Part 8

8.4K 854 13
                                    

"Mas nggak habis pikir, bagaimana Kamu yang nota bene nya adalah sebagai seorang guru, bisa-bisanya ikutan tawuran seperti abege kurang kerjaan begitu, Nja!! Otak kamu itu di taruh dimana hah?!!"

Abi langsung menyalak saat tiba diruang tahanan yang penuh dengan murid-murid nya sendiri maupun siswa -siswa sekolah sebelah.
Selebar wajah Senja sudah memerah menahan malu dan kesal karena di bentak-bentak didepan mata para anak didiknya. Senja lelah, lapar, kesal dan yang terlebih diatas segalanya dia MALU!!

Bagaimana dia bisa menasehati siswa-siswa nya dengan dagu terangkat lagi, kalau saat ini saja dia sudah di maki-maki tanpa diberi kesempatan membela diri.

"Bu Senja gak ikut tawuran Mas. Tadi ojek Bu Senja pas melewati lokasi tawuran. Karena Bu Senja melihat kami dalam kesulitan, maka nya beliau berhenti Mas. Ibu Senja sama sekali tidak bersalah Mas, jangan dimarah-marahin terus, kasihan."

Revan yang merasa kasihan melihat ibu gurunya dibentak-bentak dimuka umum berupaya memberi penjelasan. Dia tahu Senja setengah mati menahan malu dihakimi didepan para anak didiknya seperti ini.

"Saya tidak minta penjelasan kamu Anak kecil !!"

Abi makin emosi saat melihat siswa Senja yang tampak tidak senang karena dia memarahi gurunya.

"Sudah..sudah..!!! Mari kita ke ruangan JUPER aja. Ada beberapa berkas yang perlu kalian berdua tanda tangani sebelum pulang."

Abi dan Senja pun kemudian memasuki ruangan juru periksa, dan disana dia kembali melihat Cakra dan Ayahnya yang sedang duduk menunggu giliran diperiksa.

Saat ini Senja sudah menggelung semua rambutnya keatas karena kegerahan. Jaket pinjaman dari ayah Cakra tampak begitu kebesaran ditubuh mungilnya, bahkan nyaris menutupi pencil skirt selututnya. Kalau tidak diperhatikan secara seksama, Senja seperti tidak memakai bawahan sama sekali.

"Kamu pakai jaket siapa ini Nja? Senja gelagapan, kalau dia bilang terus terang, pasti alamat bakal dimaki-maki lagi ini.

"Itu jaket Saya. Tadi Saya pinjamkan pada Bu Sen, karena bajunya robek."  Ternyata malah Cakra yang menjawab pertanyaan Abimanyu.

Alhamdullilahhh!!!

Cakra menyelamatkan Senja dari situasi genting ini. Lebih baik mengetahui itu jaket muridnya daripada jaket ayah muridnya bukan?

"Nanti setelah Saya cuci, baru Saya kembalikan ke sekolah Ka— eh ke kelas kamu ya Cakra?!!"

Senja hampir saja ke ceplosan mengatakan bahwa si pemberi jaket itu musuh muridnya yang sebenarnya. Senja pun mencoba melirik sikap si empunya jaket yang sebenarnya, saat dia dan anak laki-lakinya kompak bersandiwara.

"Aryasatya Wisesa, ini kartu identitas anda dan ini kartu pelajar anak anda atas nama Cakra Prajna Wisesa. Oke masalah anda berdua sudah selesai. Anda berdua sudah boleh pulang."

JUPER itu tampak menjabat tangan ayah Cakra sambil menasehati Cakra agar jangan terlibat tawuran lagi. Sebelum mereka berdua berlalu, Senja sempat melihat ayah Cakra menatapnya sambil tersenyum tipis. Senja pun membalas senyumnya dengan sopan. Menurut Senja, Ayah Cakra itu baik dan juga gentle.

"Jangan kegenitan di kantor polisi Senja!!" Abi kembali memelototi Senja.

"Apaan sih Mas? namanya orang senyum sama kita,ya wajib kita balas dong Mas!!itu bukan ke-ge-nit-an, tapi etika ke-so-pan-an!! beda konteks nya Mas!!"

"Wajib? coba kamu tanya sama Pak JUPER ini, apakah ada dalam KUHP baik itu dalam Hukum Pidana atau Hukum Perdata? pasal apa yang mengatur tentang kewajiban membalas senyuman orang? tanya coba??!!"

"Senja malas debat kusir sama orang gila!!"

"Nah kalau kamu menyebut Mas sebagai orang gila, itu baru ada unsur pidananya dan ada pasal yang mengaturnya,byaitu KUHP pasal 315 yang berbunyi,

Tiap-tiap penghinaan yang bersifat sengaja dan tidak bersifat pencemaran,atau pencemaran tertulis terhadap seseorang dimuka umum,dengan lisan atau tulisan,maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan,atau dengan surat yang dikirimkan,atau diterimakan kepadanya,diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Paham kamu?" Abi menjelaskan dengan panjang lebar. Inilah cara berdebat ala Abimanyu Wicaksana. Setiap apa pun yang keluar dari mulutnya selalu ada dasar atau dalil hukumnya. Dia tidak suka berbicara omong kosong yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

"Iya Mas Iya. Senja yang salah Mas. Senja minta makan eh minta maaf yang sebesar-besarnya. Sudah cukup belum permintaan maaf Senja Mas?!!"

"Ngapain kamu minta maaf sama Mas? ada buat salah apa kamu sama Mas memangnya?! Kamu lapar ya? habis dari sini kamu mau makan apa?"

Abi menjawab santai seperti tidak mengetahui bahwa Senja sangat kepingin mencekik lehernya.

"MAKAN ORANG!!!"

Senja menjawab singkat sambil menendang tempat sampah disudut ruangan.

"Bu Senja, hati-hati dengan sikap Anda, nanti bisa Saya tambahkan pasal 406 KUHP yang berbunyi,

Barang siapa yang dengan sengaja dan melawan hukum,menghancurkan,merusakkan,atau membikin tidak dapat dipakai,atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya,atau sebagian milik orang lain,diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."

Ancam JUPER yang ber name tag, Hotman Marpaung itu sambil menatap Senja dengan seram.

"Ya Udah, matiin aja Saya Pak!! lepas tu buang saja di rawa-rawa biar dimakan buaya!!"

Senja langsung menghentakkan kakinya keluar ruangan si juru periksa dengan terus saja mengabsen satu persatu nama satwa dikebun binatang sesuai abjadnya.

===================

Ternyata Abimanyu membawa Senja makan disebuah rumah makan padang yang berhadapan tepat pada gedung kantornya. Abimanyu beralasan bahwa setelah mereka berdua selesai mengisi perut, Abi akan melanjutkan pekerjaannya kembali yang tadi di tinggalkannya begitu saja saat Senja meneleponnya.

Beginilah si Mr.Perfect Abimanyu. Semua hal yang dia kerjakan selalu terorganisir dengan baik. Tanggung jawab nya terhadap apapun selalu nomor satu. Segala hal selalu dia perhitungkan secara mendetail. Makanya Senja sangat heran kalau seorang Abimanyu bisa hang over dan menghamili orang. Itu bukan sifat Abimanyu sekali. Dan sampai saat ini pun Abi masih berupaya mencari bukti bahwa  dia sama sekali tidak bersalah.

Setelah selesai makan, Abi pun membawa Senja yang sudah sangat kelelahan menuju kantornya. Baru saja mereka berjalan sampai ke lobby, Abi segera dipanggil ayah mertuanya untuk segera masuk ke ruang rapat yang terletak disamping kiri lobby. Senja yang memang sudah sangat kehabisan daya pada pukul tujuh malam ini pun langsung jatuh tertidur di sofa lembut yang terletak tepat di samping meja costumer service. Hembusan air conditioner yang sejuk semakin membuat mata Senja terpejam semakin rapat dan lelap.

Sabda yang baru saja tiba dikantor karena instruksi meeting mendadak dari ayahnya, tertegun sejenak melihat adik dari adik iparnya itu tertidur nyenyak di sofa kantor. Melihat posisi tubuh Senja yang tampak tidak nyaman dalam tidurnya, membuat Sabda berinisiatif menyelipkan bantal kecil ke kepala Senja dan menaikkan kakinya yang tadinya tergantung separuh di sofa.Setelah dia merasa posisi Senja sudah cukup nyaman, Sabda kemudian melepas jasnya untuk menutupi kaki telanjang Senja.

Melihat suasana kantor yang sudah begitu sepi karena semua staff-staff nya sudah pulang, Sabda menjadi  was was meninggalkan Senja tertidur sendirian begitu saja di lobby. Sabda segera menghubungi Satpam kantor dan menginstruksikan tidak memperbolehkan siapapun masuk kedalam kantor tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Sabda juga mengunci pintu kaca lobby agar tidak ada satu orang pun dari luar yang bisa masuk ke lobby.

Sabda memandangi sekali lagi wajah cantik Senja sebelum akhirnya berjalan menuju ruang rapat yang sedari tadi seharusnya didatanginya.

Senja dan Sabda ( Baca Part Lengkap Di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang