Tak
Tuk
Tak
Tuk
Suara tepak kaki mengiring langkah bocah laki-laki dengan baju tidurnya. Matanya masih menutup rapat, dan bibirnya tak berhenti menguap. Dibelakangnya seorang wanita cantik dengan pakaian yang rapi menuntunnya ke meja makan.
" Yi, jalan yang benar nak" wanita itu mengusap pelan rambut anaknya yang begitu tebal dan panjang.
" Ini jam berapa bun? "
" Jam sembilan, Yi udah telat sarapan lo " merasa gemas karena langkah kaki anaknya yang begitu pelan saat menuruni tangga ia segera mengangkat bocah itu dan menggendongnya didepan. " Sayang... "
" Yiyi masih ngantuk Bun, " balasnya pelan sambil menyembunyikan kepala mungilnya di ceruk leher sang Bunda.Sang Bunda menggeleng pelan, melihat tingkah anak bungsunya yang begitu kelawat manja.
" Sekarang duduk, Bunda ambilin sarapan Yiyi "
Bocah bersuarai cokelat gelap itu mengangguk pelan. Menurunkan kepalanya di meja dan melipat tangannya sebagai bantalan kepala. Lagi dan lagi matanya menutup rapat. Tak mengizinkan sedikit cahaya masuk kedalam iris matanya.
" Yiyi, sarapannya sayang " sang Bunda meraih dagu anaknya yang tenggelam, mengangkatnya dan menyodorkan sepiring bubur daging hangat yang mengepul.
" Hari ini ada daging kesukaanmu, Yiyi tidak mau? "
Mata bulat Yiyi mengerjap pelan, melirik sekilas mangkuk biru yang berada dihadapannya. Dan Boom! " Ini bukan telur! "
Yion atau biasa dipanggil Yiyi, bocah 13 tahun itu bersorak gembira. Entah kemana rasa kantuk tadi telah menghilang dalam sekejap. Satu suapan pertama ia dapatkan dari sang Bunda, tapi karena terlalu lama ia merebut sendok kedua dan melahapnya dengan cepat.
Lagi, tingkat kesabaran bocah itu masih tipis. Tanpa berfikir jika bubur yang ia makan lebih panas dari suapan pertama.
Matanya mulai melotot dan penuh dengan air mata, sementara mulut mungilnya membuka tutup hingga melihatkan bubur jemek yang masih bersarah dirongga mulutnya. Uap panas ikut keluar dari sela-selanya.
" Bunda... Hueee... Panas... Hueee... " jerit tangasan yang mengundang tawa sang bunda mulai terdengar. Ia segera menggendong anaknya itu dan membawanya ke wastafel, menyuruhnya memuntahkan seluruh bubur panas yang masih terkumpul dimulutnya.
" Hue... Mulut Yien sakit... Hueee... Panas... " Ah, dia sudah mulai serius ternyata.
" Minum dulu sayang, " sang bunda mengambil secangkir susu yang telah ia siapkan tadi.
Gluk
Gluk
Gluk
" Hue... Hiks... Hiks... Lidah Yien sakit, Bunda.... Hueee"
" Hei, sayang lihat bunda. Buka mulutnya, Aaaa... "
" Akkk... "
" Ah, astaga lidahmu melepuh sayang! "
" Huwe... Sakit Bunda huweeeee... "
Bunda Yien menggendong anaknya ke kamar, membaringkan anaknya yang terus menangis di kasur.
" Tunggu sayang, Bunda telpon Dokter Adam ya. Biar sakitnya hilang, "
Dan pagi itu, dirumah bernuansa yunani kuno dengan beberapa pembantu disana sibuk menenangkan sang tuan muda yang terus menangis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soda Cream
Teen Fiction" Suruh jagain makhluk kayak gitu? ogah gue, denger suaranya aja dah pengeng apa lagi jaga in dia yang bentuknya udah kayak buntelan kresek! " " Kakak! adek minta ayamnya ya! " " Patir! anakmu suruh jauh2 dari gue! " " Xion... yang sopan ngomongnya...