Satu

1.7K 49 4
                                    


Hubunganku dengannya sudah berlangsung sejak lama. Cinta yang diawali dari kesalah pahaman masa SMA ini sudah terjalin 3 tahun yang lalu. Azril kekasihku begitu setia padaku. Dia rela mengurungkan impiannya berkuliah di luar negeri hanya demi merawatku semenjak kejadian itu terjadi. Sebuah insiden yang tak akan pernah terlupakan. Yang akhirnya merenggut nyawa ayah di usia 60 tahunnya. Dan yang akhirnya membuat kedua kakiku lumpuh.

Sore hari dirumahku.

"Hana, ada sesuatu yang ingin ibu sampaikan padamu," Ibu menghampiriku ketika aku dan Azril sedang mengobrol di ruang tamu.

Aku menghampiri Ibu dan meninggalkan Azril sejenak.

"Ada apa bu?"

"Sebaiknya kamu berpisah dengan Azril, nak."

"Apa? Kenapa bu? Kenapa aku harus berpisah dengannya?" tanyaku kaget

"Karena kamu sudah terikat dengan seseorang. Semenjak kamu masih kecil Ibu sudah memilihkanmu pasangan."

Aku hanya terdiam mendengar semua perkataan Ibu.

"Maafkan Ibu, Hana. Tapi ini semua demi kebaikan kita. Jika Ibu membatalkannya. Ibu merasa tidak enak pada mereka. Mereka sudah terlalu baik terhadap kita."

"Apa itu semua hanya untuk membalas kebaikan mereka?"

"Sebenarnya Ibu tidak ingin membuatmu kecewa. Tapi inilah jalan terbaik setelah kepergian ayahmu," mata Ibu mulai berkaca-kaca. Begitu juga denganku.

Aku harus menurut pada Ibu. Dan membalas semua kebaikan mereka pada keluargaku selama ini. Keluarga mereka sangat tulus. Karena mereka hutang-hutang ayahku terbayar lunas.

Aku kembali ke ruang tamu. Dan mengobrol kembali dengan Azril. Tapi tidak untuk mengobrolkan semua ucapan Ibu barusan. Mentalku belum siap untuk itu.

•••

Hanya dia, dan selalu dia [CERPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang