10

1.8K 84 1
                                    

Matahari yang indah baru saja menampakkan dirinya tepat di depan mata seorang laki laki yang tampan dengan tangan yang di infus. Ya orang itu adalah Aca.
"Ma, Aca kapan boleh pulang?." ucap Aca dengan tatapan kosong.
"Iya sayang secepatnya." ucapan mama Aca yang bikin Aca jengah.
"Ma, selain jawaban itu ada ga? Aca udah bosen disini." ucap Aca.
"Sayang, kata dokter masa pemulihan kamu kurang 2 minggu lagi sayang sabar ya nak, atau kita jalan jalan liat pemandangan di luar yang sedang musim gugur." ucap mama Aca dan hanya gelengan adalah jawaban singkat Aca.
"Ya sudah kalo gitu istirahat aja ya nak, mama mau ke ruang dokter dulu." pamit mama Aca dan hanya dijawab anggukan oleh Aca.

Diruang Dokter.
"Gimana dok keadaan pemulihan anak saya?." tanya mama Aca.
"Alhamdulillah ini sangat luar biasa bu, Aca benar benar sembuh total dan seminggu lagi sudah dibolehkan pulang."
"Alhamdulillah terima kasih dok saya sangatt bersyukur." ucap mama Aca sembari tersenyum haru.
Dengan segera mama Aca memberitahu Aca,tanggapan Aca pun sama yaitu BAHAGIA.

...
Dilain tempat ada seorang wanita yang sedang duduk dikursi taman sambil mengingat pertama kali ia bertemu lelaki yang menyebalkan hingga membuat hatinya semakin jatuh dan terus jatuh cinta di setiap harinya kepada laki laki itu.

Entah dimana dirimu, dimana hatimu.
Bicara yang jujur jangan kau lari kan diri.
Entah dimana dirimu, dimana hatimu.
Kau biarkan ku menerka tak tentu.
(Lirik lagu Hanin ~Kau yang Sembunyi~)

"Darrrrrrrr." tiba tiba Rafi datang dan membuat Ajeng terkejut secara reflek hadap ke Rafi dan memeluknya.
"Rafiiiii gilaa anjir." ucap Ajeng masih di dalam pelukan Rafi.
"Mau dipeluk terus ya?." goda Rafi sambil menaik turunkan alisnya.
"Enggak, tadi reflek." ucap Ajeng cuek sedangkan Rafi hanya menertawakan nya.
"Ngapain lo kesini?." tanya ketus Ajeng.
"Lah lo sendiri ngapain ke sini?." tanya balik Rafi.
"Ya suka suka gue dong. Ini kan tempat umum." ucap Ajeng.
"Ya jadi gue kesini juga suka suka dong wlee." ucap Rafi sambil mencolek dagu Ajeng.
*Blussshh Fi jantung gue mau copot anjir.*
*Cantik banget lo Jeng anjir.*
"Apa lo liat liat." galak Ajeng.
"Galak banget sih, dedeq jadi takut qaqa." ucap lebay Rafi.
"Huftt lebay lo hahahahhahaa." tawa Ajeng pecah.
"Jeng." panggil Rafi.
"Paan?." jawab Ajeng.
"Makan yuk?." ucap Rafi dan diangguki oleh Ajeng.

Mereka berdua pergi meninggalkan taman dan sekarang pergi mencari makan.

"Fi makan bakso yuk? Gue kangen bakso nya mang Jajang." ucap Ajeng ditengah jalan raya yang rame.
"Apa Jeng? Lo kangen gue?." ucap Rafi.
"Astagfirullah Rafi, GUE PENGEN MAKAN BAKSO NYA MANG JAJANG.'' ucap Ajeng ngegas.
"Anjir budeg woiii, bilang kek dari tadi kalo mau bakso." Ucap Rafi.
Plakkkk (suara tamparan tangan Ajeng ke helm Rafi.)
"Aduh kok ditampar si jeng anjir kaget gue." ucap Rafi.
"Habis lo budeg si." ucap Ajeng jengkel.
"Budeg makanan Jogja." ucap Rafi.
"Gudeg anjirrr lama lama gue tabok lo Fi." ucap Ajeng sambil cemberut.
"Bhuahahahahhaa." tawa Rafi.

Tak terasa mereka berdua sudah sampai didepan warung bakso mang Jajang.
"Mang bakso dua, es teh juga dua." pesan Ajeng dan diangguki oleh mang Jajang.
"Jeng." panggil Rafi.
Tak ada jawaban.
"Jeng lo marah? Gue minta maaf deh. Bercanda gue kelewatan ya?." tanya Rafi dan ga ada jawaban lagi dar Ajeng.
Tak lama kemudian Bakso yang mereka pesan pun sudah didepan mata.
"Eitsss tunggu Fi." Ucap Ajeng tiba tiba.
"Apaan?." jawab Rafi.
"Gue mau nyobain dulu punya lo, siapa tau nanti kalo ada racunnya gimana coba?." ucap Ajeng dengan nada serius.
"Yaudah nih cobain dulu." ucap Rafi.
Satu bakso
Dua bakso
Tiga bakso
Empat bakso
Lima bakso
"Ehmmm gak ada racunnya kok Fi, yodah yuk makan." ucap Ajeng sambil menahan ketawa nya karena melihat ekspresi Rafi.
"Ajenggg ini sama aja lo buat gue ga makan." greget Rafi.
"Kan tadi gue cuma mastiin ada racunnya apa enggak kok." jawab Ajeng santai.
"Bodo ah." ucap Rafi dan langsung meninggalkan Ajeng yang sedang tertawa ngakak sambil makan baksonya.
Selesai makan ia balik ke Rafi.
"Rafi yok pulang." ucap Ajeng sambil menaiki motor Rafi.
"Enggak mau." ucap Rafi.
"Lah terus?." tanya Ajeng.
"Lo harus bayar hutang ke gue." teka teki Rafi.
"Emang hutang gue ke lo berapa si?." tanya Ajeng.
"Banyak banget." cuek Rafi.
"Terus gue bayar sekarang?." ucap Ajeng dan dijawab gelengan kepala.
"Yah terus gimana Rafiiii." (Ajeng mulai greget gaes).
"Lo harus nemenin gue nonton." bisik Rafi tepat ditelinga Ajeng dan langsung diangguki oleh Ajeng.
"Yukkkkk." ucap Ajeng semangat lalu mereka berdua menuju ke bioskop. Sesampainya di bioskop, Rafi memesankan 2 tiket bioskop yang berjudul "ILY 36.000 FT." tau kan gaes?..
"Nih tiket lo." ucap Rafi sambil memberikan tiket nya ke Ajeng.
"Makasih Rafiiii." ucap Ajeng sambil memeluk Rafi erat seperti pelukan yang tak ingin dilepaskan.
Tiba tiba ada pengumuman ruang teater satu mulai selesai film.
"Jeng yok." ajak Rafi dan menggandeng tangan Ajeng.
Film pun diputar dari awal hingga Akhir, Ajeng dan Rafi saling menikmati film nya tak terasa pun film sudah habis diputar dan semua orang pun berhamburan keluar.
"Anjire gue baper banget Fii." ucap Ajeng girang tak kalah girangnya dari yang lain.
"Gue juga Jeng. Seakan akan Arga tuh gue." ucap Rafi dengan gaya.
"Dih pede amat lo anjir." ucap Ajeng.
"Fi, pulang yok gue udah ngantuk." ucap Ajeng dan diangguki oleh Rafi.
"Yuk." jawaban singkat Rafi. Lalu Ajeng mulai bergelayut manja di lengan Rafi. Banyak sepasang mata yang melihat kemesraan mereka berdua bahkan ada yang mengira bahwa mereka berdua berpacaran karna memang couple bangett.
Sampai diparkiran sepeda motor Rafi segera menyalan motornya dan Ajeng segera menaiki motor Rafi.
Kecepatan rata rata ya itu cara mengendarai motor Rafi. Tak suka ngebut dan tak suka lambat.

Tak terasa hari sudah mulai malam.
"Ma, Ajeng kemana ini? Tadi pamit nya cuma mau ketaman, tapi kok jam segini belom pulang si?." khawatir papa Ajeng.
"Iya ya pa, coba deh mama telpon dulu." ucap mama Ajeng, namun hasilnya nihil. Handphone Ajeng tidak aktif.
"Gimana ma?." papa Ajeng mulai cemas.
"Ga aktif pa nomernya." ucap mama Ajeng yang ikut gelisah.
"Apa papa susul- ." ucap papa Ajeng terpotong karena ada sinar motor ninja yang berhenti di depan rumah Ajeng.
"Siapa ma?." tanya papa Ajeng.
"Gatau pa, mendingan kita samperin yuk pa." ajak mama Ajeng.
"Loh Ajeng. Ajeng kenapa?." ucap mama nya panik.
"Ajeng ketiduran tante.'' jawab Rafi.
"Syukurlah kalo gitu, yaudah bawa kekamarnya aja ya." ucap mamanya.
Lalu Ajeng dibawa ke kamar.
"Happy nice dream Ajeng cantik." bisik Rafi ditelinga Ajeng sambil mencium jidat Ajeng. Dengan segera Rafi keluat dari kamar Ajeng dan berpamitan kepada orang tua Ajeng.
"Tante, om kalo gitu saya permisi dulu ya. Assalamualaikum." ucap Rafi sopan dengan mencium tangan kedua orang tua Ajeng.
"Hati hati nak." ucap papa Ajeng.
Lalu Rafi segera melajukan motornya.
"Anak kita udah gede ya ma, udah punya pacar ternyata." ucap papa Ajeng.
"Temennya kali pa itu." ucap mama Ajeng.
"Papa jadi pengen punya debay deh." goda papa Ajeng.
"Maksud papa?." tanya mama Ajeng.
"Mama ga kasian sama Ajeng yang ga ada temennya dirumah?." tanya papa.
"Hilihh itu mah akal akalan papa aja. Yodah yuk masuk udah malem." ucap mama.
"Tapi nanti kita bikin ya maaa." teriak papa nya Ajeng dari pintu bawah dan cuma di kacangin sama mamanya Ajeng.





KOMENTAR DAN VOTE YA GAESSSS ❤.
SATU VOTE DARI KALIAN SANGAT BERHARGA BUAT PARA AUTHOR 😇.
BUDAYAKAN BACA DAN NGEVOTE SUPAYA GAK JADI PEMBACA GELAP ❤❤❤.

Benci Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang