"Ji, abisin dulu makanannya baru ngegame" Cindy menyenggol siku Jinan yang bertumpu dimeja.
"Duh. Diem dulu kek Hap. Nanggung ini" gerutu Jinan yang tampak begitu serius menatap ponselnya.
"Kebiasaan deh" keluh Cindy, "Makan dulu Jinan!" Cindy menutup layar ponsel Jinan dengan telapak tangannya.
"Aaaaargh iseng ba..." Jinan sudah siap mengumpat, tetapi diurungkan begitu sadar Cindy menatap tajam kearahnya. Ia tersenyum kikuk dan dengan sangat pelan mencoba menyingkirkan tangan Cindy dari ponselnya.
"Bentar lagi Hap. Awasin dulu ya tangan lu" bujuk Jinan. Cindy menjauhkan tangannya dari ponsel Jinan. Ia menarik nafas kesal, padahal sebelumnya Jinan yang sudah merengek kelaparan. Bahkan Cindy sampai menyudahi kegiatan berbelanjanya, demi segera mencari tempat makan untuk mereka.
"Katanya tadi laper. Giliran makanan udah dateng malah dianggurin gitu"
"He em"
"Aku suapin aja, mau?"
"Gue bisa makan sendiri kok"
"Oke. Ntar gausah minta tungguin ya kalo kamu belum abis makannya" Jinan melirik pada Cindy yang telah melanjutkan kembali makannya sendiri.
"Aelah... Yaudah kalo lu maksa. Disuapin juga boleh deh" ucap Jinan dengan datarnya. Cindy tersenyum memandang wajah samping Jinan yang terlihat sok angkuh, hanya demi menutupi gengsi pada sifat manjanya. Dan pastinya itu hal tertutup, yang tidak diketahui banyak orang.
"Idih bisa banget modus lu ikan peda" sela seorang gadis berambut pendek yang duduk diseberang Jinan dan Cindy.
"Iri aja lu bawang" ketus Jinan.
"Buka mulutnya Ji" Cindy mulai menyuapkan sesendok makanan kedalam mulut Jinan yang sudah terbuka.
"Pas udah mantanan aja, sok mesra lu berdua. Waktu masih racapan mah, malah cuek cuekan" sindir gadis berambut pendek lagi.
Jinan nampak malas menanggapi ucapan temannya itu. Sedang Cindy menarik keluar sedotan yang berada digelas minumannya. Dicipratkannya air yang terbawa didalam sedotan tersebut kearah gadis didepannya.
"Jorok lu kak. Euwh"
"Gausah julid makanya"
"Ye faktanya kan begitu"
"Ish Pucchi resek" Cindy mengulangi lagi, mencipratkan air dari sedotan ke Pucchi. Namun kali ini Pucchi bisa menghindar, ia menggunakan buku menu sebagai tameng melindungi mukanya.
"Udah weh" lerai Jinan, "Hap, mana?" ia mengkode Cindy agar segera menyuapkan lagi makanan kemulutnya yang sudah kosong. Cindy pun kembali menyuapi Jinan, bergantian dengan menghabiskan sisa dari makanannya sendiri.
"Ji makannya udah habis, kamu kenapa gak kelar-kelar sih mainnya?" tegur Cindy. Ia mulai kesal, Jinan terlalu asyik dengan ponsel daripada mengobrol dengannya.
"Yang tadi kalah. Ini baru ngulang lagi Hap" jelas Jinan tanpa menoleh.
"Gitu aja terus, gada berhentinya"
"Yaiyalah. Kalo dah menang baru udahan"
Selama beberapa menit mereka saling diam. Hingga, "Jinan. Aku mau pipis nih. Temenin ketoilet yuk" pinta Cindy.
"Sama Pucchi aja noh"
"Gue masih makan" Jawab Pucchi cepat, sebab pesanan hidangan penutupnya baru saja datang. Tentu ia tidak ingin menunda menikmatinya.
"Yadah sendiri aja dih Hap"
"Ji, gausah nyebelin sih" Cindy merebut ponsel Jinan dari genggaman sang pemilik.