"bagaimana bisa?!"
"maafkan aku kai, aku benar benar tidak tahu jika baekhyun akan bertindak sejauh ini" ujar chanyeol menatap dokter kim yang sedang menjaga kyungsoo yang sedang di obati oleh beberapa perawat
"lagipula untuk apa kau mengajaknya ke ruangan baekhyun? apa kau memang berniat mencelakai kekasih ku huh?" tanya dokter kim sinis
"yang benar saja, aku tidak mungkin melakukan itu. aku hanya mengajaknya untuk makan siang" kata chanyeol, dokter kim hanya menatap chanyeol kesal
"kalau sampai sesuatu yang besar terjadi pada kekasih ku, aku tidak akan memaafkanmu" ucap dokter kim
chanyeol tidak menjawab, dia hanya menatapkosong. dalam hati dia juga menyimpan rasa kekesalan yang sama pada baekhyun, memangnya apa masalahnya jika dia hanya sekedar mengobrol ria dengan kyungsoo
hubungan mereka itu kan hanya sebatas dokter dan pasien-nya.
chanyeol keluar dari ruangan perawatan itu untuk kembali ke ruangan milik baekhyun, dia berjalan dengan ekspresi kesal dan mata yang menatap siapa pun tajam
sesampainya di depan ruangan baekhyun, langsung saja chanyeol masuk ke dalam. dan mendapati ruangan yang sepi seperti biasanya, namun anehnya, sekarang terlihat lebih rapih. tidak ada kaset dvd yang bertebaran dan juga semua pecahan beling beling kaca vas sudah menghilang
televisi yang sudah di mati kan dan kotak makanan chanyeol yang sudah berada di atas meja,
"baekhyun" panggil chanyeol
tak lama terdengar seseorang yang sedang berlari kearahnya,
"daddy sudah datang?" baekhyun tersenyum manis kearah chanyeol, seakan tak ada masalah apapun yang dia lakukan sebelumnya
"lihat dad, aku yang bereskan semua ini. terlihat rapih bukan?" tanya baekhyun lagi
chanyeol menghela nafasnya kasar, "kau masih bersikap setenang ini? saat kau baru saja membuat sebuah kecelakaan tadi"
"aku pikir, aku pantas saja memukulnya. karena dia adalah pengganggu hubungan kita" jawaban baekhyun membuat chanyeol mengacak rambut nya frustasi
"hubungan apa baekhyun? hubungan kita tidak lebih dari sekedar dokter dan pasiennya, kau bukan siapa siapa bagi ku. kau hanya seseorang yang memiliki kelainan bagiku" ujar chanyeol pedas
perasaan menyakitkan itu kembali di rasakan baekhyun, di saat chanyeol yang selalu menolaknya dan kali ini penolakkan itu terasa lebih begitu menyakitkan untuk baekhyun
"DADDY JAHAT! HIKS"
"AKU HANYA INGIN KASIH SAYANG DAD! BUKAN SEBUAH PENOLAKKAN! KAU MEMBUATKU MUAK DENGAN HIDUPKU" bentak baekhyun, diri nya mendekati chanyeol dan langsung menghujam leher chanyeol dengan telapak tangannya
cekikkan yang sangat keras itu membuat chanyeol langsung kesulitan bernafas,
"AKU BENCI DADDY" pekik nya, chanyeol mencoba melepaskan cengkraman yang sangat kuat itu di lehernya, semakin lama cengkraman itu terasa semakin kuat
"lep-ashh baek!"
chanyeol memasukkan tangannya ke dalam saku jas dokternya, dan menarik keluar suntikan yang berisi obat bius itu. langsung saja chanyeol arahkan suntikan itu ke leher baekhyun
jleb
suntikan itu tertanam sempurna di dalam kulit baekhyun, sedetik kemudian chanyeol merasa cekikan itu mulai melemah. dan badan baekhyun yang terlihat melemas
"aku mencintai mu dad" gumam baekhyun sebelum akhirnya dia benar benar tak sadarkan diri
chanyeol segera menangkap baekhyun sebelum tubuh itu mencium lantai.
.
.
.
chanyeol menatap baekhyun yang masih pingsan, ia kembali memikirkan perkataan baekhyun yang bilang bahwa baekhyun mencintai nya
namun yang ada di pikiran chanyeol, apakah mungkin seseorang yang sakit jiwa masih memiliki perasaan semacam itu. tapi sejujurnya, bagi chanyeol sikap baekhyun adalah yang paling normal jika di bandingkan dengan seluruh pasien sakit jiwa di rumah sakit ini
sebenarnya juga, dia hanya asal mengucapkan kalimat yang membuat baekhyun marah tadi. padahal diam diam chanyeol sudah menyimpan baekhyun pada bagian kecil dari hatinya,
namun entah kenapa kata kata pedas itu bisa keluar dari mulutnya
"d-daddy.." gumaman itu terdengar di telinga chanyeol
"hey, kau tidak apa apa?" tanya chanyeol lembut, seharus nya baekhyun yang bertanya itu pada chanyeol
"aku baik baik saja dad, tapi leherku terasa pegal" jawabnya
"maaf, aku tadi menyuntikan mu obat penenang. dan juga.. aku ingin meminta maaf perihal kata kata ku yang tadi" ujar chanyeol
baekhyun mengangkat alisnya, "kata kata apa dad?"
lagi, baekhyun bersikap seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya
'apa dia memang seperti ini?' batin chanyeol
"apa kau tidak ingat apa yang tadi kau lakukan padaku?" tanya chanyeol, baekhyun terlihat berfikir sebentar dan setelahnya dia menggeleng
chanyeol menghela nafasnya, "baiklah, aku berjanji akan menyembuhkanmu baek" kata chanyeol
.
.
20.45 kst
jam jam selanjutnya, chanyeol habiskan waktu kerja nya untuk bersama sama dengan baekhyun. makin kesini, chanyeol menjadi senang dengan sikap baekhyun yang kembali riang. dengan sikap baekhyu yang seperti ini, membuat perasaan chanyeol juga ikut tenang
terkadang baekhyun melontarkan kalimat kalimat lucu dan berekspresi menggemaskan, membuat chanyeol enggan untuk pergi dari ruangan ini
sekarang chanyeol dan baekhyun sedang menonton sebuah film bertema romantis, disana baekhyun terlihat nyaman menaruh kepala nya dia atas paha chanyeol
"dad, aku merasa tersiksa tinggal di sini" ujar baekhyun tiba tiba
"kenapa? bukan kah tempat ini sangat nyaman?" tanya chanyeol, tangannya ia gunakan untuk mengelus rambut baekhyun, sekarang chanyeol sudah merasa sangat berhasil menjinakan baby psikopat ini
"aku lebih senang menyatu dengan alam, disini benar benar seperti penjara" jawab baekhyun, chanyeol menatap baekhyun kasihan
dia semakin yakin bahwa baekhyun masih memiliki hati manusiawi di dirinya,
'apa aku bawa saja dia kerumah?' batin chanyeol tiba tiba
"baekhyun" panggil chanyeol sembari menatap baekhyun
"ya dad?" baekhyun mendongakan kepala nya menatap chanyeol, sehingga mata mereka bertemu satu sama lain
"apa kau ingin tinggal di rumahku?" ajak chanyeol
senyuman lebar itu langsung terpatri di wajah cantik baekhyun,
"tentu saja daddy"
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doctor Is My Boyfriend
De Todo𝗗𝗜𝗦𝗖𝗢𝗡𝗧𝗜𝗡𝗨𝗘𝗗 _ Raga ku memang gila, namun hati ku tidak. _ Boy x Boy! Mature content! Pic from Livis0209 ©starbaecks, 2018