en

245 30 0
                                    

Mata itu masih tertutup rapat menandakan jika si pemili enggan untuk membuka. Masih dengan kamarnya sendiri, ia terbaring lemah dengan kantong berisi darah yang berada disampingnya.

Dia Yien, beberapa jam lalu kondisinya benar-benar menakutkan membuat sang Kakak kalang kabut kebingungan.

Jangan tanya dimana kedua orang tuanya, Xion telah berkali-kali menghubungi mereka tapi tak ada yang mengangkat. Aneh, ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Bahkan Xion tak pernah berfikir ini akan terjadi.

" Dek cepat bangun, kakak bingung harus ngapain?" Xion yang duduk disamping ranjang terlihat begitu menyedihkan dengan air mata yang terus keluar. Sementara dibelakang Xion seorang dokter yang seumuran dengan Papanya berdiri dengan mata yang terus mengawasi Yien.

" Apa yang terjadi?" Dokter Adam bertanya entah pada siapa namun akhirnya tetap dibalas oleh Xion.

" Aku tak tau, sampai rumah sudah seperti ini. Bunda juga nggak ada, Patir jangan ditanya lagi"

" Syukur, kamu dapat mengurangi pendarahnnya. Jika tidak, dokter tidak tau apa yang akan selanjutnya terjadi. "

" Terimakasih," Xion menoleh kebelakang memerhatikan dokter itu dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

" Hm... Aku akan menunggu diluar, aku tidak akan pergi sebelum kedua orang tuamu sampai dirumah"

Xion mengangguk setuju. Ini adalah kali pertamanya melihat kedua orang tuanya yang ceroboh meninggalkan adiknya sendirian.

" Dek cepat bangun,"

Xion mengelus pelan rambut milik Yien, kali ini ia tidak bisa berbohong jika keadaannya benar-benar sangat khawatir terhadap sang adik.

🐞🐞🐞

Kriet...

Wanita yang berstatus bersuami dengan dua anak itu masuk dengan perlahan ke rumahnya. Dibelakangnya seorang lelaki sepantar dengannya ikut mengekor.

" Dokter Adam?" bingungnya saat melihat sesorang berjas dokter sedang duduk di sofa ditemani beberapa cookis dan secangkir teh.

" Selamat malam nyonya Vivi! " balasnya sambil berdiri dari sofa.

" Apa ada masalah dok?" Bunda Xion segera mendudukkan diri di sofa dengan diikuti laki-laki tadi. " Aku tadi pergi menjemput kakakku," lanjutnya dengan kerutan didahi.

" Ah, Dokter Sam ya?"

" Hm... Kita beberapa kali bertemu,"

" Lalu... Apa terjadi sesuatu?" Lagi, Bunda Xion bertanya.

" Yien, Anakmu... "

" Astaga aku meninggalkannya sendiri," Bunda Xion langsung beranjak pergi meninggalkan dua orang dokter yang menjadi saling menatap.

" Apa ada masalah? " kini dokter Sam ikut bertanya.

" Sedikit, Yien terluka. Dan tidak ada orang dirumah kecuali beberapa pembantu muda yang tak mengerti harus melakukan apa. Syukur Xion tiba tepat waktu. Jika tidak, mungkin... Hm, kau tau kan?"

Dokter Sam manggut-manggut mengerti, " Ah lalu bagaimana kondisinya?"

" Lebih baik dari yang tadi. Sebagai dokter, aku bersyukur Yien memiliki saudara seperti Xion. Dia benar-benar kakak yang hebat. "

" Ah... Syukurlah... "

" Lalu dirimu sendiri?"

" Aku? Bukannya Yien juga memiliki masalah dengan kondisi Mentalnya. Aku kesini untuk itu... "

" Hm... Benar, Bagaimana kondisinya?sebagai dokter pribadinya aku sedikit bingung akan mental anak itu... "

Dokter Sam merubah duduknya menjadi lebih santai, menyilangkan salah satu kakinya dan menaikkannya pada kaki kiri.

" Sejak Yien berumur 5 tahun aku telah menjadi psikiaternya. Dan sebelum itu juga aku telah menjadi menjadi pamannya bukan? Beberapa peningkatan terjadi akhir-akhir tahun ini. Ah tidak sekitar lima tahun belakangan. Semenjak Yien mendapatkan ke empat indranya saat umur 5 tahun, Yien seperti hidup dalam dunianya sendiri. Seolah olah semua indranya meningkat secara drastis dan menyebabkan kebingungan dalam benaknya. Itulah mengapa ia sedikit sulit untuk berkomunikasi. "

Dokter Adam sedikit tak mengerti, " Hei bukankah jika semua indranya normal ia akan baik-baik saja?"

" Ku kira juga seperti itu... Dan ternyata salah, Yien bukannya sembuh malah ia seperti terkena shok hebat. Ia terkejut dengan segalanya termasuk warna, suara, rasa, dan bau yang ada didunia. Bahkan mungkin jika ia tak memiliki perasaan sedarah dengan keluarganya ia takkan mau didekati oleh orang tua maupun kakaknya. Tapi aku bersyukur, terdapat peningkatan dalam dirinya. Ia mulai mau berkomunikasi dengan orang lain beberapa tahun ini. Yah itu sebuah kemajuan,"

" Tapi setiap aku memeriksanya pandangannya selalu kosong kadang aku berfikir apakah anak ini bermasalah? "

" Hah... Itulah yang terjadi, ia masih menyangkal kodratnya sendiri. Ia seperti mengosongkan semua pikirannya dan masuk dalam dimensi lain."

Dokter Adam mengangguk setuju, memang ada kalainan aneh pada diri Yien yang tak semua orang ketahui. Sungguh ia sangat merasa bersyukur dengan keadaanya yang sekarang Yien tak pernah menjerit ketakutan saat betemu dengannya.

" Lalu apa selanjutnya yang akan kau lakukan?"

" Semua metode sudah pernah dilakukan, itupun hanya berdampak sedikit pada pikirannya. Aku tau jika ia tak hanya sakit batin, tubuhnya juga sakit saat ini... "

" Yien!!! "

Keduanya menoleh keatas, kearah dimana kamar Yien berada.

Soda CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang