Akhir pekan ini team T dijadwalkan menggelar OFC Event, buka puasa bersama fans. Kegiatan tersebut akan dimulai pada sore nanti. Sebelum berangkat ke lokasi acara, para member berkumpul dahulu di teater untuk briefing.
Dengan diantar ayahnya, tadi Jinan lebih dulu kerumah Devi. Ia menjemput gadis itu untuk berangkat bersama ke teater. Setengah jam waktu yang dibutuhkan untuk sampai. Kini, mobil ayah Jinan sudah memasuki pelataran FX dan berhenti di depan lobby.
"Tas baju lu tinggalin dimobil aja, biar dibawa duluan kerumah gue" usul Jinan ke Devi saat mereka bersiap turun. Karena Devi akan menginap dirumah Jinan nanti malam, makanya ia bawa tas khusus baju ganti. "Ayah tolong ya, nanti tas Devi sekalian taruh dikamar Jinan" sambung Jinan melihat kearah ayahnya.
"Udah dijadiin supir, sekarang disuruh-suruh" gerutu Ayah Jinan.
Ia gemas dengan kelakuan anaknya sendiri. Sejak sedari rumah Devi, kursi sebelahnya dibiarkan kosong. Jinan memilih pindah duduk di kursi belakang, berdua Devi. Sepanjang perjalanan pun, ia lebih banyak jadi pendengar dari candaan kedua remaja itu.
"Aku ini bapakmu Nan" muka Ayah Jinan dibuat semelas mungkin. Tapi Jinan malah menertawakan mimik berlebihan ayahnya. Berbeda dengan Devi, ia jadi merasa tidak enak.
"Maaf ya om jadi ngerepotin" Devi sedikit menundukkan kepalanya.
"Gapapa kok Dev, santai" sahut Jinan, bukan ayahnya.
"Iya iya... Demi Devi yang cantik, ayah gapapa kok direpotin" Ayah Jinan menaik turunkan kedua alisnya.
Devi tersenyum kikuk, ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal itu.
"Ayah apaan sih, gausah genit-genit deh" Jinan bersungut sebal pada ayahnya. Dan kali ini giliran Ayah Jinan yang tertawa. Raut kesal anaknya, sungguh lucu.
"Genitnya ke Devi, kok kamu yang ngomel?" elak Ayah Jinan. Jinan hanya mengabaikan pertanyaan ayahnya dan mengalihkan dengan hal lain.
"Nanti gausah jemput Yah, kita pulang naik taxi online aja" ujar Jinan sambil mencium punggung tangan ayahnya.
"Kita pamit ya om, makasih udah dianterin" Devi juga ikut menyalami Ayah Jinan.
"Iya cantik. Semangat ya kamu kegiatannya" Ayah Jinan tersenyum kepada Devi.
"Udah yuk dev turun" ajak Jinan. Tangannya dengan cepat menggandeng tangan Devi keluar dari mobil. Ayah Jinan kembali tertawa melihat sikap sok posesif anaknya.
"Hati-hati Yah" Jinan dan Devi melambaikan tangan pada mobil Ayah Jinan yang kian menjauh.
Keduanya sekarang berjalan ke F4, surganya para wota. Obrolan ringan tentang film yang akan ditonton nanti malam, mengiringi langkah mereka. Tapi saat didalam lift, perdebatan tentang genre film pun terjadi.
"Apaan lu ngajakin nonton horor malem-malem? Kaga ada ya" oceh Jinan menolak usul Devi.
"Kenapa? Kakak takut ya?" tanya Devi, lirikannya seperti meledek Jinan.
"Dih. Gue berani kali" sombong Jinan.
"Ngaku aja deh kak" senyuman jahil terukir dibibir Devi, "Kalo kakak nanti takut, bersembunyi saja dibahuku..." lanjut Devi dengan tengil.
"Oia? Waktu itu siapa ya, yang pernah jejeritan tengah malem, ngerengek takut sendirian, terus meluknya kenceng banget, gak mau dilepasin" Ingat Jinan pada kejadian beberapa waktu lalu.
"Huh. Itukan akting kak" Devi tak mau kalah, meski pipinya sudah merah sekarang. Ia berjalan duluan keluar lift, meninggalkan Jinan. Namun jinan lekas menyamakan lagi langkah mereka.