03

98 29 11
                                    

Setelah sampai di kelas, Floren langsung duduk di kursinya sambil menempelkan kepala di atas meja dengan tangan sebagai bantalnya. Suasana kelas masih sepi karena baru beberapa siswa yang datang.

Di pagi hari saja moodnya sudah hancur. Ia benci jika harus menangis di depan orang lain, karena ia tidak mau terlihat lemah. Tapi yang baru ia lakukan adalah sebaliknya.

Ia tidak bisa menahan air matanya jika sudah menyangkut papanya.

Sejak menikah lagi, papanya benar-benar tidak pernah ada waktu untuknya. Entah karena meeting atau bolak balik ke luar negeri untuk menemani istri barunya itu.

Padahal dulu ketika mamanya masih hidup, papanya sangat menyayangi Floren bahkan sesibuk apapun papanya itu selalu bisa meluangkan waktu untuknya. Tapi sekarang? Semua berubah semenjak mamanya meninggal. Floren sangat kecewa.

******

Bel masuk telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, tetapi Floren masih setia menempelkan kepalanya di atas meja. Ya, Floren tertidur.

Untung saja jam pertama di kelas 11 A-2 tidak ada guru karena pak Ahmad guru matematikanya sedang sakit.

"Flo, bangun ehh." Nadin mencoba membangunkan Floren.

"Gilaa kebo banget nih anak, bangun Flo." Teriak Dita cukup keras sambil menggerak-gerakan tangan Floren.

"Apaan sih." Ujar Floren masih setia menempelkan kepala di meja.

"Masih pagi udah tidur ae lo."

"Tau nih, untung gak ada guru."

"Yaudah gak ada guru juga, berisik deh lo pada. Gue mau tidur." Ucap Floren kesal.

Tak lama bel istirahat berbunyi, dan Floren akhirnya bangun dari tidurnya.

"Ikut kantin gak lo?" Tanya Nadin.

"Ikut."

"Awas nabrak tembok lo, kumpulin dulu tuh nyawa. Ngeri deh gue kalo sampe lo amnesia nanti." Ucap dita rada ngawur.

"Garing banget lo, Ta." Ucap Nadin.

"Yee siapa yang ngelawak."

"Ya lo lah, ogeb."

"Lo aja yang receh." Balas Dita tak mau kalah.

"Jadi kantin gak woy?" Tanya Floren karena muak dengan perdebatan unfaedah Dita dan Nadin.

Dita dan Nadin hanya nyengir kuda "Ayo."

Setelah sampai di kantin, mereka bertiga langsung memesan mie ayam Mang Edi yang menjadi favorit di SMA Taruna Bakti.

"Hai Flo." Seseorang tiba-tiba menghampiri meja mereka, tepatnya di sebelah kursi Floren yang masih kosong.

"Eh hai Dhaf." Balas Nadin.

"Gak tau malu banget lo Nad. Hai juga Dhaf." Balas Dita nyengir.

Nadin langsung menoyor kepala Dita dengan keras.

"BEGO!" Teriak Nadin dengan suara yang cukup keras.

FLORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang