Rasanya tubuhku hampir kehabisan tenaga untuk menolak, mereka terlalu kuat. Hingga memasukkanku kedalam kamar mandi yang terletak diujung lorong kelas, pintu ditutup dan meninggalkan dua temannya di luar area kamar mandi untuk berjaga.
Bbbrruukkk
Tubuhku didorong hingga jatuh tersungkur di lantai pojok kamar mandi sambil mengaduh memegangi lengan yang ditabrakkan tembok hingga meringis kesakitan.
"sakit hah? Makanya jangan main main sama Gue" kata Stela mengintimidasi
"Maksud semua ini apa sih? Gue nggak habis pikir salah dimana. Perasaan Gue nggak pernah ganggu hidup Elo" disini butuh penjelasan kenapa tiba tiba diperlakukan seperti ini.
"Elo tanya salah dimana? Oke, to the poin. Ngapain Lo keluar sama Pak Satya kemarin? Lo nggak tau kalau Pak Satya milik Gue?"
'astaghfirullah, gara gara kejadian minggu lalu sampai begini' batinku
"jangan diem aja, punya mulut kan?" bentak wanita yang tadi menutup mulut Wilda
"Sayangnya Gue nggak mau jelasin sama Elo" jawab Wilda dengan sedikit membentak menandakan Ia tidak takut sama sekali terhadap Shela dan teman temannya walaupun posisinya sedang terdesak.
"nggak nyangka nih anak berani juga yaaa" jawab Shela dengan nada meremehkan.
"Gue nggak minta persetujuan Lo, Gue minta Lo jelasin atau Gue akan bertindak lebih nekat dari Lo bayangin" lanjutnya dengan suara yang tidak kalah keras.
Seorang temannya lagi yang dari tadi dipojokkan mendekati Wilda, menarik rambut Wilda hingga kepalanya mendongak keatas menatap Shela.
"aduh" Wilda mulai meringi kesakitan memegangi rambutnya
"Jawab nggak?"
"Oke, Gue jelasin. Kemarin Gue nggak sengaja ketemu Pak Satya dan dia minta tolong buat nemenin nyari kosan sepupunya" jewabku jujur.
"bohong" sentak Shela.
"uda Gue duga Lo pasti nggak percaya tapi itu yang sebenarnya"
Shela meraih kerah Wilda, menariknya kuat dan mendorong Wilda hingga kepalanya membentur ujung westafel.
"Hari ini Gue maafin Lo, tapi lain kali Gue nggak akan tinggal diam. Pak Satya milik Gue, ingat itu" Shella dan temannya berlalu.
Wilda masih meringis kesakitan dibagian kening sebelah kiri, setelah ia pegang terdapat darah segar di tangannya.
"gimana Gue bisa masuk kelas dengan kening berdarah seperti ini" ia meraih ponsel, mencari nama dalam kontak telepon dan menghubunginya
"Hallo, Andin? Ini mbak Wilda"
"Eh, Iya mbak. Ada apa?"
"Kamu ada di kampus nggak? Butuh bantuan nih"
"apa yang bisa dibantu mbak Wil?"
"cuma mau minta plaster sama kasa kok"
"Iya boleh, mbak Wilda sekarang dimana?"
"sepuluh menitan sampai di gedung kedokteran. Bye"
Setelah memutuskan telepon ia segera bangkit membuka pintu kamar mandi, sedikit terkejut karena di depan kamar mandi ia menemukan kertas bertuliskan 'KAMAR MANDI RUSAK' menempel pada pintu. Pantas tidak ada satupun orang yang masuk kamar mandi. Sepertinya semua sudah direncanakan Shella dan Gengnya.
📔📔📔
Wilda sengaja meminta bantuan pada Andin, adik angkatan yang kuliah di fakultas kedokteran pada kampus yang sama. Kebetulan mereka cukup akrab karena tinggal satu kos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penggemar Rahasia [END] ✅
General FictionKetika mencintai dalam diam, sejauh mana kau dapat mengenalku? This is Wilda's Story... #DosenSeries #CampusLifeSeries © by Ayaya Pic by Pinterest Cover Pic by Canva Cover Design by Ayaya