Hari Kedelapan

64 14 2
                                    

Pastiche, apakah kau masih menungguku?

Memikirkannya membuatku sangat sedih. Sepanjang hari air mataku menetes perlahan. Dan sepertinya Kara sudah tidak tahan lagi melihatku. Wanita tua itu berusaha membantuku. Menanyakan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Aku merasa tak berdaya, dan dia adalah satu-satu tempatku bersandar. Karena itulah aku menceritakan semuanya.

Ya, semua hal tentang Pastiche.

Kara tampak terkejut, dia tidak menyangka bahwa teman yang kumaksud adalah iblis. Namun Kara segera menenangkan dirinya dan tersenyum padaku. Dengan tulus menawarkan bantuan untuk mengantarkan surat ke Pastiche. Setetes harapan mulai muncul.

Benar juga! Aku masih bisa mengirim surat, menuliskan perasaan rinduku padanya.

Tanpa menunggu lama aku segera menulis. Aku sangat bersemangat, aku menulis, terus menulis tanpa henti. Hingga surat itu penuh, menggembung besar, tidak muat diselipi kertas lagi.

Cepat Kara! Cepat bawa surat ini! Berikan surat ini pada Pastiche!

Aku menunggu, terus menunggu dengan berdebar-debar. Apakah Kara akan baik-baik saja? Dia harus mengirim surat ke penjara, ditambah lagi penjara yang hanya dihuni seorang iblis.

Saat Kara kembali, aku segera menanyakan padanya. Apa dia berhasil? Bagaimana reaksi Pastiche? Apa dia senang membaca suratku?

"Pastiche sangat senang mengetahui itu surat darimu, nona Diana," ujar Kara, "Tapi sepertinya dia tidak bisa membaca."

Ah … Tentu saja …

Pastiche bisa jadi tidak pernah bersekolah. Atau mungkin iblis punya bahasa sendiri yang berbeda dengan manusia. Sayang sekali Pastiche tidak bisa membaca, tapi aku belum kehabisan akal. Besok aku akan menyentuh perutnya yang lapar dengan biskuit buatanku. Aku tidak sabar lagi. Tunggulah aku Pastiche, aku akan membawakan biskuit terenak di dunia.

Biskuit Untuk PasticheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang