02

113 32 16
                                    

Gadis yang memakai seragam putih biru itu terus di bully oleh teman-temannya karena penampilannya yang sangat culun. Kacamata bulat besarnya sudah pecah karena diinjak oleh orang-orang yang membullynya.

Gadis itu meratapi nasibnya sambil mencoba menata pecahan kaca matanya.

Gadis itu terduduk di atas jalan yang sepi sambil di teriaki oleh teman sebayanya yang terdiri dari empat orang wanita.

Gadis itu terus menunduk dan menangis dalam diam membiarkan empat orang itu mengejeknya.

"Dasar cupuuu, anak orang kaya tapi cupu banget hahahaha."

"Gak pantes banget deh lo jadi anak orang kaya."

Mereka semua tertawa terbahak-bahak sambil terus menginjak kaca matanya.

Floren tidak bisa berbuat apa-apa karena saat ini kaca matanya sudah sangat hancur jadi ia tidak bisa melihat dengan jelas.

"Berhenti!" Suara itu membuat mereka berhenti tertawa dan langsung mendongak ke arah suara tersebut.

Floren tidak bisa melihat orang itu dengan jelas, tapi bisa di pastikan bahwa orang itu akan menolongnya. Floren yakin.

"Berhenti lo semua atau gue aduin ke kepala sekolah!" Mereka semua bungkam.

Dan akhirnya mereka pergi begitu saja.

Lalu cowok itu berjongkok mencoba meraih tangan Floren agar berdiri, dan akhirnya Floren bangkit dari duduknya.

"Lo gak apa-apa?" Tanya cowok itu.

"Iya." Hanya itu yang bisa Floren katakan.

"Biar gue anter lo pulang, kasih tau aja alamatnya."

*****

Floren terbangun dari tidurnya karena mimpi itu lagi. Lagi.

Mengapa ia selalu bermimpi itu? Itu hanya kejadian sederhana bukan?Tapi entahlah Floren lelah.

Memang setelah sampai di rumah pukul 21:57 WIB, Floren langsung menghempaskan tubuhnya di king size miliknya. Lalu tertidur pulas.
Tetapi ia jadi terbangun tengah malam karena mimpi sialan itu.

Floren kembali memikirkan apa yang di lihatnya di mall tadi, mengapa dia harus bertemu dengan couple goals itu? Ciihh.. sial memang.

Kalian tahu siapa yang Floren maksud couple goals itu?

Siapa lagi kalau bukan Alvino David Carradine dan Keira Anastasya.

Ya, Floren akui mereka memang pasangan serasi, meskipun berat untuknya menyatakan ini.

Floren selalu merasa pikirannya kacau dan hatinya terasa panas ketika melihat mereka bersama.

Terkadang Floren merasa dirinya sangat bodoh, benar-benar bodoh.

Mengapa ia harus jatuh cinta pada Vino? Mengapa? Apa karena cowok itu sudah menolongnya dulu? ciihh sangat aneh.

Padahal di sekolahnya banyak laki-laki yang secara terang-terangan menyatakan cinta kepadanya, tapi Floren selalu berpaling. Hanya kepada Vino. Ya, Vino.

******

Pagi ini Floren bangun lebih pagi karena setelah mimpi tadi malam ia tidak tidur lagi.

Ia menuruni tangga dan melihat meja makan yang sudah penuh oleh berbagai macam hidangan. Dan ada papanya juga yang sedang duduk disana sambil membaca koran. Shit!

"Pagi Flo." Sapa papanya.

"Pagi." Balas Floren sangat santai bahkan terdengar seperti tidak peduli.

"Hari ini papa antar kamu ke sekolah ya?"

"Gak usah, Floren di antar mang ujang aja." Jawabnya dingin.

"Tapi hari ini papa mau antar kamu."

"Floren ga ma- "

"Sekali ini aja, jangan membantah papa."

"Oke."

Di dalam mobil, baik Floren maupun Adam tidak ada yang bicara. Baru setelah beberapa menit, Adam memulai pembicaraan.

"Flo, gimana sekolah kamu?"

Floren hanya diam menatap ke samping jendela seolah tidak peduli.

"Floren, papa sedang bicara dengan kamu." Floren menoleh sekilas.

"Iya, ada apa?"

"Gimana sekolah kamu?"

"Ya gak gimana-gimana."

"Maksud papa apa ada kesulitan yang kamu hadapi di sekolah?"

"Kesulitan?" Floren tertawa miring.

"Floren ga pernah kesulitan karena apa yang Floren mau selalu bisa Floren dapetin, karena uang papa juga."

Akhirnya mobil pun sampai di sekolah. Floren sudah muak dengan keadaan antara dirinya dan papanya di dalam mobil.

"Floren- "

"Udah deh pa, aku takut telat. Bye."
Floren langsung berlari masuk ke area sekolah.

Saat berjalan menuju kelasnya, Floren menangis dalam diam sambil membatin.
"Papa gak akan pernah ngerti apa yang Flo rasain."

Floren berpapasan dengan pak satpam, mang Adih.

"Eh neng Floren tumben pagi banget datengnya neng?"

Floren hanya tersenyum sekilas, lalu berlari dengan cepat menuju kelasnya.

"Kok neng Floren nangis ya?" Kata mang Adih dalam hati setelah Floren berlari.

******

Duhh Mang Adih gak peka nanyanya telat:v

Cerita ini bukan hanya tentang cinta kok.

Jangan lupa vote&comment guys, oke?

Salam manis :*

FLORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang