SATU

43 8 0
                                    

◀◀◀◀◀◀◀◀◀◀◀◀◀❤▶▶▶▶▶▶▶▶▶▶▶▶▶

Pada akhirnya,
Aku jatuh, jatuh dalam parasmu.

⚫⚫⚫

—YUDHA ARYA WIJAYA

DENGAN gerakan santai seorang lelaki yang biasa dipanggil dengan Arya kini tengah memanjat tembok belakang sekolah dengan menggunakan jas hujan, tujuanya adalah agar tak ada satupun orang yang mengenali dirinya. Bahkan saat menaiki motor ninja berwarna hitam pun nampak orang yang ia lewati menatap dirinya aneh, bahkan ada yang tertawa secara terang-terangan karna tingkah konyol nya.

Babeh—joli pun yang mempunyai warung kopi tidak jauh dari tempat sekolahnya lantas tertawa dengan tingkah absurd nya tanpa pamit ia melemparkan kunci motornya ke arah babeh, dan bergegas pergi menuju belakang sekolah.

Disinilah sekarang dirinya, menimang-nimang hendak turun atau tidak karna tembok yang lumayan tinggi, biasanya akan ada tangga kayu yang sering bertengger disamping pohon jambu namun sekarang sudah tidak ada, sedangkan lagu mars khas sekolahnya sudah terdengar bertanda akan segera berakhir ritual setiap hari senin pagi.

Ia melihat kebawah lagi sambil memegang tas nya lalu menutup kepalanya dengan kupluk jas hujan nya, ia bertekad akan turun dan Hap! Pendaratan yang tidak mulus, ia terbentur pohon pisang yang memang sengaja ditanam disana, celana putih serta baju nya pun harus kotor

Karna malam tadi hujan, hingga tanah kosong itu masih banyak digenangi air bekas hujan.

"Shit!" umpatan keluar kala dirinya berjalan sambil terseok-seok dengan lamban karna merasa nyeri mendera ke punggung nya.

Berbelok menuju pintu kantin belakang yang memang berada dibelakang sekolah, Mang ucup yang melihat arya tengah membuka jas hujan nya pun hanya menggelengkan kepala saja tak berniat memarahinya.

Arya berjalan mengendap-endap melewati lorong kelas X yang berada disamping, hingga dirinya menemukan tangga penghubung antara kelas XI dan XII. Namun naas, baru sekali melangkah kupingnya ada yang menarik

"Aduh… sakit, eh Pak agus. Apa kabar pak?" tanya arya sambil cengengesan dan mengusap tengkuknya yang tak gatal. Sedangkan guru kesiswaan yang kerap disapa agus itu hanya memberikan wajah garang.

"Arya! Sudah berapa kali bapak bilang, jangan terlambat. Masih saja kamu terlambat. Sampai ucapara mau selesai tahu gitu mendingan tidak usah sekolah arya."

Arya menatap guru berkepala pelontos itu, "Gak bisa gitu pak. Sekolah itu wajib, makanya saya sekolah."

"Sebagai hukuman ikut bapak ke lapangan." Arya yang mendengar kata dari pak agus melotot, bayangkan saja disana terdapat banyak siswa maupun siswi. Reputasi, kegantengan nya akan turun. Arya menggeleng menolak.

"Kenapa?"

"Malu pak. Disana kan banyak dede emesh, udah lah pak. Saya langsung ke kelas aja ya."

"Gak! Pokoknya kamu ikut bapak."

Pak agus menarik kerah seragam arya, percuma meronta karna tenaga pak agus lebih besar dari arya. Arya memasang muka bete juga bibir yang cemberut.

"Nah maka dari itu, seharusnya kita semua menjaga kebersi--"

Ucapan kepala sekolah berhenti akibat kedatangan pak agus juga arya, semua murid SMA PATRIOT langsung fokus kearah arya.

ANEMONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang