06

71 10 11
                                    

Hari ini semua pelajaran di kelas 11-A2 melaksanakan UH.

Semua orang di kelas tersebut merasa pusing, termasuk Dita dan Nadin. Terlebih lagi sampai bel masuk berbunyi, Floren sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya.

"Ke mana sih tuh laknat satu, udah bel masih belum muncul juga," Ucap Dita membuka suara.

"Padahal gue mau nyontek Fisika ntar, ya meskipun Floren gak pinter-pinter amat." Lanjutnya sambil terkekeh.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya Nadin sewot.

"Anjir, dari tadi berarti gue ngomong gak di dengerin?" Jawab Dita tak kalah sewot.

"Oh kirain ngomong sama tembok."

"Anjir lo, Nad."

"Udah deh daripada lo berisik, mending belajar noh. Gak ada Floren, kita gak bisa nyontek."

"Percuma dah gak ada yang nyambung, yang ada pusing doang gue."

Tak lama Pak Amir-guru Fisika akhirnya datang dan siap membagikan lembaran maut berisi angka-angka mematikan.

"Kita UH hari ini, saya harap nilai kalian di atas rata-rata."

Lembaran soal pun di bagikan dan mereka mengerjakan dengan tertib.

Setelah selesai mengerjakan, akhirnya pak Amir keluar dari kelas.

Di lanjut pelajaran kedua yaitu Sejarah. Namun, Deni---sang ketua kelas mengatakan bahwa gurunya tidak datang.

Seketika kelas pun langsung ramai. Bahkan ada yang melakukan sujud syukur.

"Hoki banget kita." Ucap Dita sangat riang.

"Btw dari pagi gue telfon Floren tapi nomornya gak aktif mulu. Ada masalah pasti." ucap Nadin masih mencoba menguhubungi Floren.

"Pulang sekolah kita langsung ke rumahnya aja." Usul Dita.

****

Sepanjang hari Floren hanya berdiam diri di kamarnya. Bahkan ia tidak mandi, makan, dan berangkat sekolah.

Floren sangat malas keluar kamar meskipun sedari tadi Bi Ina tak henti-henti mengetuk pintu kamarnya.

Moodnya sangat buruk hari ini, benar-benar buruk.

Tak terasa, hari pun sudah sore. Namun tetap saja tak membuat Floren bangkit dari kingsize nya.

"TOK TOK TOK!"

"Non ada temannya di bawah, ayo keluar non." Bujuk Bi Ina cemas.

Akhirnya, Floren membuka pintu kamar.

"Siapa, Bi?" Tanya Floren malas.

"Itu Nak Nadin sama Dita. Non dari pagi gak keluar kamar, bibi benar-benar khawatir."

"Papa ada di rumah?"

"Tuan sama Nyonya masih di kantor Non."

"Floren mandi dulu, Bi. Bilang sama mereka tunggu." Ucap Floren mencoba tersenyum kepada Bi Ina, meski dipaksakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FLORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang