Bila ada sebuah momen yang ingin kukenang sepanjang hidup, mungkin inilah salah satunya. Semuanya berawal ketika ada seekor rakun yang mencuri barang belanjaanku. Dengan jari-jari kecilnya menyambar roti yang terbaring di atas keranjang.
Aku berlari, terus mengejar makhluk kecil itu sekuat tenaga. Nafasku terasa berat. Saat aku sadari, aku sudah kelelahan. Padahal belum seratus langkah kakiku melompat.
Aku menatap rakun itu, memanjat pagar besi dengan roti di tangannya. Sebuah pagar tinggi yang dibentuk dari untaian kawat besi. Berpola jutaan lubang bujur sangkar bagai jaring-jaring ikan.
Rakun itu melompati pagar, berada di sisi lain yang tak bisa kusentuh. Aku memasukkan jari-jari kecilku ke lubang pagar, menggenggam pagar itu sembari menatap rakun yang mengejekku dari sana.
"Rakun kecil… Tolong kembalikan roti itu."
Aku berusaha mengajaknya bicara, namun dia tidak mengerti apa yang kukatakan. Aku pun mulai mendekatkan wajahku pada jaring-jaring pagar itu. Mencoba berbicara lebih dekat lagi agar suaraku bisa terdengar jelas.
Tiba-tiba muncul wajah yang menyeramkan tepat di depan mataku. Mengagetkanku. Aku tersentak jatuh ke belakang. Saat aku mulai sadar, aku melihat seorang anak laki-laki yang tertawa terbahak-bahak dari balik pagar. Menertawaiku. Anak yang kelihatan seumuran denganku, namun tingkah usilnya membuatku mempertanyakan umurnya lagi.
Aku menatapnya, terpikat olehnya. Bukan karena anak itu rupawan. Namun karena ada dua buah tanduk kecil di dahinya. Dan ekor tipis yang bergerak dengan licin bagaikan ular. Pakaiannya kotor dan kusam, seolah baju itu sudah berkali-kali bergesekan dengan tanah.
Anak itu mulai membuka mulutnya, mencoba berbicara denganku. Aku melihat taring-taring besar yang menonjol di giginya. Aku tak bisa melepaskan pandanganku dari taring-taring itu. Aku terpukau. Ini pertama kalinya aku melihat manusia dengan tanduk dan taring yang berkilau.
Semua kata yang dilontarkannya itu tidak mencapai telingaku. Karena aku masih terbuai dalam dunia eksotis yang terpantul dalam cermin bola mataku.
Apakah aku sedang bermimpi? Jika memang aku sedang bermimpi, tolong jangan bangunkan aku. Aku ingin menatapnya lebih lama lagi.
Sesaat aku mulai menyadari sesuatu. Anak itu tampak kesal. Jutaan kata yang terlontar dari mulutnya tak dapat meraih gadis yang tiba-tiba tuli. Dia pun memukul pagar di depannya. Namun sebuah percikan cahaya dari pagar itu melontarkannya jatuh. Dia tampak kesakitan, tangannya terluka.
Aku mulai khawatir, terus menanyakan apakah dia baik-baik saja. Anak itu menatapku, tersenyum licik.
"Akhirnya kau mau berbicara denganku," ucapnya senang.
Sejak saat itulah duniaku berubah. Kami mulai bertukar kata. Aku memperkenalkan diriku, dan dia juga memperkenalkan dirinya.
"Diana ya? Nama yang cantik. Secantik wajahmu."
Aku tidak akan pernah bisa melupakan kata-kata itu. Ini pertama kalinya ada seorang yang tanpa ragu memujiku. Membuatku tersipu malu.
Anak itu memperkenalkan dirinya dengan penuh semangat. Namanya Pastiche. Dan dia terus mengatakan bahwa dia adalah yang terhebat. Tidakkah dia terlalu sombong?
Pastiche masih terlihat sangat kekanak-kanakan. Namun sikapnya ini justru membuatku merasa nyaman. Seolah aku sedang bersama dengan seorang teman.
Ya, teman…
"Pastiche, maukah kau menjadi temanku?"
Pastiche mengangguk. Menerima permintaanku yang tidak biasa ini.
Akhirnya aku punya teman!
Kami pun mulai bercanda. Tertawa bersama. Pastiche adalah anak yang baik. Aku sempat menahan tawa mendengar bunyi gejolak perutnya yang lapar. Namun dia tetap mengembalikan roti yang dibawa rakun kecil itu. Melemparkannya tinggi ke atas melewati pagar, jatuh tepat di tanganku.
Kami pun berjanji, bahwa aku akan kembali ke sana untuk menemuinya. Membawakannya makanan. Dan Pastiche akan selalu menantiku.
Ah, ini pertama kalinya aku menulis begitu banyak di buku harianku. Berapa halaman yang sudah kuhabiskan hanya untuk menceritakan pengalaman ini? Mungkin aku terlalu bersemangat. Sudah saatnya aku mengakhiri tulisan ini. Selamat malam, Pastiche. Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu lagi besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biskuit Untuk Pastiche
FantasiaSeorang putri dan iblis dalam sangkar. Menjalin benang persahabatan dalam ikatan biskuit lembut. ... ... ... Sebuah kisah tragis