, emang apa yg dia pikirkan? Pak arta mendekatiku. Siaga dua.
"Kamu siap jika membuat junior?" Inalillahi, tidak? Aku tidak akan siap. Wisuda dengan perut buncit?
"Tidakkkkkk" teriakku terbangun dari khayalanku. Namun, dimana kini pak arta? Alhamdulillah dia sudah pergi kemasjid. Suara azand subuh berkumandang. Kemudian aku menunaikan kewajibanku.